"Katamu aku harus meninggalkanmu. Tetapi saat aku sudah jauh darimu, kau malah mengejarku"
-♣♧♣-
Dimas
Senin, sehari setelah Aku putus dengan Riana.
Kakiku melangkah masuk kedalam kelas yang ternyata masih kosong. Wajar saja, jam masih menunjukkan pukul setengah 6.
Aku duduk di bangkuku dan menghela nafas kesal. "Si Yogi mana sih, katanya janjiannya jam segini."
Tanganku bergerak mengambil handphone yang ada di saku celanaku. Membuka salah satu media sosialku dan mengecek chatku dengan Yogi yang sepertinya barusan mengirim pesan.
Yogi: Sori ya Dim, kayaknya Gua ga bisa ke sekolah jam segini. Sori ya beb :v
Begitu isi pesannya. 'Eh Yogi tai' batinku, lalu segera membalas pesannya
Dimas: Au ah pusing, Gua mau ngerjain tugasnya sendiri aja. Dengan catatan lo gak boleh nyontek. Fix
Tanda kirim pun terpencet. Aku segera menuliskan pesan tambahan.
Dimas: Gua bukan bebeb lo tai
Pesan terkirim
Sebelum aku akan mematikan hpku, notifikasi pun muncul. Balasan dari Yogi.
Yogi: Loh, Dimas kok gitu sih:(
Yogi: Oh Iya, bebebnya Si Riana ya?:v
Deg, badanku kaku sesaat. 'Eh iya ya, si Yogi belum tau ya' batinku.
Tepat saat itu juga, orang kedua yang datang kedua di kelasku pun datang.
Riana.
'Panjang umur tuh anak' batinku.
---
RianaKalau tidak karena uang jajanku yang akan dipotong, aku tidak akan pergi sekolah sepagi ini.
Ayahku hari ini ada dinas di luar kota, jadi ia berangkat lebih pagi--ayahku mengantarku. Kukira, ibuku membolehkanku berangkat ke sekolah menggunakan kendaraan umum. Tapi faktanya, ia terlalu takut untuk anaknya satu-satunya diculik dan dijadikan 'mainan'. Dan akhirnya ia membuat keputusan, kalau aku ke sekolah sendiri menggunakan kendaraan umum atau berjalan kaki, uang jajanku akan dipotong.
Dan disinilah aku. Berjalan sendirian di lorong kelas menuju kelasku. 'Mungkin belum ada yang datang' pikirku
Tanganku bergerak mendorong pintu, dan aku melihat laki-laki itu duduk di bangkunya
Dimas.
Ia memperhatikanku
Aku segera duduk di bangkuku--yang untungnya terletak jauh darinya--. Dia masih memperhatikanku, dan tanpa menoleh pun, aku bisa memastikan bahwa sedari tadi ia tidak berkedip sama sekali.
Kepalaku bergerak untuk menoleh ke arah bangkunya yang ada di belakang kelas. Kulihat dia cepat-cepat menunduk ke bawah dan berpura-pura agar aku mengira kalau ia tadi tidak memperhatikanku dalam jangka waktu yang lama.
Ia memakai seragam sekolah yang tertutup sweater abu-abu miliknya yang terlihat pas untuknya. Rambutnya yang agak acak-acakan menjadi alasan ia disukai banyak perempuan. Wajahnya bisa dibilang lumayan, meskipun ia berkacamata.
"Culun-culun kok ganteng sih?" Gumamku.
Tunggu, kok kayaknya ada yang salah.
'Kenapa gue malah merhatiin dia' batinku 'Sadar Ri, dia itu mantanmu, masa lalumu, MANTANMU.'
Tanganku reflek menutupi wajahku karena malu. Dan Aku berani bertaruh jika wajahku sudah semerah tomat sekarang.
"Eh?"
Aku segera menoleh ke sumber suara yang berasal dari arah pintu kelas. Ada Dina berdirI di situ
"INI KALIAN HABIS NGAPAIN BERDUAAN DI KELAS LAMPUNYA PAKE DIMATIIN SEGALA!!! ASTAGHFIRULLAH!!!" Teriaknya
'Tuh kan gua sampai lupa nyalain lampu' batinku.
-♥♡♥-
-Rosemary end-
YOU ARE READING
Until You Were Gone
RomanceTerkadang sebelum melepaskan seseorang, lebih baik pikirkan dulu konsekuensinya. Bila tidak, kumohon jangan menyesal. © 2018 RadityaPutera