"Ya ampun, Alhamdulillah. Terus gimana kondisi orang yang nyelamatin Zara?". Tanya Adrian sang suami dari Sera.

"Kondisinya kritis, wajahnya rusak parah"

Sera menangis. Bahagia bercampur sedih. Ia bahagia anaknya selamat, namun bagaimana nasib gadis itu?

"Andai kita nurut kata mama supaya mengundur keberangkatan"

Hening. Tak ada yang dapat di ubah. Semua telah terjadi. "Maaf saya Ella, salah seorang dokter di sini. Saya gak sengaja denger pembicaraan kalian. Kalau boleh tau di mana gadis yang kalian maksud tadi?". suara Ella menginterupsi mereka.

"Di sana, dok". Tunjuk teman Sera.

Ella mengangguk. Dia bergegas menuju arah yang di tunjuk. Sesampainya di sana ia mendapati sang suami juga berada di depan ruangan si gadis malaikat. Gavin baru saja keluar. Sepertinya suaminya itu baru selesai memeriksa kondisi pasien.

"Mas". Panggil Ella.

Gavin menoleh. "Hai, La. Kamu ngapain di sini? Ruangan kamu pindah tempat?". Gurau Gavin.

Ella mencebik. Entah karena terlalu kaku atau bagaimana, suaminya itu tak pandai bergurau. "Kamu ada nanganin pasien yang baru datang hari ini dengan wajah hancur?"

Gavin menganguk. Di rangkulnya pundak Ella sambil berjalan ke ruangannya. Namun istrinya itu menolak untuk beranjak. "Terus dia di mana sekarang? Keadannya ?"

Alis Gavin mengekerut mendengar pertanyaan istrinya itu. "Kamu tau dari mana tentang pasien itu?"

"Ih,.. Tinggal jawab aja kenapa sih?! Tadi aku nguping pembicaraan keluarga korban. ".

Gavin menggeleng."Gak baik sayang nguping omongan orang"

"Kamu tu niat jawab gak sih mas?". Ella kesal sendiri jadinya.

"Maaf, yang. Dia kritis, wajahnya rusak parah. Dan sepertinya dia akan hilang ingatan ketika sadar nanti"

"Namanya siapa?"

"Itu dia masalahnya. Gak ada identitas yang bisa bantu kita untuk tau siapa dia. Dan keluarganya pun akan sulit buat nemuin dia dengan wajah nya yang hancur"

"Kalau kita yang jadi wali sementara dia boleh ya? "

"Kamu kenapa pengen jadi walinya dia?"

Ella menerawang. Matanya sudah berkaca kaca. "Gak tau, aku ingat Kayla soalnya. Dia meninggal karena nolong anak kecil di jalan raya. Aku gak mau dia juga meninggal, mas."

Sudah Gavin duga. "Tapi dia bukan Kay, La."

"Anggap aja ini balasan dari Allah karena dia ngerelain nyawa nya untuk nolong orang lain. Apa salahnya sih ? aku gak anggap dia Kay. Aku dah ikhlas sama kepergian Kay, mas".

Ella memeluk suaminya erat. Menumpahkan air matanya di sana. Bersandar pada dada Gavin yang selalu menjadi tempat ternyamannya. Kayla Grita Raharja. Putri bungsu mereka yang tewas dalam tabrak lari. Ia telat mendapat pertolongan. Putri berhati mulia yang merelakan nyawanya untuk menolong anak kecil yang hampir tertabrak. Walau pada akhirnya anak tersebut meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit.

                                                                                     *****

Matanya mengerjap. Bola coklat itu perlahan terlihat. Mata indah nya beredar mengelilingi ruangan putih tempat ia berada. Kepalanya terasa kosong. Ia merasa hampa. Siapa dirinya? Mengapa ia bisa berada di tempat berbau obat obat seperti ini? Tenggorokannya kering. Tak ia temukan setetes air minumpun di sini. Apa tak pernah ada seorangpun yang mengunjunginya? Ah memikirkan itu membuat kepalanya bagai di tusuk ribuan jarum. 

Badannya terasa kaku. Berapa lama ia tak sadarkan diri? Gadis berhazel coklat itu mencoba bersuara memanggil seseorang. Namun alat bantu pernafasan yang terpasang di tenggorokannnya membuatnya kesulitan berbicara.

"Akh..Kha..". Tak ada suara apapun yang keluar.

"Uhuk..Uhuk". Karena terlalu memaksakan diri,dirinya menjadi batuk. Dan jangan tanyakan bagaimana rasanya,sangat sakit. 

Ceklek. Pintu terbuka. tampak seorang dokter laki laki yang gagah dengan setelan jas putihnya. "Kamu sudah sadar?"

Gadis itu mencoba menjawab,namun lagi lagi yang terdengar hanya geraman tidak jelas. Lagi pula apa dokter di depannya ini taka ada pertanyaan lain yang lebih masuk akal apa? Jelas jelas matanya sudah terbuak,berarti ia sudah sadar bukan?

"Ah iya maaf, kamu pasti kesusahan berbicara ya?"

Gadis itu mengangguk sebagai jawaban.

"Saya tau banyak pertanyaan yang mau kamu ajuin"

Pemilik netra coklat itu menatap dokter tua itu dengan tatapan tak percaya. Bagaimana dokter itu mengetahui isi kepalaku? . Batinnya bertanya tanya.

"Mukanya gak usah mengkerut gitu. Nanti biar Dokter Gavin yang menjelaskan semuanya sama kamu. Yang bisa dokter jelasin saat ini hanya kamu mengalami amnesia total. Kamu kehilangan seluruh ingatan kamu"

Matanya membola. Apa ia tak kan dapat mengingat masa lalunya?

"Tenang aja mbak, amnesia mbak ini cuma sementara aja. Seiring berjalannya waktu mbak bisa ingat semuanya. mbak harus yakin itu. Tapi mbak juga gak boleh memaksakan diri. Biarin aja memori nya kembali dengan sendirinya". Jelas sang suster yang sedari tadi sibuk memeriksa kondisi tubuhnya.

"Saya ucapkan selamat datang kembali buat mbak di dunia ini"

Dokter dan suster tersenyum ramah. Ikut merasa senang melihat pasiennya yang telah tak sadarkan diri selama 2 bulan itu akhirnya terbangun. Keduanya pergi meninggalkan gadis itu dengan segudang pertanyaan di kepalanya. Ia masih ingin berpikir, namun semakin banyak ia berpikir, kepalanya akan terasa makin sakit.

Tangannya bergerak meraba wajahnya yang terasa dililit sesuatu. Perban.... Apa wajahku terluka parah? . Kepalanya sakit, apa yang sebenarnya terjadi? Ia merasa kosong. Siapa dia? Apakah dia memiliki keluarga?

                                                                                                *****

Tbc

Dah final juga satu chapter. Semoga bisa ampe tamat. Aamiin. Semoga suka ya..Kritik sarannya dong. Maklumlah diri ini masih butuh banyak pemebenahan. Ngerasa kok EYD nya banyak yang salah.  Tinggalkan jejak ya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 25 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

unforgettableWhere stories live. Discover now