"Oh, punya anak baru. Udah dikabarinkan sama Ibu Kontrakan, kan?"

"Udah sih, tapi kirain bakalan datengnya deket-deket ospek, kemaren aja belom ada tuh kopernya. Dia maba, kan?"

Doyoung dan juga anak-anak kontrakan yang lain emang udah dikabari sama ibu pemilik kontrakan kalau bakal ada penghuni baru di kontrakan mereka. Memang di kontrakan mereka masih ada sisa satu kamar di bawah. Anak-anak kontrakan jelas pada setuju, karena selain lebih rame, biaya sewa kontrakan juga lebih murah karena nambah satu orang yang ikutan bayar.

"Itu baru kopernya aja kok, sama beberapa barang lain, anaknya masih nginep tempat keluarga dia sampai dua hari sebelum ospek."

"Ribet bener! Kenapa nggak sekalian coba?" cela Doyoung sambil mulai naik tangga. Maklumin lah memang mulutnya Doyoung ini licin sekali.

"Kak, kuncinya ku titip sini aja ya, kalo bawa pulang takut ilang."

Mendadak ada suara dari arah kamar barengan sama suara pintu kamar yang dibuka dan menampakkan sosok yang kulitnya putih kaya casper, bikin Doyoung dan Taeil yang udah setengah jalan di tangga noleh ke bawah.

Reaksinya beda. Kalau Taeil, sih, biasa aja. Dengan kalem dia jawab, "Iya, Dek. Taruh di tempat kunci aja. Tuh! Yang ada di atas meja."

Sementara Doyoung udah melotot, kaya habis lihat 'ibu' di bawah tangga. Serem. Horror. Doyoung rasanya mau mati.

"Kak Doyoung?"

"Fak! Assgajffsjgfsg"

Yang dipanggil namanya bukannya jawab malah langsung kaget dan otomatis kabur, lari kedobrakan naik tangga karena panik. Sampai sempet jatuh nyungsruk di tangga. Malu-maluin!

Itu adalah hari terburuk, terhorror, ternista, terkaget, dan ter-ter lainnya Doyoung. Intinya sih Doyoung mau kabur pulang ke Seoul dan oplas biar mukanya ganti, biar nggak dikenali lagi sama mantan.

Iya, yang tadi manggil itu mantan Doyoung. Mantan terindah. Dedek gemes yang dua tahun lalu masih suka anter-jemput sekolah pakai vario dan jajanin dia rujak es krim karena uang saku nggak cukup kalo mau jajan ke Starbucks.

Dua tahun Doyoung berusaha lupain si mantan yang sialnya sekarang jadi makin ganteng. Dia fokus ujian sampai lulus dan bisa kuliah di universitas ternama dengan IPK yang selalu diatas 3,5. Belakangan dia udah nggak pernah kepikiran si dedek mantan. Beda sama dulu yang sampai nangis-nangis dan emosian. Bentak sana, bentak sini udah macem cewek PMS.

Terus kenapa di saat Doyoung udah damai sama perasaannya dan hidupnya yang udah ketata, si adek harus balik lagi? Muncul aja gitu kaya jalangkung. Dan dia bakal tinggal sekontrakan sama Doyoung dong.

Fix malam ini Doyoung nggak bisa tidur soalnya muka mantan yang terus-terusan kebayang.

Mati ajalah gue - Kim Doyoung, dihantui dedek mantan.

.

.

.

"Chan, katanya kakak di kamar sebelah mantannya kak Doy." Cimit satu, sebut saja Jaemin mulai acara pergosipan mereka di hari Minggu pagi yang cerah ini, sambil nunggu babang Go Food.

"Kata siapa? Lamtur lo!" Si cimit dua ini, sebut saja Haechan, memang tidak ngaca bahwasannya dia ini lebih lamtur.

"Dih, orang tadi pas ke dapur gue denger si kakak bilang sama Kak Ili kalo dia itu mantannya Kak Doy." Bela Jaemin, kesel karena dituduh.

"Loh beneran?" Mulai lah jiwa lamtur Haechan tergugah. "Harus kita selidiki, nih, Na!"

"Hilih, ngapain, sih? Tadi kan gue cuma ngasih tahu, nggak harus diselidiki juga kali!"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 04, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Taste The FeelingWhere stories live. Discover now