06: penyesalan abadi

4.5K 1.1K 159
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Napas Jeongin tertahan setelah cerita itu berakhir.

Disaksikannya jemari Jisung gemetar saat menyeka bulir-bulir air matanya. Pria tua itu menarik napas, perlahan menyesap minuman di atas meja. Jeongin paham. Menceritakan hal tersebut kembali pasti berat. Lee Felix dan Hwang Hyunjin bukanlah orang asing bagi Jisung, mereka berdua sahabatnya.

"Dan Hwang Hyunjin—"

"Dia tewas di medan perang." Napas Jeongin tercekat saat mendengarnya, "Bunuh diri. Mereka bilang, saat itu Hyunjin berada di parit terdepan. Sebelum musuh datang, Hyunjin sudah menembak kepalanya sendiri. Dia dimakamkan dengan seragam tentaranya begitu saja di dekat perbatasan. Aku dan seisi kota yang membunuh Felix dan Hyunjin."

Pandangan Jeongin pada sosok Jisung berubah perlahan. Ia tidak lagi melihat pria tua misterius di kafe. Yang ia lihat adalah pria tua kesepian, yang menua bersamaan dengan dosa dan penyesalannya. Pria tua yang dihantui seumur hidupnya. Pria tua yang membunuh sahabat-sahabatnya sendiri dalam diam. Iba, sesungguhnya. Tetapi Jeongin bisa mengerti mengapa pada akhirnya Jisung memilih untuk menyendiri dan memendam semuanya.

"Aku menyelamatkan beberapa barang Felix sebelum pembakaran. Surat-suratnya, lukisan-lukisan pemberian Hyunjin, beberapa foto. Dan hanya ini yang tersisa. Semuanya ludes. Seakan keberadaannya dihapus oleh keluarga Lee hanya karena ia mencintai seorang lelaki dan dimakamkan bersama orang yang dia cintai." Jisung berdeham setelahnya, "Aku tidak tahu jika Kak Minho menyelamatkan beberapa benda penting."

"Kalau aku boleh tahu, Lee Minho itu seperti apa orangnya?

"Felix selalu bilang kalau Kak Minho itu kakak terbaik sedunia. Hanya itu yang kutahu."

Penjelasan itu dapat membuat Jeongin membayangkan sedikit visualisasi Lee Minho. Seorang kakak yang baik. Kakak yang berusaha membantu Hyunjin pada awalnya (biarpun ia tidak tahu mengapa Minho tidak lagi membantu Hyunjin, Jeongin tidak berani berspekulasi). Kakak yang menyimpan barang-barang adiknya saat satu rumah ingin memusnahkan. Kakak yang mewariskan kenangannya akan sang adik pada keturunan-keturunannya—Chaewon dan Mingrui.

Semata agar keturunannya tidak lupa bahwa Lee Minho pernah memiliki seorang adik pejuang bernama Lee Felix.

"Sementara milik Hyunjin—dia membawa semua barangnya sebelum bunuh diri di medan perang. Termasuk surat-surat dari Felix. Saat aku datang ke sana dulu, surat-suratnya sudah dibuang petugas."

Dan itu membuat Jeongin kecewa, sejatinya. Rasa penasarannya membuncah, ingin melihat bagaimana Hyunjin di mata Felix. Ingin rasanya seluruh kenangan mereka ia kumpulkan untuk dibagikan kepada dunia. Seluruh cerita sudah ia dengar, tetapi ada satu hal penting yang belum terjawab, yang masih mengganjal di hatinya. Pertanyaan utama yang mendorong Jeongin mengorek-ngorek masa lalu orang lain sedemikian rupa.

"Saya masih tak mengerti."

Alis Jisung terangkat, "Apanya?"

"Jika Felix dimakamkan di pemakaman keluarga dan Hyunjin dimakamkan di dekat perbatasan, kenapa mereka akhirnya satu makam?"

Tanpa ia duga, Jisung yang matanya masing berkaca-kaca kemudian tertawa geli mendengar pertanyaannya. Jeongin kebingungan. Apa yang salah.

"Aku yang memindahkannya saat menjadi walikota. Setidaknya, hanya itu yang bisa kulakukan untuk mereka berdua."

Anggukan paham. Kerutan keningnya belum hilang, "Dan Keluarga Lee—?"

Setelah itu, Jisung memberikannya senyuman penuh misteri.

"Bisa kuatasi."

the truth untold. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang