Chapter 2 : Changed

Start from the beginning
                                        

“Hah? Oh! Aku tidak tahu, tapi aku lelah. Kurasa aku lebih memilih untuk duduk menikmati pemandangan. Kau?”

“Aku ikut denganmu.” Woojin kemudian menarik Jihoon untuk duduk di salah satu bangku yang ada.

Setelah itu tak ada yang mengajak berbicara satu sama lain. Mereka sama-sama tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Mereka menikmati indahnya tempat itu dengan pohon sakura di sekitar mereka. Ini adalah tempat romantis untuk sepasang kekasih, sayangnya mereka bukan.

Jihoon tak tahu harus berbicara apa karena ia terlalu gugup. Sementara Woojin hanya bisa ikut diam karena Jihoon juga diam.

Sesekali Jihoon menggerakkan kakinya tak nyaman karena situasi canggung di antara mereka. Ia tak pernah tahu jika mereka ternyata bisa secanggung ini setelah sekian lama mereka saling kenal. Ia bahkan tak pernah membayangkan akan berada di situasi seperti ini dengan Woojin yang merupakan tipikal anak yang tidak bisa diam, di manapun ia berada.

Pemikiran tentang perasaannya pada Woojin datang kembali. Bahkan ia teringat dengan perkataan menohok Jinyoung dan Daehwi kemarin. Ia tak tahu harus bagaimana sekarang. Ia takut dan tak mengerti dengan perasaannya sendiri. Ia belum pernah menyukai seseorang hingga keadaannya menjadi serumit ini.

Ia ingin menanyakan bagaimana perasaan Woojin, tapi ia tak mau mendengar kenyataan jika Woojin menyukai orang lain atau ia bahkan tak tertarik pada sebuah hubungan asmara.

Sebenarnya Jihoon tak masalah jika mereka tak bisa menjadi sepasang kekasih, hanya jika Woojin juga mengungkapkan bahwa ia turut menyukai Jihoon dengan sama tulusnya. Selama ia tahu jika Woojin juga memiliki rasa yang sama, itu cukup.

Lagipula mereka berada pada hari-hari yang tak mendukung jika hanya dihabiskan untuk menjalin hubungan sebagai pasangan. Mereka siswa tahun akhir yang harus bergelut dengan soal dan buku untuk kelangsungan hidup mereka di masa depan.

Jihoon terus saja berperang batin dan gelisah dengan pemikirannya sendiri. Ia tak menyadari bahwa Woojin telah memandangnya khawatir sedari tadi. Woojin menangkap bagaimana Jihoon yang terus saja bergerak tak nyaman di sebelahnya. Ia ingin menanyakan ada apa tapi ia juga tak tahu harus memulainya bagaimana. Hingga Jihoon menghela napasnya dan mencoba untuk relaks dan menikmati waktu yang ada seperti seharusnya.

Melihat Jihoon mencoba menenangkan diri dengan mata terpejam membuat Woojin terdiam melihat Jihoon.

Ia tak pernah tahu kalau Jihoon punya wajah yang indah bahkan melebihi kecantikan perempuan. Ia tak sadar bahwa ia telah memandang Jihoon terlalu lama hingga ia ikut gugup sekedar menatap bibir Jihoon yang berwarna merah muda dengan kulit wajah mulus tanpa cela bahkan dari samping.

Woojin terus memandang Jihoon. Memandang seluruh detail wajah Jihoon tanpa terkecuali. Ia tahu sejak awal mereka saling mengenal, Woojin telah melihat Jihoon sebagai lelaki yang punya paras tampan bahkan lebih tampan dari dirinya. Melihat Jihoon yang seperti ini dengan latar pohon sakura beserta bunganya yang beterbangan membuatnya tak lagi melihat Jihoon sebagai lelaki tampan tapi jauh lebih dari itu.

Jihoon adalah keindahan yang tak dapat dideskripsikan, dengan kata apapun itu.

Woojin tak pernah tahu kenapa ia bisa seperti ini di dekat Jihoon yang notabene-nya hanyalah teman sebangku dan teman nakal bersama untuk lancang bermain game ketika jam pelajaran berlangsung.

UNCERTAINTY ( 2Park/ChamWink ) [END] + SequelWhere stories live. Discover now