2. Beautiful Time

1.1K 149 13
                                    

MARK × RENJUN

Just-Tya


Beautiful Time•

...

Bahkan dinginnya angin malam tak mampu membuat senyum Mark luntur barang sejenak, tangan kirinya terangkat sejenak sekedar melihat waktu di jam tangannya.

Namanya di panggil, membuatnya menoleh dan semakin membuatnya mengembangkan senyum. Sudah sekian lama sejak terakhir kali keduanya bertemu.

Langkah keduanya bertemu, sejenak hanya saling melempar padang dan senyum yang merekah sempurna di bibir.

"Kau masih mengingat tempat ini ternyata.."

Pemuda manis di depannya tersenyum manis, dengan tangan bersedekap pemuda itu mendekat. "Bagaimna aku melupakan tempat ini?"

Tangan kecil itu menunjuk tempat favorit mereka. "Rumah pohon yang kita bangun, bagaimana aku melupakannya?"

Tangan Mark terangkat mengusak rambut halus itu dengan gemas. "Tentu saja, bagaimana Huang Renjun bisa melupakannya?"

Renjun terkekeh, sebelum berjalan lebih dulu menuju rumah pohon, yang berada di belakang rumah Mark.

"Aku merindukan Seoul!" Renjun berseru, ketika kakinya sudah berhasil menapak dengan sempurna di atas rumah pohon.

Mark sendiri baru saja berhasil naik, ikut menyusul langkah Renjun masuk ke petak sempit buatan keduanya, duduk berdekatan di dekat jendela, dimana keduanya bisa melihat matahari tenggelam di barat sambil bersenandung kecil.

Mengulang kembali kenangan di masa lalu, sembari sesekali melirik doodle buatan tangan mereka yang terpajang rapi di sepanjang dinding rumah pohon yang mereka buat untuk kesenangan semata.

Mark tersenyum tipis ketika kembali merasakan bahunya dan Renjun saling bersentuhan, sentuhan yang ada di atas, seperti itu sedikit menggantung.

"Matahari sudah tenggelam.."

Mark menoleh, kembali fokus pada matahari yang sudah tenggelam sempurna.

"Benar.."

Renjun menghela napasnya sejenak sebelum menjatuhkan kepalanya di atas bahu Mark dengan nyaman, hal yang sering ia lakukan dahulu.

"Aku benar-benar merindukan tempat ini dengan suasanya seperti ini.."

Kelopak mata itu terpejam, menikmati semilir angin malam yang menyapa wajahnya. Tidak menyadari debaran halus yang bersarang di dada Mark.

"Bagaimana sekolahmu?"

Mark membuka topik, tidak ingin larut terlalu jauh, ketika tangan milik Renjun menggenggam jemarinya.

"Sangat membosankan.." Renjun menghela napasnya, "tidak ada yang bisa ku jahili sepertimu.."

Mark terkekeh, tangannya yang bebas menarik hidung Renjun dengan gemas. "Lalu kenapa pergi menjauh dariku?"

HEALINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang