Chapter 3 - So Pretty

18.3K 278 28
                                    

Mungkin sekejap tapi aku merasa mengenalmu, akankah bertemu lagi dan dapat kunikmati manis senyummu di tiap degup jantung hidupku?

******

Rani sedang berdiri terpaku menatap berubahnya angka pada layar yang ada di atas lift, ketika seseorang mengejutkannya dari belakang pagi itu.

“Pagi Ran, tumben belum di ruangan.”, sapanya sembari menepuk pundak gadis itu. Sontak Rani nampak kaget dan memandang pelaku yang membuatnya harus olahraga jantung pagi-pagi.

Wajah tampan di atas kulitnya yang bersih, menyapa Rani dengan cengiran tak berdosanya. Pakaiannya tidak kalah rapi dengan Rani, kemeja hijau muda dan celana hitam dipadu padan dengan dasi bergaris dengan warna yang senada dengan atasannya.

“Ya ampun Nest, hobi banget ya buat orang kaget!”, ucap Rani ketus setelah mengenali orang yang menepuk pundaknya.

“Kesiangan? Serius banget liatin tuh angka!”, jawab pemuda tampan itu tidak mempedulikan ucapan Rani.

”Menurutmu?”, tanya Rani balik, dan diikuti Ernest bergegas memasuki lift yang tadi ditunggunya kini berbalik menunggunya.

”Kenapa sih Queen? Lagi PMS ya? Kok pagi-pagi sudah kaya kejatuhan beban berton-ton.”, jawab Ernest.

Today is a big day Nest, I am waiting the result from committee since two weeks ago...”, jelas Rani sambil mengurut keningnya. Ia menyandarkan punggungnya di dinding lift.

“.....feel so nervous and worry at the same time.”, tambahnya.

Queen, kamu tahu lebay bahasa ABG sekarang? Ya kamu sekarang seperti itu Ran. I'm pretty sure you’ll win that job. Belum ada yang meragukan keahlian Maharani Janitra Winata. Banyak proyek besar yang kita dapat adalah jerih payah tangannya yang super beku.”, jawab Ernest yang terkesan membanggakan gadis cantik di hadapannya itu.

Mendengar ucapan Ernest, Rani menggelengkan kepalanya sembari terkekeh pelan,”Tidak akan pernah terjadi kalau tidak ada tim yang solid seperti kalian, aku hanya menyampaikan ide tim saja Nest dan tentu karena kau mentor-ku. Lagipula kontrak ini berbeda kan? Rasanya ini sebagai langkah agar kita lebih diakui.”

Angka pada layar di atas lift menunjukkan mereka sudah sampai di lantai tempat ruangan mereka berada, tidak lama pintupun terbuka.

As I said girl, I’m pretty sure ‘bout it.”, Ernest mengedipkan matanya lalu mereka bergegas ke meja masing-masing.

Namun belum sampai Rani di mejanya, “Rani, tadi ada pesan untuk segera ke ruangan Pak Aji.“, ucap satu staff di divisinya.

Thanks Des!”, jawab Rani dan segera meletakkan tas kerjanya lalu menunggu lift lagi dengan buku agenda dan pulpen di genggamannya.

********

 

Kurangkah aku melengkapi dirimu yang terlalu sempurna? Tidak sekalipun matamu menatapku, melihatku. Ada aku yang selalu berputar sebagai bulan yang menemanimu berputar di porosmu.

 

********

Guys, nanti kita makan siang bareng ya? Ada yang mau traktir nih!”, teriak seorang pemuda di divisi marketing yang tidak lain adalah Ernest.

”Kata Rani dia mau rayain moment pertamanya, gimana bisa kan?”, tambahnya.

Sontak satu ruangan yang berada di divisi itu mengiyakan dapat makan gratis sebelum Rani sempat mengelak. Gadis itu terdiam merengut karena ternyata suaranya sangat kecil dan membaur hilang dikalahkan sorakan ceria semua teman satu divisinya. Pada saat itu seorang paruh baya menghampirinya sementara yang lain masih bergosip ria tentang kabar menyenangkan itu di meja mereka masing-masing.

Marry U (edited)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang