Crush

2.7K 281 21
                                    

Hari ini mendung melanda kota Seoul, sehingga Jeongin berspekulasi jika akan ada hujan deras turun di kota yang baru beberapa bulan ini ia tinggali.

Dia mencoba mengingat-ingat isi di dalam lokernya, apakah dia membawa payung atau tidak pagi tadi. Namun setelah lama mengingat, Jeongin memasang wajah lesunya. Di karenakan ia tidak sempat membawa payungnya karena terburu-buru saat pergi sekolah tadi.

Sebelum berangkat tadi, Jeongin sebenarnya sempat menonton tv berisikan acara berita yang menampilkan seorang reporter yang menjelaskan bahwa kota Seoul diperkirakan akan turun hujan.

Namun, salahkan lah Minho yang menjabat sebagai teman sekaligus tetangganya, yang menjemputnya tiba-tiba. Dengan alasan karena ingin buru-buru pergi ke sekolah untuk mengerjakan pekerjaan rumah yang belum selasai ia kerjakan semalam.

Dan hari ini juga Minho mendadak sakit perut, karena salah makan di kantin. Dan mebuatnya ia dipulangkan lebih awal dari biasanya.

Jeongin hanya dapat menghela nafas.

Ternyata ramalan cuaca tadi pagi memang benar. Terbukti dengan rintik-rintik hujan yang mulai membasahi bumi.

Apa ia harus menunggu hujan reda baru bisa pulang? Tapi Jeongin tidak tau menunggu hingga kapan.

Untuk kedua kalinya Jeongin menghela nafas.

Bel sekolah berdering. Suranya bergema keseluruh penjuru kelas, membuat para siswa berhamburan keluar setelah mengucap salam kepada guru yang mengajar.

Dengan ogah-ogahan, Jeongin menenteng tas beratnya yang berisikan buku- buku tebal dengan ratusan halaman.

Jeongin sedang tidak bersemangat hari ini. Hujan pun juga tidak reda, sehingga menambah kadar semangat Jeongin makin menurun.

Jeongin berdiam diri di koridor sekolah, menunggu redanya hujan. Namun bukannya reda, hujan malah semakin deras mengguyur ibukota.

Jeongin berdecak kesal.

Jujur ia takut harus menunggu sendirian di sekolah. Karena seluruh siswa sudah berhamburan dari sekolah. Sehingga menyisakan ia yang menjadi penghuni sekolah satu-satunya yang masih bertahan menunggu redanya hujan.

Beberapa menit yang lalu, Seungmin menawarinya untuk pulang bersama. Namun Jeongin tolak karena ia sangat tau jika Seungmin nantinya bukannya mengantarkan dia pulang, malah membawanya ke kediamannya. Dan jika begitu, sudah dipastikan Jeongin akan menginap di rumah Seungmin.

Jeongin hanya tidak mau merepotkan temannya tersebut.

Terbesit sebuah ide untuk berlari menerobos hujan sampai ke halte bus yang jaraknya agak lumayan jauh.

Tapi...

Tidak, tidak... Jeongin tidak mau melakukan hal gila (menerobos hujan) sehingga membuatnya sakit besok. Lagipula jika dia sakit dan tidak turun sekolah, bagaimana dengan ujian yang akan diadakan besok?

Sungguh pilihan yang tidak bijak jika harus menerobos hujan.

15 menit Jeongin menunggu. Namun hujan tidak sama sekali menandakan akan reda.

Jeongin merogoh saku celananya mencari ponsel miliknya. Mencoba untuk menghilangkan rasa bosan walaupun sesaat.

Asik menggeser-geser jari-jemarinya di atas layar ponselnya. Jeongin dikejutkan dengan sebuah tepukan pelan dibahu kanannya.

Setelah menolehkan kepalanya. Ia dapat melihat seorang remaja yang ia ketahui kakak kelasnya. Terbukti dari warna dasi yang remaja itu kenakan.

Di sekolah Jeongin, untuk membedakan tingkat siswa, dapat di bedakan melalui warna dasi. Biru untuk tingkat 1, kuning untuk tingkat 2, dan Hijau untuk tingkat 3. Dan siswa didepannya terlihat mengenakan dasi berwarna hijau, yang berarti 2 tingkat di atas Jeongin.

ChanJeong Collection | Stray Kids (BxB)Where stories live. Discover now