“Bagaimana? Sudah lebih baik?” tanya Jinyoung yang baru saja meletakkan piring bekas ice cream yang telah kosong ke atas meja di depan mereka.

“Hmm. Hanya masih sedikit nyeri saja kadang-kadang. Untung pipiku sudah tidak membengkak lagi.”

Jinyoung terkekeh kecil lalu mengacak-acak rambut Daehwi dengan gemas, “Daehwi-ya, bagaimana dengan Appamu?” tanyanya tiba-tiba. Lelaki itu sudah mengetahui perihal Daehwi yang kabur dari rumah, walau dengan sedikit pemerasan dan ancaman. Sedikit paham dengan dilema yang di rasakan oleh Daehwi karena ia sendiri juga merasakannya. Hanya saja yang membedakan dari mereka adalah bahwa Jinyoung tidak melakukan hal-hal yang menurutnya kekanak-kanakan, seperti lari dari rumah atau semacamnya seperti yang Daehwi lakukan.

“Kenapa Hyung menanyakan hal itu?”

“Tidak… aku hanya ingin kau memperbaiki hubunganmu saja. Aku pikir Appamu tidak sekeras dulu lagi. Temui Appamu, Daehwi-ya. Bagaimanapun juga, Appamu pasti merindukanmu, 'kan?”

Daehwi tersenyum lemah, “Aku tidak yakin dengan hal itu, Hyung.”

“Hei, kenapa kau tidak mencobanya dulu? Dengan meneleponnya mungkin?”

“Aku tidak punya nomor Appa―”

“Kau bisa menemuinya jika kau mau.”

“Aku… ah, mungkin aku akan menemui Appa suatu saat nanti. Hmm… tapi Hyung harus menemaniku.”

“Tidak mau.”

“YA! Ini idemu—“

“Ini urusanmu dengan Appamu. Tidak ada hubungannya denganku. Meskipun nanti kau akan mengenalkan bahwa aku adalah calon suamimu di hadapan Appamu, tapi aku tidak punya hak untuk ikut campur. Aku hanya akan mendorongmu untuk memperbaiki semuanya saja. Tidak akan lebih dari itu.” Jinyoung mengusap pundak Daehwi seakan menenangkan kekasihnya tersebut, “Tenang, semuanya akan baik-baik saja.”

Mungkin Daehwi ragu dan takut. Meskipun dia tidak tahu mengapa secara tiba-tiba Jinyoung mengangkat topik masalah dirinya dengan Ayahnya, tapi apa yang dikatakan Jinyoung benar. Ah, Daehwi senang jika Jinyoung sedang dalam keadaan dewasa begini. Selalu kalem dan bisa membuatnya tenang. Daehwi yang menghela nafasnya itu pun angkat bicara, “Kenapa Hyung tiba-tiba menanyakan hal itu, sih? Aku memikirkannya sekarang.”

“Tadi aku sudah mengatakan sebabnya, Bodoh. Apa perlu aku ulang sekali lagi? Ayolah, aku tidak mau kekasihku lambat seperti Seonho―”

“YA! Dia sahabatku! Macam-macam saja!” Daehwi mendelik, “Tapi pasti ada sebabnya, 'kan?”

“Tidak ada. Kenapa kau tidak percaya padaku begini sih?”

“Hyung berbohong.”

“Apa? Ayolah—ah, kau minta alasan?”

“Tentu! Pasti ada alasannya, 'kan?”

Jinyoung tersenyum dengan jahilnya, “Agar aku bisa lebih mudah untuk melamarmu. Bagaimana? Kau bisa menjawab?” Daehwi terdiam dan tidak bisa menjawab, “Kenapa diam? Membutuhkan yang lain? Do you need a kiss?

“Aku bersumpah aku membencimu.” Ucap Daehwi yang pergi ke dalam kamar.

.

Daehwi melemparkan ponselnya ke ranjangnya. Temannya, Hyungseob , sebentar lagi akan berkunjung―menjenguk sih katanya.

Dia kemudian berjalan ke arah dapur hanya untuk mencari sesuatu. Daehwi mengambil toples berisi cookies yang entah disimpan sejak kapan oleh Jinyoung. Dia kemudian mendudukkan dirinya di sofa dan mulai menonton variety kesukaannya; Running Man. Jinyoung sudah tidak berada di sana. Lagipula Daehwi tidak peduli kemana lelaki itu pergi. Sesekali ia tertawa terpingkal dengan mata yang berair karena melihat Kwangsoo yang menjadi bulan-bulanan Jungkook.

My Annoying Bae || Bae Jinyoung X Lee DaehwiWhere stories live. Discover now