Jarak

21 0 0
                                    


Jarak memang bukanlah suatu masalah. Sejauh apapun kita, semesta selalu bisa menemukan. Begitu juga sebaliknya. Sedekat apapun kita berada di suatu tempat, jika memang tak ada lagi rasa, asing sudahlah kita. 

Sebelum dari ini, aku dan kamu hanyalah dua orang yang sedang berusaha baik-baik saja. Menikmati setiap luka yang pernah menggores dalam dada. Kepergian seseorang memang keadaan yang menyakitkan. 

Kita menyebutnya sebagai kehilangan. Mungkin bukan kehilangan seseorang. Tetapi kehilangan akan kebiasaan-kebiasaan. Sebab telah lama kita terbiasa dengan segala rutinitas yang menuntut kita untuk bersama. Hingga melakukan hal-hal yang bisa terbilang konyol. Ucapan selamat pagi tiap mentari hadir, sapaan kabar, liburan dan jalan-jalan bersama. Serta hal lainnya bagai tidak terpisahkan antara aku dan kamu.

"Aku rindu," tulisku pada buku harian. 

Tak ada lagi kamu yang menanyakan tentangku. Yang mencariku ketika tak mengabarimu. Yang menyuruhku untuk tidak tidur terlarut malam. Yang melarangku untuk minum kopi setiap pagi. Mengajak ke pantai setiap hari Rabu. Sampai makan siang bersama tiap bertemu.

Tidak ada.

Semuanya telah selesai. Aku tidak tahu apa yang terjadi. Apakah kamu masih menyimpan komitmen yang sama. Mengapa kita saling menjauh. Hingga mengapa kita tak pernah membicarakan masalah kita lagi. 

Sekarang bisa dibilang raga kita hanya sejengkal hasta. Tapi hati kita sejauh bumi dan matahari. Jarak yang tidak pernah berpihak.

Semusim BersamamuDär berättelser lever. Upptäck nu