“Kenapa ayah pulang? Tidak jadi ke Ilsan?”
Ayah tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “Ayah jadi ke Ilsan, tapi ternyata ada beberapa berkas penting yang harus dibutuhkan. Jadi ayah menunda dan hendak mengambil dulu berkas-berkas itu.”
Jihyun dan Jihoon serta ibunya hanya dapat mengganggukkan kepala mereka memahami maksud ayah.
“
Kalian bisa mengambilkan berkas-berkas yang ada di ruang bawah tanah? Ayah akan mengambil yang di ruang kerja ayah.” ujar ayah Jihoon menyuruh kakak beradik itu.
Jihyun menyeret Jihoon yang enggan beranjak dari tempatnya menuju ke ruang bawah tanah mereka berada.
Sebenarnya Jihoon bukannya tidak mau membantu, tapi jujur ia masih takut dengan ruang bawah tanah. Semenjak ia lahir hingga kini, ia belum pernah sama sekali ke ruang bawah tanah. Ia takut sebab ruang bawah tanah pastilah gelap dan menyeramkan.
Tapi kakaknya punya kekuatan yang lebih untuk sekedar menyeret Jihoon untuk ikut membantu ayah mereka.
Kini mereka sampai di depan pintu menuju ruang bawah tanah. Jihyun menyuruh Jihoon membuka pintu ruangan tersebut. Tapi Jihoon masih diam tak bergeming.
“Kenapa kau diam saja? Cepat buka!” perintah Jihyun.
“Aku—takut.” cicit Jihoon.
“Astaga. Kau masih takut dengan ruangan ini? Jadi selama ini kau belum pernah kesini?” tanya Jihyun tak percaya pada adiknya yang kini sudah menginjak 18 tahun tapi masih takut memasuki ruangan yang bahkan merupakan bagian penting dari rumah ini.
“Kau kan tahu aku takut kegelapan.” jawab Jihoon sambil ‘nyengir.
“Kukira kau hanya takut dengan laut dalam.” ujar kakaknya yang kemudian dengan terpaksa membuka sendiri pintu yang ada di hadapan mereka.
Jihoon menutup matanya seketika, tak mau melihat penampakan ruangan yang kini sudah terpampang jelas di depannya.
Jihyun mendahului Jihoon yang tidak sadar bahwa adiknya kini masih memejamkan matanya.
Jihyun berhenti sejenak menyadari bahwa Jihoon tidak mengikuti langkahnya masuk ke ruangan itu. Ia menghela napas dan segera kembali ke tempat Jihoon berdiri dan menarik Jihoon untuk ikut masuk ke dalam.
“Cepat masuk!” perintah Jihyun.
“Tidak!” sahut Jihoon masih mempertahankan diri di tempatnya.
“Masuk!”
“Tidak mau!”
“Masuk!”
“Tidak!”
“Masuk Jihoon!”
“Tidak mau!”
Akhirnya Jihyun lelah dan berhenti memaksa Jihoon untuk ikut masuk.
“Kenapa kau tidak mau masuk?” tanya kakaknya mencoba memahami ketakutan Jihoon.
“Aku takut kegelapan. Kan sudah kubilang!” jawab Jihoon masih belum mau membuka matanya.
Jihyun menghela napas untuk yang ke sekian kalinya, “Kenapa kau masih tetap bilang kalau ruang ini gelap?”
“Bukannya memang seperti itu?!”
Jihyun mencoba untuk meyakinkan Jihoon bahwa ruangan itu tidak semenyeramkan yang Jihoon kira.
“Kau tidak akan tahu kalau kau belum mencoba memasukinya. Ayo cepat masuk!”
Jihyun kembali menyeret Jihoon tapi Jihoon masih tetap tidak mau bergeming dan justru meneriaki kakaknya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCERTAINTY ( 2Park/ChamWink ) [END] + Sequel
Fanfiction[2Park/ChamWink] I'll never know if you don't tell me. Thank you for your courage. I'm sorry. I should've told you first but I'm afraid too. -Park Woo Jin Warn! bxb! Boyslove! Slash! Alternate Universe. School-life. Multi-chaptered.
Chapter 4 : The Basement (Part 2)
Mulai dari awal
![UNCERTAINTY ( 2Park/ChamWink ) [END] + Sequel](https://img.wattpad.com/cover/163814959-64-k253477.jpg)