Tiga Puluh Sembilan

Start from the beginning
                                    

"Kamu benar-benar dapat hidup tanpa sam?" tanya Revi

"Ya.. Aku bisa. Aku harus bisa bukan?"

"Apa tidak ada satu kenangan pun, yang membahagiakan dalam hidup mu saat bersama sam? Apa kamu dapat melupakan semuanya? Apa kamu benar-benar ingin sam pergi dari hidup mu selamanya? Ranna kalian saling mencintai.."

"Cukup.. Cukup Revi.. Jika tidak ada yang ingin kamu katakan lagi. Pergilah dan terimakasih untuk kucing yang kamu jaga" ucap Ranna.

"Kamu akan menyesali ini..Ranna" ucap Revi dan berdiri. Namun Ranna membentaknya. Rasa frustasinya membuat Ranna terus menerus ingin memaki, seakan ia ingin semua orang tau bahwa Ia terluka.

"Aku tidak akan menyesal! Aku tidak akan menyesali apapun! Kenapa harus aku yang menyesal? Kenapa harus aku yang menyesal ketika kalian yang salah? Kenapa harus aku? Kenapa kamu menginginkan aku menyesal? Kenapa aku? Kenapa hanya aku yang orang lain ingin lukai? Tidak, aku tidak akan menyesali nya. Aku tidak akan menyesalinya sedikit pun. Bahkan meskipun aku tak akan pernah bisa melihat sam lagi selamanya. Aku tidak akan pernah menyesalinya. Tidak sedikit pun." ucap Ranna dan berlari ke kamarnya.

Sam yang sebenarnya juga ada di sana, mendengarkan semua ucapan Ranna. Ia berada di balij pintu. Ia memang menyuruh Revi ketempat Ranna, karna Ia ingin melihat Ranna tapi Ia sungguh tak menyuruh Revi bicara apapun tentang masalah nya. Namun pekikan Ranna tentu dapat sangat jelas Ia dengar. Ranna sudah benar-benar membenci nya Ia sudah tak lagi memiliki kesempatan.

***
Revi masuk ke dalam mobilnya. Sam sudah duduk di kursi penumpangnya. Berpura-pura tak mendengar makian Ranna tadi.

"Bagaimana ke adaannya?", tanya Sam.

Revi menoleh pada Sam.
" apa dia sakit?" tanya Sam lagi.

Revi menggeleng.
"Benar kata lu, dia hanya butuh waktu. Dia tidak terlihat terlalu baik. Tapi dia juga tidak sakit. Tidak fisik maksud gua" ucap Revi. Sam tersenyum dan mengangguk.

"Syukurlah..", ucap Sam. Revi masih menatap kasihan pada Sam.

" ada apa? Apa dia mengatakan sesuatu tentang gua?"

Revi mengedikan bahunya.
"Hanya meminta lu buat percepat tanda tangan.."

Sam mengangguk.
"Kemarin Ia juga minta seperti itu. Tapi tenang saja. Gua ngga akan melakukannya"

"Sam..gua pikir.."

"Engga Revi.. Gua udah pernah ngelakuin kesalahan dengan menjauhkan istri gua dan gua gak akan mengulang kesalahan untuk ke dua kalinya. Dia hanya butuh waktu.."

Revi menatap semakin pilu pada Sam.

"Sam.. "

"Lu sibuk ngga? Anter gua ke pandeglang yuk. Gua males bawa mobil" ucap Sam. Revi hanya bisa mengangguk. Akan lebih menyeramkan kalau Sam yang membawa kendaraan sendiri.

"Jangan ngeliatin gua kaya gitu! Jangan-jangan bener kata istri gua, lu suka lagi sama gua"

"Sial! Najis.. Turun lu sana" ucap Revi.

Sam tertawa melihat reaksi sahabatnya itu lalu memasang sabuk pengamannya.

"Udah ayo jalan"

***
Matahari sudah tenggelam, langit pun sudah menghitam. Ranna memeringkan tubuhnya di atas kasur dengan tangan sebagai ganjalnya. Ia menatap video lagu Nathan berkali-kali. Namun meskipun Ia tau Nathan begitu mencintainya, dan meskipun Ia pernah hampir menyukai Nathan. Tapi saat ini semua pikirannya hanya tentang sam. Tentang semua kenangannya. Kenangan yang memburu hatinya. Ranna mengambil ponselnya Ia menatap kontak nathan yang Ranna tau sudah di blokir oleh Nathan. Ia menatap semua foto-foto kebersamaanya dengan Sam juga Nathan. Lalu menghapusnya satu persatu. Tidak, Ia tidak menyesal. Tidak akan pernah menyesal. Sam mengiriminya pesan yang berisi ucapan selamat malam dan tentu saja terselip kalimat cinta. Ranna membacanya.

Pulang (Hanya tentang waktu sampai kau kembali)Where stories live. Discover now