Jimin sibuk membersihkan barang-barangnya yang masih berserakan. Mengumpulkan baju kotor ke keranjang, menyimpan ransel pada tempatnya, membersihkan tempat tidur dengan sapu lidi kecil yang sengaja dia sediakan. Setelah mengecek sekali lagi dan memastikan semuanya rapi Jimin duduk bersila di tempat tidur. Membuka buku agendanya, tapi itu terhenti saat pintu kamar mandi terbuka.

"Bisa pinjamkan baju untukku?"

Jimin berkedip-kedip, lalu mengangguk cepat dan segera berlari keluar. Di depan pintu, Jimin mengelus dadanya yang berdebar. Mencuri pandang pada pintu yang belum sempurna tertutup.

"Astaga, apa pipiku memerah?" monolognya dengan dua tangan menangkup wajah. "Jin Hyung!"

"Ya?" kebetulan Jin masih di ruang tengah bersama Namjoon. "Kenapa, Jiminie?"

"Yoongi Hyung mau pinjam baju."

"Tunggu sebentar." Jin memang menyimpan beberapa baju longgar, sengaja disiapkan untuk Namjoon kalau-kalau kekasihnya itu menginap saat malam Minggu. Ya, mereka lebih memilih untuk berdiam diri di rumah bersama Taehyung dan Jimin dari pada harus keluyuran tidak jelas diluar sana. Tidak lama Jin kembali dari kamar dan menyerahkan satu stel piyama. "Ini, katakan pada Yoongi agar segera hengkang dari kamarmu atau aku akan mengadukan kelakuannya pada Seojoon Hyung. Mengerti?"

"Siap, bos!" setelah hormat pada Jin, lelaki mungil itu segera kembali ke kamarnya. Sedikit berdebar mengingat pemandangan beberapa saat lalu. Pemandangan tubuh seputih susu milik Min Yoongi dengan ABS perut yang sedikit terbentuk serta otot yang menonjol di lengan sampai ke tangannya. Astagaaa...

Yoongi menoleh dari ponsel ketika pintu terbuka, beranjak untuk mengambil setelan yang dibawa Jimin. Dia tidak bodoh untuk tidak menyadari tingkah Jimin yang tersipu-sipu dan enggan menatapnya yang masih topless. Membuat jiwa isengnya kambuh.

"Segera ganti dan hengkang dari kamar ini atau Jin Hyung akan mengadukanmu pada kakakku. Itu pesan dari Jin Hyung barusan."

Tidak ada respon, Yoongi menatapi Jimin yang berdiri salah tingkah di depannya. Lelaki manis itu bahkan tidak mau meliriknya sama sekali.

"Jiminie, sopan sedikit kalau mengajak bicara seseorang. Tatap matanya." Yoongi dengan halus menggenggam pergelangan tangan Jimin, menariknya sedikit mendekat sedang satu tangan yang lain melempar asal piyama ke atas tempat tidur disebelahnya.

Jimin meneguk ludah kepayahan. Menggigit bibir bawahnya gusar, lalu dengan sisa energi dan keberanian dia mengangkat wajah mengikuti jari Yoongi yang mengapit dagunya. "Hyuuungg~"

Pada akhirnya Jimin kalah, dia merengek pada Yoongi berharap diberi belas kasihan. Lelaki berkulit pasi sendiri hanya terkekeh geli. Menangkup wajah Jimin dengan dua tangan kemudian mengusakkan ujung hidung keduanya gemas. Berakhir dengan sebuah kecupan lembut di bibir penuh semerah cherry milik Jimin.

"Terimakasih," bisiknya lirih. Yoongi berbicara disudut bibir kekasih hatinya.

Jimin tersenyum, sedikit meremat bagian pinggang ripped jeans Yoongi sebagai pelampiasan rasa bahagianya. Gemas sendiri dengan tingkah Yoongi yang benar-benar manis. "Kembali kasih, Hyung. Berhenti berterimakasih, kau sudah puluhan kali mengucapkannya."

"Aku merasa ucapan terimakasih bahkan tidak cukup untuk kesempatan yang kau berikan."

"Kalau begitu aku akan meminta bayaran."

Yoongi terkekeh lagi, mengecup lagi bibir manis itu. "Mulai perhitungan, hm?"

"Hanyaa.. jaminan kurasa."

"Akan kupertimbangkan. Omong-omong," Yoongi sedikit menjauh, menatap Jimin yang juga tengah menatapnya polos. "Kau.. baik-baik saja?"

Kepala Jimin bergerak ke kanan. Gemas sekali. "Aku baik, kenapa?"

Daily LoveWo Geschichten leben. Entdecke jetzt