Hujan Bunga Sakura di Hari Pertama

8 1 3
                                    


"Young!! Bangun! Mau sampai kapan kau berbaring di sana?! Ini sudah hampir pukul 8 pagi! YOUUUNGGGG!!!!!". 

"Apa sih ma.. ini masih pagi, masih gelap beginii.", jawabku malas (sambil menarik kembali selimut)

(Mama membuka gorden dan menarik selimut) "Gelap apanya?! Lihat! Matahari sudah bersinar sangat terang, kau ini cantik-cantik pemalas! Cepaaaattt! Lihat tuh alarm mu bunyi terus!", kata mamaku dengan nada tinggi. Akupun membuka mataku perlahan karena masih sangat mengantuk. 

(melihat ke jam weker), "MAMAAAAA BUKANNYA BANGUNIN DARI TADIII AKU TELAAAATTT!!!". Aku segera bangun dari kasurku, segera mandi dan mempersiapkan diri untuk pergi ke sekolah. 

Ini hari pertama ku di semester genap. "Makannya, kalau di bangunin jangan susah. Sarapan jangan lupa!" Kata Mama sambil setengah teriak dari kamarku. Setelah mandi, aku bergegas ganti pakaian dan memakai sepatu. Aku hanya mengambil bekal untuk makan siang nanti dan segera berangkat ke sekolah dengan tergesa-gesa. 

(membuka pintu) "Maa, aku berangkaaatt yaaa!! Sampai Jumpaaa!!" (membanting pintu). "Sarapannya?!! Dasar anak itu ya", kata mama sambil menghela napas.

Hari yang terbilang cukup sial karena aku hampir terlambat. 'Ayolahhh, 10 menit lagi iniii' aku bergumam dalam hati di kereta. Ketika kereta berhenti, aku langsung lari melesat keluar stasiun. Untungnya jarak stasiun dengan sekolahku tak terlampau jauh, sekitar 500 meter saja.

 BRAAAKKKK!! 

'Siall mengapa aku harus berurusan dengan orang lain sih, akukan buru-buru.' Ketika aku berlari dan sudah hampir tiba, di gerbang sekolah aku menabrak seorang siswa lain. Kami berdua jatuh dan aku tertimpa sepeda miliknya. "Maaf-maaf saya buru-buru, apa kau tidak apa-apa? Mari saya bantu", tanyanya sembari mengangkat sepedanya yang menimpa diriku.

Suaranya sangat lembut. Padahal sekilas aku lihat dia memakai celana. Sudah pasti dia laki-laki. Suaranya sangat menenangkan. Seketika aku merasa bahwa waktu berhenti begitu saja. Tangannya sangat lembut dan hangat keliatannya. Aku merasa sangat aman dan nyaman seketika itu juga, ketika hendak  ku lihat wajahnya.... 

Dia tiba-tiba hilang dari pandanganku.

'Ehh, kemana dia pergi? padahal belum sempat aku melihat wajahnya itu' , gumamku

Ternyata dia bergegas memakirkan sepeda miliknya. Namun dia segera kembali lagi ke tempat dimana kami jatuh dan aku masih terduduk. Ku pikir dia akan pergi meninggalkanku begitu saja.  

(menggaruk-garuk kepala) "Anuu.. Apakah kau tidak apa-apa? (mengerenyutkan dahi) Cihh, Mengapa kau memandangiku seperti itu? Cepatlah tinggal 5 menit lagi, sini ku bantu kau berdiri. Lemah. (nada mengejek)". 

Merusak suasana. Ketika aku sedang mengaguminya karena dia begitu lembut dalam berkata, dia malah menaikan nada bicaranya. Menyebalkan. Sangaaatt menyebalkan. 

(wajah jutek) "Hm, aku tidak apa-apa, jika memang tidak mau terlambat, pergi saja duluan! Gak usah so perhatian.", balasku dingin. 

Dia malah tersenyum dan kemudian tertawa. "Oh jadi ini si gadis es, anak baru itu haahaha, sudahlah kau menyusahkan, cepat berdiri!", jawabnya masih dengan nada mengejek.

(wajah sedikit cemberut) "Tidak! kau duluan saja. Dan, apa apaan dengan julukan seperti itu?! Belum kenal sudah tidak sopan!", jawabku kesal.

Dasar menyebalkan, baru saja aku berharap ada orang baik yang mau ngobrol dengan ku dan membantuku seperti di drama-drama Korea itu. 'Apa-apaan wajahnya itu?! Tertawa meringis menyebalkan'. gumamku kesal. 

"Jika memang tidak niat membantu duluan saja. Menyebalkan", seruku. 

"Kau ini banyak bicara ya ternyata", jawabnya dengan nada menyebalkan. Kemudian dia menarik tanganku berdiri dan berlari sambil menggandeng tanganku. 

'Kakiku masih terasa sakit pun masih dipaksa untuk berlari?! Apa apaan sih laki-laki ini?!' gumamku.

Kita berlari sampai ke aula tempat diadakannya upacara pembuka semester genap. Tempatnya tidak terlalu jauh dari gerbang sekolah karena ada di lantai dasar. Ketika sedang berlari, dia menoleh ke arahku dan tersenyum, "Panggil aku Ryota!".

Senyum wajahnya yang menenangkan bersamaan dengan hembusan angin pagi dan bunga sakura yang berjatuhan, menggetarkan hatiku. Sungguh, aku menemukan sedikit perubahan dalam hidupku, dan tanpa ku sadari aku tersenyum membalasnya dan berkata "Terima kasih! Ryota-Kun!".

Wajahnya memerah ketika aku melakukan hal tersebut. Kami mendadak berhenti sebentar. (menutup wajah yang memerah dengan lengan) "Kau manis ketika tersenyum", katanya. 

'Apakah ini mimpi? Betulkah yang aku alami ini?' aku bertanya pada diriku sendiri, dan tanpa sadar akupun tersipu karenanya.

Melihat wajahnya yang merona sama seperti bunga sakura dipagi itu sangat menenangkan dan menyenangkan. Tak ku sangka, orang menyebalkan seperti dia bisa bersikap semanis itu.

"Cepat-cepat! (sedikit berteriak) Kalian ini, susah sekali untuk berjalan cepat! Upacara akan segera dimulai! Ryota! Lari cepat ke aula! baris di bagian belakang! Jangan santai-santai seperti itu! Dan kau! Hiroyuki kan?!  Jangan lamban!", seru seorang guru di depan lorong aula sekolah.

"Baik Pak!". Kami segera berlari dengan sekuat tenaga dan kami menggenggam sangat erat satu sama lain. 'Cih dasar Pak Guru mengganggu momen' umpatku dalam hati. 

Namun setelah tatap-tatapan yang tadi, Ryota jadi sedikit diam dan beberapa kali memalingkan wajahnya dari ku. Begitu juga aku. Aku tau aku tersipu ketika dia berkata bahwa aku manis. Aku tidak mau terlihat memalukan seperti itu.

Akhirnya kitapun sampai di aula dan berbaris di bagian paling belakang. Hanya berdua. Kami tak saling pandang satu sama lain. Namun beberapa kali, ku lihat dia mencuri pandangan ke arahku, dan ketika ku melihat ke arahnya dia langsung memalingkan wajah dan kemudian menutup sebagian wajahnya dengan lengannya. Sungguh manis yang dia lakukan. Dan, aku melihat, wajahnya sangat merona.

Kejadian di gerbang sekolah itu membuat kami tersipu. Antara malu karena baru pertama kali, entah karena hal yang lain. Namun, hujan bunga sakura tadi pagi yang menghujani kami berdua terlihat sangat indah, untuk pertama kalinya.


"Kau manis ketika kau tersenyum" - Ryota. Sederhana, namun ya kau tau lah apa yang ku rasakan

Telling the TruthOù les histoires vivent. Découvrez maintenant