Mimpiku Itu adalah ...

Magsimula sa umpisa
                                    

Mataku melirik coach Suhardi yang ada dipojok belakang lapanganku. Beliau mengisyaratkan agar aku tidak kepancing. Ya, masalah terbesarkau adalah kurang bisa mengendalikan emosi. Saat pemain lawan melakukan provokasi terhadapku, saat itu juga aku akan melakukan berbagai kesalahan. Seperti bola keluar, pukulan smashku nyangkut di net, dan yang paling parah servisku tidak sampai. Dan semua itu membuat lawan tersenyum puas karena berhasil mempengaruhiku.

Pelatih Suhardi juga mengisyaratkan bahwa aku harus tampil dengan percaya diri. Mungkin beliau tahu saat aku menghindari netting tadi. Membuatku melakukan kesalahan karena memberikan kesempatan pada lawan untuk mematikan langkahku.

Aku memasang posisi kuda-kuda saat wasit mengeluarkan kata play. Lalu bola datang dari seberang lapangan. Pengembalian servis yang kulakukan berhasil. Membuat bola melambung melewati jaring net. Dengan mudahnya pemain Malaysia mengembalikannya dengan pukulan forehand sehingga membuat bola kembali melewati jaring net dengan jarak yang tipis. Kali ini aku tidak lari. Aku kembalikan lagi bola itu dengan netting yang tipis. Membuat pemain Malaysia ini melambungkan bola sudut kanan belakang lapangan. Kepalaku menunduk sedikit, mengawasi garis putih dilapangan. Tidak keluar. Lalu kesempatanku datang. Aku berancang-ancang melakukan pukulan smash. Bola sudah kupul, dan kulihat pemain lawan sudah berada di garis belakang pertahanan—siap menerima pukulanku. Kuarahkan bolaku menuju area depan sisi kanan pemain lawan. Dan yaaa, berhasil. Bola kokku mendarat dengan cantik disis depan lapangan pemain Malaysia ini. Dropshoot silang yang kulakukan berhasil membuahkan poin.

Aku masih bisa mempertahankan keunggulaku meskipun hanya satu angka. Wasit menyatakan pindah servis dan mengumumkan skor sementara. Tiga belas-dua belas.

Permainan dimulai kembali. Kali ini aku lebih percaya diri untuk melakukan permainan yang membahayakan poinku. Setelah arahan dari coach Suhardi tadi, aku mulai melakukan netting, smash silang, dan pukulan dropshoot menyilang. Selain memperuncing senjata-senjata andalanku, aku juga memperkokoh pertahananku sendiri saat pemain Malaysia mulai menyerang.

Sesaat aku mulai menyadari bahwa pemainan lawanku kali ini mulai berbeda. Dia lebih sering melambungkan bola tinggi, memancingku untuk melakukan pukulan smash, sehingga membuatku mati langkah sendiri saat pukulanku tidak menyebrang net, malah menyangkut dan jatuh di lapangan permanainanku sendiri.

Aku semakin keteteran ketika permainan lawanku mulai agresif. Melambungkan bola tinggi kesudut kiri atau kanan lapanganku lalu melakukan netting tipis membuatku pontang-panting. Berlaian dari sisi belakang lapangan kemudian ke bagian depan lapangan. Membuatku malakukan pengembalian bola yang tanggung. Sehingga pemain lawan dapat menyergap dan menempatkan bola ke bagian lapangan yang kosong. Membuahkan hasil yang cukup untuk membuatku frustasi dan memaksaku mengatur ulang strategiku.

Kujatuhkan tubuhku dalam pengejaran bola. Hal ini dapat mengakibatkan break selama petugas atau hakim garis mengelap keringat yang menempel pada lantai lapangan karena tubuhku. Selain itu, ini kesempatan untukku berpikir dalam mengatasi keagresifan permainan lawan. Sekaligus juga dapat menenangkan pikiranku dan mengambil nafas.

Setelah hakim garis keluar dari lapangan, aku mulai memeriksa bagian lapangan tadi. Memastikannya tidak licin. Setelah itu aku mulai bersiap saat wasit mengatakan kata play. Skor sementara sudah enam belas-delapan belas. Tertinggal dua angka yang membuatku mati-matian untuk mengejar ketertinggalan.

Pemain tunggal putri Malaysia sudah melakukan servis. Bola melambung cukup tinggi melewati kepalaku dan mengarah ke bagian belakang lawan. Saat aku sudah melakukan pengembalian, service judge menyatakan bahwa servis pemain Malaysia fault. Satu keuntungan buatku. Mendapatkan satu angka dengan cara lawan melakukan satu kesalahan adalah salah satu hal yang dapat membuat kerecayaan diri pemain meningkat.

Pekan MimpiTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon