“Tidak mau hyung! Kenapa tidak kau sendiri saja?”
Jihyun mulai bosan dan segera menarik Jihoon dengan kekuatan lebih dari sebelumnya hingga berhasil membawa Jihoon masuk ke dalam.
“Kau! Masuk!”
“Aaaaa!” Teriak Jihoon yang kemudian terpaksa membuka matanya akibat perlakuan kasar kakaknya.
“Lihat! Mananya yang gelap dan menyeramkan?”
Jihoon menatap sekitarnya dan membelalakkan matanya melihat keadaan yang ada.
Tembok bercat putih dengan rak-rak barang yang masih rapi dengan hanya sedikit debu yang menutupi, sofa bekas milik keluarga yang masih terlihat bagus terletak di sisi tembok sebelah barat beserta lukisan tua yang terpajang di atasnya.
Berkas-berkas yang tertumpuk sedemikian rupa memenuhi ruangan. Tak lupa penerangan yang lebih dari cukup untuk menerangi ruangan itu yang luasnya hanya 4 x 5 meter.
Ruangan ini hampir seperti ruang keluarga namun penuh dengan tumpukan kardus.
Jihoon terkejut mengetahui bahwa apa yang dikatakan Jihyun benar adanya.
Ruangan ini cenderung terasa hangat dan jauh dari kesan gelap juga suasana yang menyeramkan.
“Wow.” ucap Jihoon secara tak sadar.
Jihyun tersenyum melihat Jihoon yang tak lagi takut memasuki ruangan, bahkan Jihoon terlihat mulai merasa nyaman di sini.
“Tadi gemetar ketakutan, sekarang malah terkagum-kagum. Cepat angkat berkas yang dimaksud ayah!”
“Iya. Tapi hey! Aku heran ruangan ini tak seburuk yang kukira. Justru terkesan nyaman.” ujar Jihoon seraya memilah dokumen sambil tetap melihat sekeliling ruangan.
“Itu karena kau sudah berasumsi terlebih dahulu tanpa membuktikanya.
Makanya lain kali kau buktikan dulu baru kau akan tahu dan kau bisa blang kalau ruang ini seperti yang kau pikirkan atau tidak. Tidak semua ruang bawah tanah gelap dan menyeramkan.” ucap Jihyun sambil mulai mengangkat berkas dan membawanya keluar.
Jihoon ikut mengangkat berkas setelah memastikan bahwa itu memang berkas yang diperlukan ayahnya dan juga membawanya keluar.
Jihyun meletakkan sebentar berkas yang dibawa di depan pintu ruang bawah tanah untuk menutup serta mengunci pintu tersebut.
“Tapi biasanya—” Jihoon kembali bersuara.
“Hanya biasanya kan? Kau tidak tahu rumah kita punya rahasia? Kau sudah tinggal di dalamnya sejak kau lahir, tapi kau masih saja tak mau menyelaminya lebih dalam. Coba—”
“Hey kalian cepatlah!” teriak ayahnya memotong ucapan Jihyun.
Jihyun segera menoleh ke arah sumber suara barusan dan mendapati ayah mereka yang sudah menunggu. Ia pun segera menyuruh Jihoon untuk cepat.
“Baik. Cepat Jihoon-ah!”
“Ah! Baik.” Jihoon dengan segera mempercepat langkah kakinya.
Jihoon dan kakaknya segera memasukkan berkas yang dimaksud ke dalam mobil. Ayah Jihoon kemudian menutup pintu mobil dan masuk ke tempat kemudi dan segera menyalakan mesin. Ia melambai ke arah keluarganya dan berkata selamat tinggal kepada semuanya dari dalam mobil.
Jihoon ikut melambai ke arah ayahnya seraya berkata, “Selamat jalan. Hati-hati ayah.”
Setelah mobil ayahnya sudah pergi dan hilang dari pandangan, ibu Jihoon segera masuk kembali ke rumah menyisakan dua kakak beradik yang masih tak mau bergeming dari tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCERTAINTY ( 2Park/ChamWink ) [END] + Sequel
Fanfiction[2Park/ChamWink] I'll never know if you don't tell me. Thank you for your courage. I'm sorry. I should've told you first but I'm afraid too. -Park Woo Jin Warn! bxb! Boyslove! Slash! Alternate Universe. School-life. Multi-chaptered.
Chapter 4 : The Basement (Part 2)
Mulai dari awal
![UNCERTAINTY ( 2Park/ChamWink ) [END] + Sequel](https://img.wattpad.com/cover/163814959-64-k253477.jpg)