Sandiwara Sabuk Merah

13 1 0
                                    

Semester dua ini ku putuskan untuk mengikuti UKM olahraga, silat. Senior fakultas sebelah yang kemarin demo silat di Auditorium kampus menyihir hatiku dengan gerakan-gerakan silatnya yang penuh semangat. Indah namun tak menghilangkan tekhnik beladirinya. Aku dari kecil memang suka silat, jadi sedikit tahu dengan gerakan-gerakan silat. Saat aku meminta izin ke ibu, awalnya ia sempat tak mengizinkan karena katanya aku akhir-akhir ini mudah pusing. Tapi aku tetap bertekat masuk, sampai akhirnya ibu mengizinkan.


Dan sebenarnya juga karena satu hal, si pendemo silat kala itu. Yang paling menyenangkan adalah melihat wajahnya. Wajah tampan, manis dan sejuk itu yang membuatku kian terpikat dan semangat masuk silat. Namanya Rayhan, ia pendiam dan baik. Senior satu tahun diatasku. Entah kenapa rasanya menyenangkan saja jika ada kak Ray.


Pelatih sudah berkacak pinggang di kejauhan. Aku terlambat latihan lagi. Aku berlari ke tempat latihan yang sudah di datangi banyak orang. Mereka sudah selesai hening (pembukaan sebelum silat dimulai) dan straching. Sedangkan aku dengan buru-buru menaruh tas dan memasang sabuk.


"Zakia, hening dan starching bareng, yuk" kak Ray yang ternyata ada di belakangku sedang memasang sabuk juga. Sambil malu-malu aku mengangguk pelan. Bagaimanalah mukaku tidak merah, ia tahu namaku dan kami akan hening dan starching berdua. Aku tidak menyesal terlambat kali ini. Dan semoga saja besok terulang lagi, pikiran ngaco ku keluar lagi. Biarlah dimarahi pelatih, asal aku bisa kian dekat dengan kak Ray. Kami hening dan starching beberapa menit untuk kemudian pelatih menyuruh kami untuk push up, sit up dan back up karena datang terlambat.


Di setiap latihan, aku yang masih sabuk putih (dasar satu) mencari tempat strategis untuk bisa curi-curi pandang ke tempat kak Ray berlatih. Karena tiap tingkatan latihannya akan di pisah. Jadi, sambil latihan, aku diam-diam melihat ke tempat latihan sabuk merah. Tak ada yang tahu, dan latihan ku tetap berjalan mulus. Entah kenapa rasanya menyenangkan sekali melihat kak Ray bersilat, wajahnya yang berubah serius saat mulai mengeluarkan tekhnik-tekhnik membuatnya terlihat keren dimataku. Dengar-dengar ia pernah dilatih oleh pelatih yang professional dan terkenal juga sebelum masuk kuliah. Tak heranlah jika dia termasuk yang pandai dalam bersilat.

***

"Horeeee.... Sabuk meraaah..." teriak anak-anak seangkatan silatku. Kami baru saja mengikuti UKT (Ujian Kenaikan Tingkat) dan penguji mengatakan bahwa kami lulus semua dari sabuk hitam (dasar dua) ke sabuk merah (cakel_calon keluarga). Setahun sudah aku bergabung di silat ini, tentunya juga berkat semangat dari kak Ray. Aku tak tahu jika waktu masih dasar satu, saat masih curi-curi pandang ke kak Ray, ternyata begitu pun sebaliknya. Kak Ray juga curi-curi pandang ke arahku. Hanya saja jarang sekali kami tertangkap saling pandang. Pernah sekali-dua kali dan itupun kami mengira hanya kebetulan saja, padahal kami sedang saling curi-curi pandang. Sejak naik ke dasar dua, aku sudah tidak bisa lagi curi pandang dengan kak Ray karena tempat latihannya benar-benar terpisahkan oleh tembok.


Tapi sejak kami terhalang tembok, kak Ray yang pendiam itu mulai sering tersenyum dan menyapaku. Kadang kami bercanda dengan teman silat lainnya, tapi pandangan kami saling menatap satu sama lain. Hingga akhirnya kami tahu sebenarnya kami saling suka. Namun kak Ray tetap diam, ia tak menyatakannya.


Aku mulai penasaran, iseng-iseng cari informasi dari seniorku. Ternyata kak Ray belum punya pacar. tapi, sedikit kisah sedih mewarnai masa lalunya. Kak Ray pernah menyukai seorang gadis, tapi gadis itu sudah meninggal. Kejadian itu sudah terjadi dua setengah tahun yang lalu. Jadi tidak banyak yang tahu tentang gadis itu. Mungkinkah kak Ray masih mencintai gadis itu hingga kini sulit untuk membuka hati pada gadis lain? Entahlah, aku kini hanya menjalani seperti biasanya saja. Walau tak dapat dipungkiri aku ingin kak Ray menjadi yang special di kehidupanku.

Sandirwara Sabuk MerahWhere stories live. Discover now