"Elo gak bohongkan?"

"Buat apa?" Vernon tersenyum.

"Tapi elo siapa?"

"Udah dibilangkan tadi, Teknik mesin, Vernon."

"Maksud gue, kenapa—"

"Mereka kayaknya masih sama-sama sayang," Potong Vernon. 

"Apa bang Chan cuma jadi pelampiasan Karin?" Vernon mengangkat kedua bahunya.

"Apa maksud elo dengan masih sama-sama sayang?" Heran Bang Chan.

Vernon ikut bangkit dan menepuk pundak seniornya itu.

"Saya tahu semuanya tentang Junot dan Karin di masa lalu," 

Bang Chan tersentak.

"Video itu," Vernon melirik lawan bicaranya. 

"Alasan saya ke sini, saya yang menyimpan dan menyebarkannya pertama kali. Saya disini untuk penebusan dosa dan mempersatukan kembali mereka." Tutupnya.

"Elo pikir semudah itu saat semuanya udah bahagia sama masa sekarang?"

"Bang Chan yakin? Bahagia walapupun cewek yang abang panggil pacar itu hatinya masih sama orang lain?"

Bang Chan berdecih dan menatap Vernon tidak habis pikir.

"Lo tahu apa bangsat?"


🌲🌲🌲

Chan berlarian dan sesekali menanyakan Karin pada setiap panita dan peserta pengkaderan yang baru bubar makan siang itu. Namun Karin tidak ditemukannya, Chan baru berhenti berlari kala melihat Karin duduk di teras rumah yang di khususkan untuk jurusan Teknik tambang.

"Bang Chan dari tadi tuh ceweknya nungguin!" Teriak salah seorang temannya.

Karin melirik pemuda yang masih mengatur pernafasannya itu, matanya merah, sembab habis menangis. Bang Chanpun berlari kecil menghampiri Karin.

"Udah makan?"

Karin menggeleng.

"Yuk, cari makanan di Malino kota, abang pegang kok kunci mobil panitia. Yuk?" Chan merangkul Karin, berusaha memapahnya menuju mobil. Karin tidak berkata-kata, Chan tahu ia terkejut.

"Karin kenapa?" Chan meraih pipi gadis itu dan mengelusnya namun Karin berpaling menatap jalan.

"Ayo jalan, Karin gak mau di sini."

Chan mengangguk dan menyalakan mesin mobil menuju Malino kota yang jaraknya sekitar 40 menit dari desa Lembanna tempat pengkaderan itu.

"Mau makan apa?"

"Sate." Jawab Karin singkat, Chan tahu gadis itu suka segala makanan yang di bakar, katanya aromanya enak. Kebetulan dekat dari lapangan besar Malino memang ada penjual sate di pinggir jalan, Chan membawa Karin ke sana.

Malino kota yang selalu dingin, apalagi kala musim hujan seperti ini. Di penjual sate cuma hanya Karin dan Chan pelanggannya, mungkin masyarakat sekitar lebih memilih bersembunyi di balik selimutnya.

"Gak mau cerita Rin?" Karin meletakkan makanannya dan menatap Chan sendu, ia bingung dengan perasaannya.

Ciuman itu membangkitkan kenanganya, namun kenangan yang tidak hanya manis tapi juga pahit. Bibir Junot seolah mengandung racun baginya.

Sedangkan pria di hadapannya ini penawar, kala ia hampir mati dan putus asa. Chanlah yang merangkulnya seperti sekarang.

"Why I can't move on?" 

Tersentak, tentu saja. Namun Chan tetap mengembangkan senyumannya.

Boleh saja ia berstatus sebagai pacar Karin, namun Chan amat tahu ia hanya tempat lari bagi Karin.

Bodoh?

Tidak ada yang cukup tolol maupun cerdas jika sudah menyangkut soal cinta dan perasaan.

"I wanna love you, I wanna forget him,"

"Then open your heart for me." Chan menatap Karin nanar.

"Kita udah hampir setahun pacaran Rin, gue tahu elo nyaman, elo senang di samping gue tapi gue juga tahu elo gak pernah cinta sama gue, gue cuma pemeran pengganti, Gue tahu!"

Karin mengigit bibirnya sendiri.

"I try, but I can't!"

"Itu karena kamu masih menutup hati kamu, kamu masih mengunci Junot di dalam sana. Buka hati kamu Rin! Biarkan Junot pergi, dan biarkan aku masuk ke sana."

Chan bangkit, meski dengan meja yang menghalagi ia memberikan kecupan singkat di kening Karin.

"Love me Rin."


Aku sadar aku pemeran pengganti
Tak pernah benar-benar di hati
Biarlah biar aku bertahan
Mungkin esok rasamu sungguhan

[ Fiersa Besari - Pemeran Pengganti] 

[ Fiersa Besari - Pemeran Pengganti] 

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

-To be continued -

(Don't forget to touch the stars Button if you like the story 😊 👉🌟) 

PAPER UMBRELLAजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें