18. The Reason Why

Mulai dari awal
                                    

"Lah?" aku mengangkat kedua alisku bingung, kemudian Mark mendekatkan piringnya padaku. Dia membawa dua sendok dan dua garpu.

"Udah makan tinggal makan, itu badan biar ga kurus kering"

Aku melotot, siapa yang kurus kering?! Padahal aku berusaha menurunkan berat badanku!

Klangg!!

"Yaelah gimana sih lo jalan pake mata apa gak dah?!"

Aku dan Mark menoleh bersamaan kearah sumber suara. Tidak, bukan hanya kami. Bahkan seluruh murid yang ada disana langsung menoleh dan menonton keributan kecil di tengah-tengah perkemahan.

Napasku tercekat.

"Lo tolol apa gimana? Makanan lo buang-buang, miskin aja belagu lo"

Itu Jeno yang sedang memaki-maki Jaemin karena baru saja menabraknya walaupun aku yakin Jeno-lah yang sengaja menyenggol Jaemin.

Tapi Demi Tuhan Jeno pasti sudah gila!

"Bersihin njing, ngotor-ngotorin aja lo cacat!"

Plak!

Jeno menampar kepala Jaemin dengan keras.

"He's again" Mark, ku dengar menghela napas pasrah.

Jeno mungkin boleh saja membenci Jaemin sebagai saudara tirinya, tapi tak bisakah dia cukup diam dan menyimpan kebenciannya sendiri? Tidak untuk mempermalukan Jaemin di depan umum seperti ini!

Ku lihat, Jaemin mulai berjongkok membersihkan makanannya yang berjatuhan di tanah dan rumput.

"Siapa yang nyuruh lo mungutin doang?" suara Jeno.

Jaemin mendongakkan kepalanya.

"Makan"

Aku melebarkan mata, begitu pula semua orang yang menonton. Mereka berbisik-bisik. Sebagian pro, dan sebagian kontra. Tapi 90%-nya menertawai Jaemin yang di tindas oleh Jeno.

"Lo orang miskin pasti sayang kan buang-buang makanan? Gih buru makan tuh makanan"

Jeno mendecih, dan itu membuatku semakin marah. 

Aku sudah bangkit dari dudukku, hendak melangkah menghampiri Jeno sebelum anak laki-laki itu menjadi-jadi.

Tapi lagi-lagi tubuh bongsor Guanlin menahan langkahku. Membuat keningku mengernyit.

Guanlin menghampiri Jeno lebih dulu, dengan mata tajamnya yang dingin, anak bertubuh tinggi tersebut menatap Jeno. Menatapnya dengan menantang.

Sementara Jeno terlihat menaikkan satu alisnya ketika Guanlin datang menengahi.

"Woy bisu" kata Guanlin, memanggil Jaemin, tapi matanya masih menatap Jeno, "Sana lo ambil makanan lagi yang baru" lanjutnya.

Jeno tertawa, "Mau jadi pahlawan kesiangan juga lo buat si cacat ini?"

"Makanan yang dia bawa itu makanan gue bangsat, lo yang sengaja jatuhin" desisnya.

"Wow, sejak kapan lo temenan sama si cacat itu? Atau..." Jeno menggantungkan kalimatnya, "Ah, kayanya gue tau motif lo"

Guanlin maju selangkah, dia tersenyum sarkas "Lo udah kalah, mending lo pergi jauh-jauh"

"Lo pikir gue gak bisa membalik keadaan?" tantang Jeno.

Sementara itu, Guanlin hanya memandangi Jeno dengan tatapan tajamnya. Seperti ingin menerkam. Kemudian, dia tertawa remeh dan memundurkan langkahnya.

"Bangun lo bisu, gue udah laper" Dia menarik kerah belakang Jaemin dna memaksa anak itu berdiri, "buruan ambil makanan terus lo duduk disana" Guanlin mengedikkan dagu kearahku dan Mark.

[✔] 1. DEAR JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang