Bab 3

2.3K 306 22
                                    

Siang itu langit cerah tanpa awan. Hinata berniat menghabiskan waktu liburnya untuk meredakan rasa gelisahnya. Ia memilih untuk menikmati ramen pedas di kafe kesukaannya. 

Ramen pedas adalah salah satu pelampiasan Hinata setiap wanita muda itu merasa kesal, sedih, maupun gelisah dan cemas. Seperti hari ini, Hinata telah memesan dua mangkuk ramen pedas untuk melampiaskan emosinya. 

Namun sepertinya dia tidak seharusnya terlalu sering berkunjung ke Kafe Ichiraku. Atau mungkin dia tidak seharusnya keluar rumah selama sebulan ini. 

Hinata menatap tidak percaya pada sosok pria pirang di depannya. Sosok jangkung dengan mata biru serta wajah rupawan bagai model itu, masih memertahankan posisi serta senyum gantengnya.

Setengah berlutut, dengan gitar ia sampirkan, dan sebuah kotak merah yang terbuka menampilkan cincin polos berwarna emas.

"Maaf, bisa kau ulangi lagi yang kau katakan barusan?"

Bibir pemuda itu tertarik membentuk senyuman tiga jari. "Hyuuga Hinata menikahlah denganku."

Kepala Hinata seketika pening. Sorakan dari pengunjung kafe makin membuat darahnya naik ke ubun-ubun. Dia sama sekali tidak senang, tidak bahagia, karena Hyuuga Hinata seorang Gamophobia.

Terlebih lagi...

"Aku bahkan tidak mengenalmu, Tuan!!"

Teriakan melengking Hinata terdengar sampai ke luar kafe Ichiraku. Deru napas wanita muda itu tidak terkendali, bersama keringat dingin sebesar biji jagung di pelipisnya. Tanpa banyak kata, Hinata beranjak dari duduknya dan berlari menuju toilet tanpa memedulikan seruan pemuda asing itu. 

Hinata menutup pintu berwarna hitam itu dengan keras. Tubuhnya merosot turun dan bergetar pelan. Sial, mimpi apa dia semalam sampai tiba-tiba dilamar oleh pria asing? Kenal saja tidak, tiba-tiba melamar. Apa pria itu mengira dengan wajah tampan seperti itu, dia bisa seenaknya saja melamar?! Perlukah Hinata memberi pelajaran pada pria sinting itu, dan mengajarinya proses suatu hubungan hingga ke jenjang pernikahan?!

"Haa...," kelopak mata itu terpejam, menyembunyikan sepasang rembulan indahnya. "Mou..., mengapa semua terjadi begitu tiba-tiba?!"

Niat ingin meredakan gelisah, malah emosinya semakin membuncah. Isi perut bukannya mengenyangkan malah berbalik membuatnya mual. Hinata benci ini, mengapa dunia seakan menyudutkannya?

"Mou...., takut, takut, takut!"

Hinata merengek pelan, seperti seorang anak kecil. Emosi mulai menguasainya, wanita muda itu beranjak dan segera keluar dari toilet. Manik peraknya melirik kanan kiri, mencari sosok jangkung sialan yang seenaknya melamar dirinya di depan banyak orang.

Melihat kondisi sekitar yang aman, Hinata segera keluar dengan membungkuk sedikit dan berjalan pelan-pelan. Untung saja ia sudah membayar lebih dulu ramen pesanannya, mana mau dia diteriaki maling karena belum membayar. 

...

Hinata berhasil pulang ke rumah dengan selamat, tanpa bertemu lagi dengan pria aneh itu. Usai membersihkan diri, ia merebahkan tubuhnya yang hanya memakai kaos oblong putih dan celana pendek. Rambut pendeknya yang masih basah membuat penampilan Hinata terlihat segar. 

Sembari bersantai, wanita itu membuka ponsel pintarnya. Ia mulai men-scroll akun sosmed dan melihat postingan tanpa minat. Sampai sebuah pemberitahuan masuk menarik perhatiannya. Sebuah akun bernama 'Monster_Bijuu' memberikan 'like' di hampir seluruh postingannya. 

Seketika Hinata beranjak duduk, keningnya berkerut karena tidak biasanya ada seseorang yang berturut-turut memberikannya 'like'. Hinata yang penasaran segera membuka profile akun itu dan melihat foto profile-nya hanya sebuah topi hitam dengan tulisan 'Naru'.

Gamophobia Love Story [NARUHINA]Where stories live. Discover now