Love of My Life

954 98 17
                                    



"P'Singto, di mana kau akan menghabiskan malam tahun baru kali ini?" Krist berusaha untuk tidak terlihat penasaran walaupun sebenarnya ia sangat penasaran setengah mati.

"Hm.. mungkin aku akan makan malam bersama dengan ayahku—seperti biasa," Singto menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari handphone kesayangannya.

"Oh..." Singto mendongakan kepalanya setelah mendengar nada yang tidak biasa dari Krist.

"Ada apa? Kau ingin melakukan sesuatu?"

"Um.. tidak.."

"Sungguh?" Singto mengernyitkan dahinya, benar-benar tidak mempercayai omongan lawan bicaranya.

"Ya, mungkin..."

"Lalu? Bagaimana denganmu? di mana kau akan menghabiskan malam tahun baru kali ini?" Singto mengulang pertanyaan Krist dan mendapati gelagat tidak biasa dari junior kesayangannya.

"Aku akan pergi berlibur bersama keluargaku, tentu saja, tidak mungkin aku hanya berdiam diri di rumah, hahaha!" Pembohong kau, Krist! Batin Krist, tidak mungkin, bahkan keluarganya sudah pergi berlibur dari beberapa hari yang lalu dan Krist harus berbesar hati tidak ikut dikarenakan kesibukannya yang benar-benar menghabiskan seluruh waktunya.

"Oh? Benarkah? Kalau begitu, semoga liburanmu menyenangkan," memilih tidak memusingkan keanehan Krist, Singto kembali menyibukkan dirinya dengan handphone di tangannya.

Krist mendadak lesu, ia sangat berharap P'-nya akan mengajaknya pergi bersama lantas merasa bodoh karena sudah berbohong dan harus rela menghabiskan malam tahun baru kali ini sendiri, tanpa ditemani siapa pun.

**

Malam Tahun Baru...

Krist berjalan gontai menuju rumahnya, malam ini ia akan sendiri, menyesali tidak menerima ajakan teman-temannya untuk bermalam tahun baru bersama.

Ah, sudahlah! Aku akan tidur sepuasnya saja! Krist berusaha menyemangati dirinya sendiri dengan berjalan lebih cepat.

Sesampainya di rumah, dengan malas Krist melepas hoodie yang dikenakannya dan merebahkan diri di sofa sambil menonton TV dengan malas. 10 menit hanya menonton TV membuat kesadaran Krist mulai hilang saking bosannya.

Ting Tong! Ting Tong! Ting Tong!

Saat Krist benar-benar akan tertidur, tiba-tiba terdengar suara bel rumahnya. Memutuskan untuk tidak menghiraukan dan melanjutkan kembali tidurnya, namun bukannya berhenti, suara bel rumahnya semakin terdengar dengan keras dan dengan tempo yang lebih cepat.

Ting Tong! Ting Tong! Ting Tong! Ting Tong! Ting Tong!

Ah! Benar-benar mengganggu! Siapa pun engkau, jika tidak penting aku akan langsung memukul wajahmu! Krist bersungut-sungut dengan mata setengah terpejam dan berjalan untuk membuka pintu.

Ceklek...

"Ada perlu apa? Kau sangat mengganggu—P'SINGTO!!!" mata Krist langsung membulat begitu melihat siapa orang yang berada di depan pintu rumahnya.

"Hai.." Singto berusaha tersenyum semenawan mungkin lantas tertawa geli melihat wajah melongo Krist yang sangat menggemaskan—baginya.

"Kau?! Bagaimana bisa?! Bukankah kau...?"

"Kau tau, Krist? Bahwa kau adalah pembohong yang sangat buruk?"

"Iya, aku paham tapi itu—bagaimana dengan ayahmu?" Krist masih sangat bingung, bukankah P'-nya dengan jelas mengatakan bahwa akan menghabiskan malam tahun baru bersama ayahnya? Lantas mengapa P'-nya sekarang berada di depan rumahnya dengan senyuman yang sangat menawan, membuat Krist semakin bingung dibuatnya?

"Singkatnya, aku tidak akan membiarkan kau sendirian, Krist. Wajah lesumu benar-benar membuatku tidak tenang," Singto meraih tangan Krist, menggenggamnya dan mengusapnya dengan lembut.

"Bagaimana dengan ayahmu, P'?" Jujur saja, Krist sangat senang saat ini, ia mati-matian menyembunyikannya walaupun wajahnya sudah semerah kepiting rebus! Benar-benar memalukan kau, Krist! Batinnya.

Singto tersenyum melihat reaksi Krist, "Ayahku—aku sudah mengurusnya—dan bagaimana jika kau membiarkanku masuk?"

"Oh ya, silahkan masuk P'"

Singto mendudukkan dirinya di sofa dan memperhatikan sekitar, "Kau benar-benar sendiri ternyata,"

"Lalu? Kau kira aku akan ditemani siapa? Oh! Benar! Harusnya aku menghubungi seorang teman.." Krist mengambil handphone-nya dan berusaha menghubungi temannya.

Melihat itu, Singto merebut handphone Krist dan segera dihadiahi death glare oleh Krist. "Kau kan sekarang bersamaku, masih kah perlu ditemani oleh temanmu yang lain? Kau ini benar-benar.." Singto langsung menjelaskan maksudnya dengan penuh tekanan, gemas sekali dengan tingkah orang dihadapannya saat ini.

"Hehe.. kupikir kau menyarankannya," Krist memberikan Singto senyum yang dibuat semanis mungkin, berharap P'-nya tidak akan marah.

Singto menghela napas, "Dengar, aku di sini karena aku tidak ingin membiarkan kau sendirian. Ayahku sudah aku urus dengan baik dan setelahnya aku langsung menemuimu, tidak kah kau menghargai usahaku? Aku tidak ingin kau menghabiskan waktumu dengan orang lain jika aku masih bisa menemanimu."

Sudah cukup! Wajah Krist sudah sangat memerah mendengar pengakuan P'-nya dan memilih untuk menenangkan detak jatungnya yang sedang berdentum dengan keras.

Demi melihat wajah dihadapannya yang sangat menggemaskan, Singto tersenyum dan meraih kepala Krist lalu mencium bibirnya dengan sangat tulus, mencoba memberi tahu bahwa ia sangat menyayangi Krist.

Setelah beberapa menit, Singto melepaskan ciumannya, lalu memeluk orang dihadapannya dengan penuh kasih, "Aku harap kau tahu, bahwa aku selalu memprioritaskan dirimu di atas segalanya—setelah ayahku tentu saja—aku tidak ingin melihat dirimu sedih. Aku tidak pernah tahan melihat wajah sedihmu, itu sangat menyiksaku. Kau adalah satu-satunya orang yang terpikir olehku setelah ayahku. Aku harap aku bisa membuatmu bahagia, Krist. Seperti dirimu yang bisa membuatku tersenyum dengan segala hal yang kau lakukan—bahkan jika itu hanya dengan tersenyum dihadapanku—Terimakasih untuk tetap tersenyum untukku. Aku sangat menyayangimu. Happy new year, My Love.." setelahnya, Singto kembali mencium bibir Krist yang dibalas dengan sepenuh hati oleh Krist.

"Thanks for everything. I love you too, P'Singto. With all my heart."

END


Thanks for reading :)

- M.

Love of My LifeWhere stories live. Discover now