Jejak Asa

22 2 0
                                    

Tantangan_ASI 3
Judul  : Jejak Asa
Oleh   : Ila Yasha Elvaretta

Senyum manis tak pernah pudar dari wajah seorang pemuda berambut ikal dan sedikit gondrong. Lengkungan bibir yang tertarik ke atas mengundang orang-orang di sekitarnya untuk ikut tersenyum.
Hati yang berbunga-bunga menciptakan aura positif dalam diri pemuda tersebut.

“Senang sekali sepertinya, ya, Mas Ferdi?” sapa salah satu wanita paruh baya yang sedang menjemur pakaian di samping rumahnya.

Pemuda bernama Ferdi itu tersenyum ramah mendengar sapaan sang tetangga. Disampirkannya handuk basah di jemuran depan jendela kamar.

“Iya, Bu Iwan, baru saja dapat kabar dari kampung kalau tunangan saya sedang dalam perjalanan ke kota ini kemarin siang. Jadi, nanti sore kami bisa bertemu sebentar sebelum dia ke rumah temannya yang mau menikah,” jawabnya semringah.

Rona bahagia tak mampu ditutupi oleh kulit gelap Ferdi.

“Wah, boleh dong nanti kenalan sama tunangannya, Mas,” ujar Bu Iwan menggoda Ferdi.

“Pasti, Bu RT. Sekalian minta tolong, Bu, kalau nanti ada seorang gadis bernama Asti Ningsih mencari saya, tolong ibu tunjukkan rumah saya, ya? Dia orang yang saya tunggu, takutnya dia datang sebelum saya pulang,” pinta laki-laki itu.

“Beres, Mas Ferdi. Nanti, saya suruh masuk ke rumah kalau Mas Ferdi belum datang, deh.”

“Terima kasih, Bu RT. Kalau begitu, saya berangkat kerja dulu, Bu, permisi” pamit Ferdi. Wanita tersebut mengangguk sambil tersenyum ramah.

Bu Iwan adalah tetangga yang ramah. Suaminya juga ketua RT lingkungan yang selalu memperhatikan setiap warganya. Maka dari itu, Ferdi nyaman mempunyai tetangga seperti keluarga Iwan.

Hari sudah sore. Rupanya yang ditunggu belum juga sampai di rumah Ferdi. Sehabis pulang dari bekerja, Ferdi merapikan rumah agar sang pujaan hati merasa nyaman berada di sana. Kendati pertemuan mereka hanya sebentar, laki-laki itu tetap ingin memberikan yang terbaik untuk wanitanya. Dia juga memesan makanan kesukaan Asti.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Namun sang gadis belum juga menampakkan batang hidungnya. Padahal mereka sepakat bertemu pada pukul enam sore.
Terhitung dari waktu kedatangannya, seharusnya saat ini mereka sudah bertemu.

Berkali-kali Ferdi menelepon nomor ponsel Asti, namun selalu gagal. Perasaan cemas dan khawatir segera menguasai hatinya.

Tak lama kemudian terdengar ketukan di pintu. Diliriknya jam di dinding yang menunjukkan pukul delapan malam. Sebuah harapan muncul jika itu adalah Asti. Bergegas dia berlari depan untuk membuka pintu. Hatinya lega begitu harapannya terpenuhi. Orang yang sedang ditunggu berada di hadapannya.

“Syukurlah, Asti. Mas cemas karena nomormu tidak bisa di hubungi,” ucap Ferdi sambil memeluk gadis tersebut yang sedang tersenyum.

“Maafkan aku, Mas Ferdi. Tas dan ponselku hilang. Perlu perjuangan keras untuk bisa menemukan rumahmu secara benar, Mas,” ucap Asti jujur.

“Lalu, kamu naik apa ke sini?” tanya Ferdi heran. Memang benar, Asti tidak membawa apa pun di tubuhnya selain baju yang sedang di pakainya.

“Dapat tumpangan gratis tadi, tapi orangnya tidak sadar kalau Asti menumpang.”

Gadis itu tertawa terbahak-bahak di ikuti gelengan kepala Ferdi. Asti memang gadis yang usil dan kekanak-kanakan dan laki-laki itu sudah paham bagaimana karakter gadisnya.

“Ayo masuk, kita makan dulu ya. Mas sudah lapar dari tadi menunggu kamu.”

Digenggamnya tangan Asti dan menuntun sang gadis menuju dapur rumah kontrakan Ferdi.

Hanya makanan sederhana yang sudah dingin tersaji di meja makan. Mi goreng telur, Ayam Tepung, dan Kentang Goreng plus sambal pedasnya.

Asti mendelik begitu melihat porsi Ayam Tepung yang banyak. Dia menatap Ferdi yang hanya cengengesan melihat reaksi Asti.

“Aku memang suka Ayam Tepung, Mas, tapi sepertinya kamu punya niat  membuat aku gendut mendadak, iya, kan?” omel Asti yang membuat Ferdi terbahak-bahak.

Tak dihiraukannya Ferdi yang masih terbahak, Asti segera mencuci tangan dan menempati salah satu kursi yang tersedia.
Ferdi tersenyum melihat pemandangan ini. Hal yang sudah lama tidak dilihatnya. Asti makan di depannya tanpa merasa malu-malu.

Gadis yang selalu makan menggunakan tangan itu, jarang sekali menggunakan sendok kecuali untuk makanan berkuah. Kurang nikmat kalau memakai sendok, itulah jawaban Asti jika ditanya alasannya.

Asti dan porsi makan yang bisa dibilang banyak untuk ukuran gadis sepertinya, tidak akan malu untuk menaikkan kaki ketika merasa nyaman dengan orang lain. Bahkan di warung lesehan sekali pun, dia tetap akan melakukannya.

“Kamu tidak mau makan, Mas?” tegur Asti sambil tetap fokus melahap makanannya.

“Iya, ini, Mas makan juga,” sahut Ferdi langsung mengambil piring jatahnya. Mereka berdua pun larut dalam obrolan panjang.

.....

“Ma, tolong nyalakan Televisinya ya. Papa mau melihat berita, nih,” ujar Pak Iwan pada istrinya. Bu Iwan segera menuruti permintaan sang suami.

Sebuah Mini Bus yang memuat empat belas orang penumpang mengalami kecelakaan di jalan X pada hari Jumat kemarin. Di duga, sang sopir mengantuk karena tidak ditemukannya kerusakan mesin kendaraan oleh Tim Forensik. Mini Bus tersebut menabrak penghalang jembatan dan masuk ke dalam jurang. Tidak ada yang selamat dari tragedi mengenaskan tersebut.  Berikut, nama-nama penumpang yang menjadi korban dari kecelakaan ini, termasuk sang supir itu sendiri.
1. Dwi Agustin
2. Tina Rahayu
3. Angga Saputra
4. Asti Ningsih
5. Jumiati
6. Joko Budianto
7. Mar’atun Soleha
8. Frisca Angel
9. Cahyono
10. Wawan Gemintang
11. Totok Wardoyo
12. Bumi Anggara
13. Sandy Wahyudi
14. Along Purwanto
15. Indah Lestari

THE END

Review dari grup Akademi Sastra Indonesia (ASI)

1. Penulisan banyak typo
2. Opening tidak menarik
3. Ada panggilan yang tidak konsisten dari panggilan Bu Iwan dan Bu RT. Baiknya dari awal konsisten mau yang mana. Penjelasannya tinggal di narasi.
3. Ada adegan yang tidak logis seperti;  anak gadis menaikkan kaki waktu makan.
4. Keseluruhan cerita tidak masuk tema.
5. Pembawaan cerita lebih masuk ke FF.

Total poin 6 dari 10

Sayang, review dari grup Redthor sudah hilang. Jadi nggak bisa dibuat kenang-kenangan😭😭😭

Kumpulan CerpenkuWhere stories live. Discover now