📝 Lunch Together

520 46 8
                                    


"Mau apa di situ?"

Kim Donghyun menoleh, mendapati seorang laki-laki yang bersedekap berdiri tak jauh darinya. Donghyun tahu laki-laki itu. Im Youngmin namanya. Dia sering berkeliaran di sekolah memakai jas putih laboraturium. Di lain waktu, Donghyun melihat Youngmin memakai seragam olahraga sekolah mereka sambil mengayunkan raket di lapangan tenis. Di hari Minggu, Donghyun berjalan-jalan di sekitar pertokoan dan matanya menangkap sosok Youngmin sedang berlarian di treadmil di salah satu pusat kebugaran. Semua laki-laki yang dilihat Donghyun benar-benar Im Youngmin. Bertubuh tinggi, ketua klub sains, anggota klub tenis, dan mungkin Youngmin juga anggota tetap pusat kebugaran itu.

"Hei, Bung." Youngmin menjentikkan jarinya berulang-ulang di depan mata Donghyun. Jarak mereka sudah sangat dekat. Youngmin mengedikkan dagunya ke bawah sana. "Mau apa kau duduk di pinggir atap sekolah, huh?"

Bukannya menjawab, Donghyun malah memberi cengiran lebar sampai kelopak matanya menutup membentuk garis lengkung. Lalu terkekeh pelan sambil menggaruk tengkuk.

Si pemuda Im mengerutkan pucuk hidungnya. Youngmin tahu laki-laki itu. Kim Donghyun, laki-laki yang pernah mengacaukan laboraturium sekolah karena salah mencampur larutan dan menimbulkan ledakan kecil. Youngmin sangat menyukai laboraturium. Dan Youngmin sangat membenci orang yang mengacaukan tempat kesukaannya. Dengan kata lain, Youngmin sangat membenci Donghyun.

Bertemu Donghyun di saat Youngmin ingin bersantai di atap sekolah, tak pernah terpikirkan olehnya. Youngmin lebih suka menyendiri di luar semua kegiatan klubnya. Melihat Donghyun duduk di pinggir atap, Youngmin sempat mengira laki-laki itu ingin bunuh diri. Tapi, Youngmin tidak mau langsung menghakimi. Mungkin saja Donghyun sedang bersantai. Atau kalau dia sungguh ingin melompat dari gedung lima lantai ini, Youngmin mau langsung kabur.

"Senior."

"Apa?"

Donghyun menepuk-nepuk permukaan beton di sampingnya. "Duduklah," katanya. Donghyun beralih menarik ranselnya, mengeluarkan dua bungkus roti cokelat, dan dua botol susu. "Lebih enak makan siang bersama daripada sendiri, lho."

Ternyata Donghyun bukan mau bunuh diri. Syukurlah.

Masih bersedekap, Youngmin menggeser langkahnya. Dia tidak takut ketinggian. Youngmin menuruti perkataan Donghyun dan duduk di sampingnya dengan bungkus roti dan kotak susu sebagai pembatasnya. Astaga, Im Youngmin duduk bersama Kim Donghyun yang sangat dia benci!

"Kau betulan Senior Im Youngmin?" tanya Donghyun ketika Youngmin menyambar satu bungkus roti, matanya menyipit ragu.

Youngmin menaikkan sebelah alisnya. "Apa aku terlihat seperti Venom?"

"Tentu saja tidak!" seru Donghyun yang menggeleng cepat. "Kau lebih manis dari Venom."

Youngmin mengernyit, lalu mengedikkan bahu. "Yah, kuanggap itu sebagai pujian."

"Itu pujian," sahut Donghyun disertai dua acungan jempol. "Terima kasih sudah mau makan siang bersamaku."

"Bukan masalah." Youngmin mulai menggigit rotinya.

Mereka mengunyah roti dan menyesap susu dalam diam. Youngmin menatap lurus ke depan sedangkan Donghyun sesekali mencuri pandang dari ekor matanya ke arah Youngmin yang memakai jas laboraturium. Donghyun suka mengamati Youngmin diam-diam. Di setiap kesempatan, termasuk saat praktikum Kimia yang Donghyun benci, laki-laki itu pasti menghabiskan delapan puluh persen waktunya untuk menopang dagu dan mengamati Youngmin, yang bertindak sebagai asisten laboraturium.

Kim Donghyun tidak tahu pasti kapan kali pertama presensi Im Youngmin menarik atensinya sebesar minatnya pada pelajaran musik. Youngmin bukan termasuk laki-laki yang ramah. Donghyun sering mendengar murid-murid lain membicarakannya. Youngmin yang sombong, pendiam, dan berbagai sebutan lainnya yang tidak enak didengar. Namun, bagi Donghyun, Youngmin punya sisi lain yang tidak banyak diketahui orang lain. Youngmin suka sekali tersenyum saat dia berhasil melakukan uji coba entah apa dan saat berlatih tenis sendirian di lapangan. Youngmin mau mengerjakan tugas piket tanpa ditemani siapa pun, meski dia menyapu diselingi dengan banyak umpatan.

Dan Youngmin bukanlah seseorang yang katanya bisa melakukan apa pun sendiri. Adakalanya Youngmin butuh sedikit bantuan meski dia lebih suka menutupinya. Youngmin butuh seseorang untuk menemaninya berlatih tenis di luar kegiatan klub. Donghyun dengan senang hati membantu Youngmin, meski dia adalah partner bermain tenis yang buruk. Youngmin butuh seseorang untuk membantunya membereskan bangku-bangku di laboraturium, saat jarinya tergores pecahan kaca tabung reaksi. Donghyun, yang kebetulan lewat di depan laboraturium dan memiliki kekuatan yang berlebih, membantu Youngmin. Sayangnya, Youngmin tidak pernah mengatakanㅡ

"Terima kasih."

Ya, kata itu. Youngmin tidak perㅡtunggu! Dia mengatakan apa? "Senior berterima kasih padaku?" Manik Donghyun membola.

"Memangnya pada siapa lagi, huh?" Menumpukan pegangannya pada sebelah pundak Donghyun, Youngmin bangkit berdiri di tepi. Merogoh saku jas putihnya lalu dia memberikan selembar kertas yang dilipat pada Donghyun. "Jangan telat," katanya sebelum melompat turun dan bersiap kembali ke kelas karena bel usai istirahat telah berbunyi.

"Ini apa?"

"Hadiah karena kau telah mentraktirku makan siang."

"Ajakan kencan, ya?"

"Bukan!"

Tawa Donghyun mengudara. Youngmin memutar tumit dan berjalan cepat-cepat ke arah pintu setelah menjulurkan lidahnya pada laki-laki itu.







Tugas untuk Kim Donghyun:

Membersihkan dan merapikan laboraturium sepulang sekolah!







Donghyun tak bisa menahan senyumnya. Tugas seperti ini bukan masalah besar baginya. Melakukan setiap hari pun Donghyun mau-mau saja. Karena ....

"Hei, Senior," seru Donghyun teramat kencang. "Bersih-bersihnya ditemani Senior, kan?"

Eh? Youngmin menghentikan langkahnya seketika. Jangan menoleh, Im Youngmin. Jantung Youngmin berdegup kelewat cepat.

"Kuanggap itu sebagai kencan, ya!"

Oh, shit!

Youngmin buru-buru membuka pintu dan berlari menuruni anak tangga. Wajahnya tiba-tiba terasa hangat.

Ini akibat panas matahari, tahu! Hmph!

.

.

.

fin.

DY's TrashWhere stories live. Discover now