Chapter 4 : The Basement (Part 2)

Start from the beginning
                                        

Mereka masih diam entah memandangi apa hingga Jihoon membuka percakapan,

“Apa katamu tadi?”

“Yang mana?” sahut kakaknya tak paham.

Jihoon memutar tubuhnya menghadap kakaknya, “Tentang rahasia rumah. Apa lagi yang ada di rumah ini yang tidak ku ketahui?”

“Kurasa sudah semua kau ketahui, terakhir hanya ruang bawah tanah. Kenapa?”

Jihoon mengangguk paham kemudian tersenyum, “Aku hanya merasa luar biasa mengetahui rahasia yang ada.”

Jihyun mengernyit heran dan memandang Jihoon dengan ekspresi penuh tanya, “Pembicaraanmu sedikit aneh? Ada apa denganmu?”

Jihoon menggeleng dan tersenyum manis pada kakaknya, “Tidak ada. Hanya ingin tahu kenapa aku baru mengetahui kalau ruang bawah tanah tak seburuk itu.”

Jihyun memasang muka datar, “Kan sudah kubilang, kau penakut! Kau takut mencoba memasukinya. Padahal ruang bawah tanah punya banyak barang bagus tentang keluarga kita.
Kau yang tidak pernah meninggalkan rumah dan sudah mendiaminya bersamaku serta ayah dan ibu, bagaimana bisa tidak mengetahui itu? Ah tidak—bagaimana bisa kau tidak mau mencoba memasuki seluruh seluk beluk rumah kita. Kau bagian dari keluarga kan?”

“Maaf.” cicit Jihoon sambil menunduk menghindari tatapan kakaknya.

“Kapan kau akan berubah menjadi lebih berani?

Kau takut masuk loteng rumah, kemudian setelah kupaksa kau justru nyaman berada di sana sebab kau menyebutnya seperti tempat sembunyi para mafia di film-film.
Kau takut masuk gudang, namun sekarang kau justru dengan senang hati disuruh ke gudang sebab di gudang kau bisa melihat mainan-mainanmu semasa kecil yang rusak, sekarang ruang bawah tanah.

Aku heran kenapa aku harus memaksamu dulu baru kau mau. Kau terlambat mengetahuinya sebab kau memang penakut. Kau harus bisa mengalahkan rasa takutmu.
Siapa tahu ada hal yang lebih menakjubkan di rumah ini yang belum kau ketahui? Kau hanya perlu mencoba menyelami lebih dalam seluk beluk yang ada, masalah gelap atau sebagainya pikirkan setelah itu.”

Jihyun memandang Jihoon maklum, “Ini rumahmu bung, kalau kau takut kan ada ibu. Ada ayah juga aku jika sedang tidak kuliah. Kau tidak sendiri. Intinya kau harus mencoba mengalahkan rasa takutmu, dan ini adalah rumahmu, tempat nyamanmu, kenapa kau takut dengan bangunan yang sudah membuatmu nyaman setiap waktu? Dia tidak salah kan? Kau aneh.” ujar kakaknya panjang lebar.

Ini adalah kali pertama setelah sekian lama Jihyun tidak menasehati Jihoon sebanyak ini.

Jihoon mencoba memahami nasehat kakaknya. Ia menyadari bahwa ia masih saja lelaki penakut yang membuatnya merasa lebih lemah dibanding perempuan.

Ada hening sesaat ketika Jihoon masih mencoba memahami kata-kata Jihyun.
Sementara Jihyun memandang Jihoon lekat.

“Jihoon-ah?” tanya Jihyun memastikan sebab Jihoon yang masih saja diam.

Namun kemudian tubuh Jihoon terpaku. Ada sebuah pemikiran bagus yang seketika melintas di pikirannya.

Ia langsung mendongakkan kepalanya dan tersenyum lebar ke arah kakaknya. Ia kini paham, memang ia yang penakut ini harus segera melawan rasa takutnya kembali untuk mencoba hal yang bahkan belum pernah ia alami.

Wajahnya berseri dan ekspresinya menunjukkan bahwa ia telah menemukan suatu hal untuk mengalahkan lagi rasa takutnya. Ia kemudian segera masuk ke dalam rumah dan hendak mengambil jaketnya.

Jihyun tidak mengerti apa yang sedang menyerang Jihoon, ia hanya memandangi Jihoon —yang segera berlari ke dalam rumah— sambil menunjukkan ekspresi penuh tanya.

“Aku paham.” ucap Jihoon sesaat sebelum melangkahkah kakinya cepat ke dalam rumah.

“Apa?” tanya Jihyun yang hanya bisa diam di tempat memandang penuh rasa heran ke arah Jihoon yang berjalan menuju pintu rumah dan memasukinya sejenak lalu keluar lagi dengan jaket yang kini telah membungkus tubuh bagian atas Jihoon.

Jihoon tersenyum sendiri sambil berjalan mendekat ke arah Jihyun yang masih memandanginya penuh tanya kemudian menepuk bahu kakaknya seraya pamit,

“Aku pergi dulu!”

Jihyun memutar tubuhnya menatap Jihoon yang berjalan menjauhi rumah menuju ke suatu tempat.

“Mau kemana dia? Kenapa dia tersenyum-senyum sendiri? Aneh.” ujar Jihyun sambil menggedikkan bahunya tak peduli dan kembali masuk ke dalam rumah.

TBC.

chapter terabsurd sih ini -_-"

yeee habis ini end.🙌🙌






sekian. :)

😂😂😂

UNCERTAINTY ( 2Park/ChamWink ) [END] + SequelWhere stories live. Discover now