Dunia dalam Lensa

82 1 0
                                    

Dunia dalam Lensa

sinopsis

Aruna Hara. Seorang mahasiswa psikologi. Akademisi sejati yang berkutat dengan banyak teori. Benci melihat melihat berita yang kebanyakan menurutnya hanya merekam sisi gelap manusia seperti pembunuhan, pemerkosaan, korupsi sapi, penipuan, lalu pusing sendiri berpikir bagaimana bisa tetap waras di tengah dunia yang gila ini. Pendamai yang selalu ingin berkompromi, meski dia tak segan untuk menjadi keras kepala untuk hal-hal prinsip menyangkut nilai yang dianutnya. Dia tak suka hal teknis, karena selalu berpikir bahwa kontribusi akademisi seharusnya tidak selalu berkaitan dengan hal-hal praktis seperti mengurusi anak jalanan, jadi relawan bencana, atau ikut berkotor-kotor di kawasan pembersihan sampah. Tapi... sesuatu mengubah cara berpikirnya. Sedikit demi sedikit, lensa yang dipakainya untuk melihat dunia berubah. Lensa itu tak lagi sama dan tidak akan pernah sama seperti dulu..

###

Nurdin Kamaludin -- Teh, besok aku bakal buka bareng sama anak jalanan. Ikut ya.

Aku mengernyit membaca satu pesan masuk dari Dudin (sebutanku untuk Nurdin), adik tingkatku sekaligus 'anak' yang menjadi tanggung jawabku di salah satu divisi yang aku pegang dalam komunitas sosial Bandung. Aku selalu diprasangkai sebagai mahasiswa dengan minat sosial yang tinggi, sebetulnya tidak begitu, hanya saja aku berniat melatih kepekaan sosialku sebagai seorang calon sarjana psikologi. Harus aku akui, meski aku bukan penganut altruism sejati seperti Bunda Teresa atau Mahatma Ghandi, aku tidak akan menutup mata mengenai kenyataan dunia yang aku tempati. Aku masih punya sedikitnya rasa kemanusiaan juga akal sehat.

Aruna Hara -- Sama siapa aja? Mas Gino-mu juga?

Aku malah membalas Dudin dengan menanyainya balik. Aku agak malas sebenarnya. Maklum, dia selalu membawa gengnya yang notabene adalah cowok-cowok 'tulen', bukan cowok-cowok tipikal anak psikologi yang terkenal supel dengan cewek dan bisa mimikri untuk bisa bergabung dengan cewek membicarakan topik-topik khas cewek. Hehe... gengnya berisi cowok-cowok sains-teknik yang punya hobi naik gunung dan bicara soal topik yang tidak bisa aku ikuti. Benar-benar bikin nyesak dan mati kutu. Aku sebisa mungkin selalu antusias mendengarkan dan sesekali menimpali, tapi tetap saja rasanya tidak nyaman bersama mereka. Apalagi aku bukan tipe yang nyaman berada di antara banyak cowok, khususnya yang seperti mereka. Dari SD kebanyakan sahabatku memang cowok, tapi aku rasa mereka tidak setulen temen-teman si Dudin ini. Sahabatku kebanyakan adalah tipe pencerita yang gemar sekali curhat, jadi rasanya seperti teman cewek, selain itu mereka juga tidak 'kagok' bersikap kepadaku karena sudah memahami benar prinsipku soal batasan lelaki-perempuan.

Oiya, Mas Gino itu teman kostnya si Dudin. Usianya 5 tahun lebih tua darinya (yang artinya juga berbeda 4 tahun dariku), sudah seperti kakak bagi Dudin. Dulu ketika awal-awal Dudin menjadi staf divisiku, dia mengenalkanku pada mas Gino yang juga anak psikologi, menyeretku untuk diskusi dengan Mas Gino yang sepertinya seorang altruism sejati. Terbukti dengan aktivitasnya yang tidak jauh-jauh dari anjal dan gepeng (anak jalanan, gelandangan dan pengemis). Pastinya acara buka bareng besok tidak lepas dari rencana Mas Gino ini.

Nurdin Kamaludin -- Ya... personil kayak biasa aja teh. Iya, Mas Gino yang punya acara. Jam 4 sore ya teh, kumpul di bawah fly over pasopati, belakang Baltos.

Tuh kan... firasatku sudah tidak enak. Personil kayak biasa. Artinya gengnya si Dudin yang berisi cowok-cowok yang bikin mati kutu itu. Lumayan deh kalau ada Mas Gino, seenggaknya Mas Gino punya interaksi normal denganku yang sama-sama anak psikologi, tapi tetap saja.... Aku gak suka kumpul sama cowok-cowok itu! Interaksi kami selalu saja bikin keki, topik yang dibicarakan selalu hambar, dan pastinya mereka 'kagok' bicara denganku. Haaah.... Secepat kilat aku menghubungi Nana, tetua komunitasku. Pokoknya dia harus kupaksa agar bisa ikut denganku agar ada teman cewek yang bisa kuajak ngobrol. Tak lupa aku mengirim jarkom untuk anak-anak divisiku. Siapa tahu ada yang mau ikut.

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Aug 17, 2016 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

Dunia dalam LensaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora