1 - Diskors

55 12 2
                                    

~~~~~DYLA P.O.V~~~~~

Bel pertama telah berbunyi  + 30 menit yang lalu, tetapi bukannya berbaris aku malah menunggu Riska di depan ruang kepala sekolah. Aku penasaran hukuman apa yang akan diberikan pak kepala untuknya.‎

~~~~~~ A-P.O.V ~~~~~~

+ 30 Menit yang lalu

 "La, gue ke ruang musik bentar" ujar Riska sambil mengayunkan tasnya dengan santai. Dyla menaikkan sebelah alisnya bingung. 

 "Ruang musik? Ngapain? Emangnya lo tau ruang musik dimana?" tanya Dyla memastikan

Riska tersenyum kecil.

 "Harus ya dijawab?".

Dyla menatap sahabatnya yang berdiri didepannya dengan tatapan 'are you serious bro?'. 

 "Serah lo deh Ka, yang penting jangan telat baris". Sahutnya sebelum melihat sahabatnya itu meninggalkannya berjalan menjauh.

~~~~~DYLA P.O.V~~~~~

'Sumpah, anak itu ngapain ke ruang musik?'

Aku mengikuti Riska diam-diam, entah kenapa Riska terlihat mencurigakan?. Aku berhenti seketika saat melihat Riska dihentikan oleh dua gadis yang bisa dipastikan mereka adalah kakak kelas disini. Riska? Tentu dia diam aja, seriously? anak itu emang harus diajarin cara ngomong.

~~~~~~ A-P.O.V ~~~~~~

 "Heh! Riska kan?!" Tanya salah satu gadis itu dengan nada tinggi. Riska hanya mengangkat alisnya

 "Heh! Jawab! Punya mulut kan?!" balas yang lain sambil berjalan mendekat kearah Riska. 

  'gila orang ini gak ngeliat apa gue udah ngangkat alis? Dasar buta' pikir Riska.

 "By the way, gue denger-denger ibu lo mati bunuh diri ya?" lanjut nya.

 "OMG! Bunuh diri? Haha! Ngenes banget sih hidupnya!" lanjut yang lain sambil tertawa.

 "Heh, kenapa gk sekalian lo ikut aja! Biar sekolah ini gk penuh sama orang kay-"

 "Udah selesai?" tanya Riska dengan senyum sinis. 

 "Gue ada urusan minggir" lanjut Riska lagi sambil berjalan melewati kakak kelas itu.‎ Tapi sebelum Riska bisa berjalan lebih jauh, seorang dari mereka menarik lengan Riska

 "Heh! Berani lo ya sama kita?! Dasar adik kelas gak tau diri!" bentak salah satu dari mereka dengan nada tinggi.

 "Terus? Kalo lo kakak kelas gue, gue harus takut gitu sama lo? Emang lo siapa gue?" jawab Riska dengan tatapan ‎dingin.

Kesal karena merasa dihiraukan oleh Riska, salah satu kakak kelas itu menampar Riska dengan sangat keras. 

 "Biar tau rasa lo! Respect dikit sama kita!"

 "Respect? Gila lo respect. Pukulan lo bahkan gk lebih keras daripada gigitan anjing!" balas Riska, langsung melayangkan tinjuan keras ke arah pipi kanan kakak kelasnya yang menamparnya.

 Di sudut pandang yang lain, Dyla merasa dia harus menghentikan pertengkaran itu. 

 "Ris! Berenti!" panggil Dyla sambil berlari mendekati sahabatnya itu.

 "Diem lo! Ini juga bukan urusan lo!" teriak Riska ketus.

 Dyla menatap kakak kelas yang tersungkur di lantai dengan satu tangan memegang pipi kanannya.

"Udah! Gue bilang cukup ya cukup!" balas Dyla lagi sambil menarik tangan Riska menjauhi kakak kelas tersebut.

 "Kenapa sih lo?!" Teriak Riska sambil menarik tangannya yang sedari tadi dipakai Dyla untuk menariknya menjauhi kakak kelas tadi.

 "Ka! Lo harus ngerti! Kalo lo hajar cewek itu sekarang, emang lo mau biayain rumah sakitnya?! Masih nggak kapok sama kejadian sebelumnya?!" bentak Dyla.

Riska terdiam.

 "Diem kan lo. Ris, harusnya tu lo belajar dari kejadian sebelumnya. Kendali'in diri lo, jangan biarin sifat lo itu bertambah jadi nggak bisa dikendali'in lagi." ujar Dyla lagi.

 Merasa kesal Riska pergi setelah mendengar ucapan Dyla, memang terlihat raut wajah Riska masih kesal, tapi kali ini Dyla memilih untuk diam saja sambil mengikuti sahabatnya itu karena tidak tau harus bagaimana lagi.

**Bel pertama berbunyi**

 Dyla menggandeng tangan Riska dengan niat waspada akan kakak kelas yang sedari tadi mengahantui pikiran Dyla. Sebelum mereka dapat berjalan menuju barisan, suara speaker sekolah memecah keriuhan siswa-siswi OSPEK.

 Selamat pagi.. mohon maaf kepada seluruh guru yang sedang mengajar di kelas dan siswa-siswi di kelas.
Panggilan ditujukan untuk Riska, sekali lagi panggilan ini ditujukan untuk Riska. Mohon untuk segera mendatangi kantor kepala sekolah sekarang juga.
Sekian dan terimakasih..
Sambil mendesah kesal Riska langsung memutar balik arah badannya‎ menuju ke Ruang Kepala Sekolah.

 "Gue ikut!" ujar Dyla

 "Terserah" sahut Riska acuh tak acuh.

******

 Sesampainya mereka didepan lorong, Riska mengeluarkan napas panjang menandakan kemalasannya untuk menghadapi apapun yang berada didalam sana.

 "Permisi?" suara seorang laki-laki memecah suasana hening, membuat Riska dan Dyla menoleh disaat yang bersamaan.

 "Kalian.. sedang apa?" Dyla menatap Riska dengan harapan dia akan menjawabnya. 

 "Kantor kepala sekolah" jawab Riska hampir tak bersuara.

 "Oh, mau aku antarkan? Kalian adik kelas kan? By the way namaku Andi, aku anggota OSIS disini"

 Hening. Keheningan canggung mengisi kekosongan yang tinggal diantara mereka, dan itu sama sekali tidak membantu keadaan yang sedang dialami oleh kedua sahabat ini.

 "Kita sudah disini, sisanya kalian bisa kan?" Andi bertanya dengan wajah yang berseri-seri.  

"Iya bisa kok, makasi ya Kak" jawab Dyla

******

 "Jadi lo di diskors?" tanya Dyla dengan nada memastikan.

 "Ya gitu, gue gak peduli juga sih" sahut Riska

 "Berapa lama?" ‎

 "3 hari"

 "Perlu gue-"

 "Lo gak usah mikirin gue" kata Riska sebelum pergi untuk mengambil tasnya dan pulang kerumahnya. 

 "3 hari ya? Emang gue bisa betah 3 hari tanpa lo?" Dyla bergumam pada dirinya sendiri sambil melihat siluet punggung sahabatnya yang perlahan menjauh darinya.

1 2 3, HI! We are the.. AlienmeetsHuman!! Nice to meet y'all!!

Jadi pertama-tama kita mau bilang terimakasih sudah mau baca cerita kita! Dan juga kita mau minta maaf atas segala kesalahan yang kita buat termasuk typos and everything else. Jika bahasa Indonesianya kurang masuk akal, maklum Author bukan orang asli Indonesia~ T.T

Sampai sini dulu sekarang! Update every weekends, dont forget to vote!! :3

Our Messy LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang