"Hey, aku nanya ke kamu pake parfum satu botol ngga? Bukannya di jawab malah bengong." Kini Lay berbisik dengan mendekatkan wajahnya ke telingaku karna Bu Merry telah berada di ruang kelas.

Tingkah Lay tentunya membuyarkan lamunanku. Ini memang bukan interaksi pertamaku dengan Lay selama 2 semester ini. Tapi ini merupakan percakapanku pertama kalinya dengan jarak yang sangat dekat. Selama ini aku tak berani untuk memilih tempat duduk di samping Lay. Lay orang yang sangat ramah. Ia juga sangat berbakat dalam berbagai bidang. Kemampuan koding dan analisisnya sudah tak diragukan lagi. Selain memiliki kemampuan di bidang akademik Lay juga dapat bernyanyi, dance, ia juga dapat memainkan gitar serta piano. Dan ia juga sangat ahli dalam memainkan si kulit bundar di lapangan basket. Lay masuk dalam tim nasional basket di universitas. Lay juga masuk dalam jajaran 12 orang terpopuler di kampus. Tak heran jika banyak mahasiswa lain menyukai Lay.

"Ah ya, eh engga kok. Siapa bilang aku pake parfum satu botol?" Ucapku yang sedikit gugup. Sedari tadi aku berusaha untuk mengontrol ekpresiku berada di sebelah Lay.

"Wangi parfum kamu nyengat banget wajar dong kalo aku nanya kamu pake parfum satu botol atau engga." Jelas Lay yang respon dengan anggukan.

"Oh maaf tadi kebanyakan pake parfumnya." Ucapku disertai tawa datar dari ku.

Lay hanya mengangguk dan memperhatikan apa yang di sampaikan oleh Bu Merry. Sedangkan aku berpura-pura mencatat. Yang ku catat adalah daftar drama korea yang belum aku tonton dan yang baru di upload di web. Aku memang sangat menggilai drama korea. Jalan ceritanya yang sangat bagus plus romantis dan pemainnya juga sangat tampan.

"Apa semua catatan kuliah kamu isinya daftar drama korea?" Tanya Lay dengan suara sedikit berbisik membuatku sedikit terkejut.

"Enggak kok, Cuma kali ini aja. Aku lagi bosen. Lagian Bu Merry ngejelasinnya teori mulu." Aku masih terus menulis beberapa list drama yang harus aku tonton.

"Kalo kamu maunya Bu Merry langsung praktik koding web itu bisa di praktikum kan, ini kan kuliah wajar kalo Bu Merry ngejelasin teori."

"Iya deh iya."

Suara Lay membuat jantungku berpacu sangat cepat. Aku mencoba untuk mengontrol raut mukaku agar tak terlihat jika aku menyukainya. Setelah percakapan tadi, kita kembali fokus pada penjelasan Bu Merry. Lagi-lagi aku memang susah untuk fokus ketika dosen menjelaskan. Kali ini aku mencoba untuk menuliskan apa yang dijelaskan oleh Bu Merry tapi hasilnya nihil. Hanya beberapa kata saja yang dapat aku tulis karena Bu Merry menjelaskan materi secepat laju kereta api.

Setelah dirasa cukup menjelaskan materi, Bu Merry mulai memberikan soal kuis. Aku sedikit kaget melihat soal pilihan ganda berjumlah 30 nomor itu. Setelah aku membaca soal sekilas hanya sekitar 9 soal yang mampu aku jawab dengan benar. Dengan otakku yang pas-pasan aku sangat kesusahan menjawab sisa soal yang belum bisa aku jawab. Waktu terus berjalan dan aku masih setia dengan 9 jawabanku yang aku tulis di lembar jawaban. Waktu kuis hanya tinggal 10 menit lagi dan tentunya aku semakin panik. Otakku kali ini tidak bisa diajak kompromi untuk sekedar mengarang bebas. Pasalnya jawaban pilihan ganda banyak yang mengecoh. Dan aku tak mau asal memilih jawaban. Berkali-kali aku merutuki kebodohanku seraya menelungkupkan wajahku diatas meja kursi chitose yang kududuki. Tiba-tiba ada jari yang mencolek lenganku. Aku dengan reflek menengok dan aku kembali terkejut karena yang mencolek lenganku adalah Lay. Aku terdiam sejenak karena semakin diperhatikan dari dekat wajah Lay semakin tampan. Beberapa detik kemudian aku tersadar karena ekspresi muka Lay berubah seperti sedang menginstruksikan sesuatu kepadaku. Rupanya Lay memberiku contekan dari jawaban kuisnya. Tanpa pikir panjang aku dengan sigap menyalin jawaban kuis dari Lay.

Setelah waktu kuis selesai ketua kelas diminta untuk mengumpulkan semua lembar jawaban. Aku sangat senang ketika jawaban kuis dapat terisi semua walaupun sebagian besar aku dapat dari Lay.

"Lay, makasih ya udah ngasih jawaban ke aku."

"Makanya otak ini jangan diisi sama drama korea terus." Lay menyentil jidatku sambil tersenyum yang membuatku terpaku untuk beberapa detik.

"Sakit tau." Gerutuku.

Aku mengusap jidatku untuk menghilangkan rasa gugupku sementara Lay masih tertawa pelan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku mengusap jidatku untuk menghilangkan rasa gugupku sementara Lay masih tertawa pelan.

"Untuk tugas besar web akan dijadikan tugas kelompok bukan individu. Satu kelompok terdiri dari dua mahasiswa. Kalian bebas pilih temen satu kelompok. Presentasi tugas besar akan diadakan saat minggu tenang sebelum UAS. Persiapkan semuanya dengan baik. Kalian harus koding sendiri dibantu dengan referensi buku atau situs web. Tidak boleh menggunakan bootstrap atau framework orang lain. Jika ada yang ketahuan menggunakan bootstrap sudah pasti tidak akan lulus di mata kuliah saya. Untuk pengumpulan daftar kelompok saya tunggu sampai jam 9 malam ini melalui ketua kelas." Jelas Bu Merry sebelum mengakhiri kelasnya lalu pergi meninggalkan kelas.

Mendengar penjelasan mengenai tugas besar yang diberikan oleh Bu Merry membuatku sedikit sedih. Aku tak bisa menyontek framework orang lain. Belum lagi aku mencari teman kelompok. Biasanya ketika ada tugas yang dikerjakan berkelompok aku selalu satu kelompok bersama Seulgi dan Irene. Tapi tugas kelompok kali ini hanya beranggotakan dua orang. Aku yakin kedua sahabatku itu sudah membentuk kelompok. Tiba-tiba suasana kelas menjadi ramai dengan suara teman sekelasku yang sedang mencari teman satu kelompok. Aku berdiri dari tempat dudukku berniat untuk menanyakan pada teman sekelasku yang belum mendapatkan kelompok dan berharap ada yang mau menerimaku menjadi partner kelompoknya. Belum sempat aku mengeluarkan suaraku ada suara lain yang membuatku terpaku untuk kesekian kalinya.

"Kamu satu kelompok ya sama aku. Kamu belum dapet kelompok kan?" Tanya Lay yang kini sudah berdiri di sampingku.

Astaga mimpi aku semalam sampai aku diajak satu kelompok oleh Lay. Aku berusaha menyakinkan diri aku sendiri bahwa saat ini bukanlah mimpi seperti biasanya. Semenjak menyukai Lay aku memang sering memimpikannya. Aku berharap momen ini bukan mimpi.

"Haaai Wendy, kebanyakan melamun ih." Lay melambaikan tangannya di depanku membuatku tersadar dari lamunanku. Entah sudah berapa kali aku terpaku dibuatnya.

"Ah iya maaf, iya aku belum punya partner buat diajakin jadi kelompok. Tapi kalo aku sama kamu ngga apa-apa kan? Otak kamu kan kualitas super sedangkan otak aku kan pas-pasan gini." Ucapku dengan nada sedikit gugup.

"Udah tenang aja sama aku. Jadi sekarang kita satu kelompok ya. Yuk temenin aku ke kantin." Ucap Lay membuatku tambah terkejut. Selain dia mengajakku ke kantin dia juga menggenggam tanganku seraya menyeretku keluar kelas.

Tuhan apakah ini cobaan atau anugerah darimu, cobaan karna ketika Lay menggenggam tanganku rasanya aku ingin mati dan anugerah karna ketika Lay menggenggam tanganku rasanya sangat bahagia sehingga aku ingin menghentikan waktu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tuhan apakah ini cobaan atau anugerah darimu, cobaan karna ketika Lay menggenggam tanganku rasanya aku ingin mati dan anugerah karna ketika Lay menggenggam tanganku rasanya sangat bahagia sehingga aku ingin menghentikan waktu.

To Be Continue.......

Semoga kalian suka sama cerita baru ini ya 😊

Jangan lupa vote + comment 😘

MonopoLove [LAY EXO & Wendy RedVelvet]Where stories live. Discover now