to wish for two wish

meiji: part 1

Mean mengernyitkan dahi, dia tidak salah lihatkan?

Iya, matanya masih berfungsi dengan baik. Tak hanya di mention twitternya, bahkan di hashtag #2wish, banjir ratusan foto dan video dari berbagai sudut, menangkap satu kejadian. Seseorang menggendong Plan di punggungnya.

Mean menyentuh layar handphonenya. Play. Video ia hentikan sebentar lalu dengan perasaan campur aduk ia capture tubuh mungil Plan yang sedang menempel punggung lelaki lain. Entah dia siapa, Mean tidak peduli, yang pasti ia perlu penjelasan dari Plan.

Mean membuka chat terakhir dirinya dan Plan kemudian mengirimkan foto dan menambahkan lagi pesan singkat, lucu. Meski sejujurnya Mean sama sekali tidak menemukan hal yang membuatnya tertawa di kejadian itu.

Tidak lama Plan sudah membalas chatnya dengan tawa dan sebuah alasan karena aku pendek sih. Mean ingin rasanya membalas pesan itu dengan tuduhan-tuduhan. Memangnya Plan tidak bisa pindah posisi ke depan sedikit? Tapi ia rasa ia bukan di posisi yang berhak mengintrogasi keputusan P'nya.

Sepertinya banyak hal menarik yang terjadi ya
Selama aku pergi
Plan menaikan satu alisnya, apa ini sindiran. Sejauh ini Mean tidak menambahkan emoji atau bahkan sekedar hahaha di chatnya siang ini. Plan tidak bisa menebak apakah Mean hanya menyatakan observasinya, atau merasa kesal dengan hal yang terjadi pada Plan. Ia harap pilihan kedualah jawaban yang benar.

Biasa saja, bagaimana Jepang?
Baiklah, jadi digendong oleh orang yang tidak terlalu akrab itu kejadian biasa bagi Plan? Mean mendengus menahan geram. Belum sempat ia membalas chat Plan, lelaki itu sudah menghujaninya dengan pesan bertubi-tubi.

Makanannya enak-enak, kan!
Ah, iya, cepat serahkan cokelatku!
Nanti kadaluarsa!
Mean tertawa membaca chat Plan, rasa jengkelnya menghilang begitu saja melihat chat Plan yang menggemaskan.

Mana mungkin kadaluarsa P' 555
Plan memutar bola mata, apa Mean tidak mengerti juga, yang ia ingin temui secepatnya tentu bukan cokelat tapi si pemilik cokelat. Kalau begini caranya, lama-lama kesabarannya yang kadaluarsa.