26. Die In His Hands

Începe de la început
                                    

"Sudahlah..." ujar Bryan akhirnya.

"Ngomong-ngomong... mereka Dad apakan?" Tanya Bryan.

"Hm?"

"Pelakunya, Dad apakan?"

"Oh.. aku tembak dengan pistol yang kamu selipkan di pinggangmu.."

Mata Bryan melebar kaget. Untung saja pelakunya ada di luar dan cukup jauh dari mereka. Jika tidak, mereka akan ikut tewwas bersama dengan pelakunya. Bryan hanya meneguk kasar ludahnya dan terdiam sejenak.

"Sudahlah. Kamu lebih baik tidurlah lagi." Ujar Dario dan Bryan hanya mengangguk. Dia memiringkan badannya dan berbaring di tempat tidur itu. Bryan memejamkan matanya kembali.

------------

Two month later at Dimitry's Mansion,

Bryan menepuk bahu adiknya pelan. Membuat sang adik menoleh.

"Apa kabar?" Tanya Bryan.

"Biasa aja. Kaki gue aja masih gini. Tangan gue juga sama."

"Yang penting lo sehat Rex." Ujar satu suara lagi dan Bryan mengangguk.

"Hey, kak Bryan." Sapa anak itu pada Bryan

"Hai, Rey. Lo udah nggak pa-pa?"

"Masih sakit dikit tapi nggak parah kok. Tergantung dianya aja sih." Ujar Rey sambil menunjuk kakak kembarnya.

"Jangan macem-macem lo! Yang sakit bukan lo doang, gue juga!" Ujar Rey mengancam.

Mereka bertiga terkekeh bersama. Rey merangkulkan tangannya ke pinggang Rex dan membantu kakaknya berdiri.

"Ayo makan, udah dipanggil sama Mom" ujar Rey.

Ketiga anak itu memasuki mansion besar itu. Mereka berjalan menuju ruang makan. Bryan membuka pintu ruang makan dan membiarkan Rex dan Rey masuk lebih dulu.

"Rex!" Panggil Ren dengan girang.

"Akkhh!" Ringis Rex dan Rey lantaran Ren lupa dan menepuk tangan kiri Rex yang patah.

Sontak saja Ren mendapat jitakan maut dari Daverick dan membuat semua orang tertawa. Daverick langsung membantu Rex ke tempat duduknya sementara Rey masih meringis kecil sambil mengusap tangan kirinya, berusaha meredakan nyeri di tulangnya.

Plakk!

Bryan merasakan nyeri yang teramat pada luka di punggungnya. Luka itu seperti digores kembali. Bryan hanya bisa meringis linu dan hampir terjatuh jika ayahnya tidak muncul di depannya.

"Lean!" Bentak Dario pada sahabatnya itu.

Bryan langsung saja menarik kemeja ayahnya dan merematnya guna menyalurkan rasa nyeri di punggungnya.

"Ayo ke kamar!" Ajak Dario.

"Tunggu sebentar Dad... masih nyeri..." ujar Bryan pelan.

Dario membawa Bryan ke kamarnya setelah rasa sakit itu sedikit berkurang. Dia membantu Bryan mengobati lukanya dan juga mengganti pakaiannya.

"Masih sakit?" Tanya Dario

"Sedikit. Tidak apa Dad. Nanti juga hilang. Ayo turun! Kasihan yang lain lama menunggu kita."

Dario mengangguk dan mereka turun ke bawah. Keluarga besar itu mulai memakan makanan mereka dengan tenang. Sangat tenang. Tapi siapa sangka di balik ketenangan itu terdapat iblis yang tengah terlelap.

Pepatah mengatakan "jangan bangunkan iblis yang sedang tertidur!" Karena itu, jangan pernah mengusik keluarga besar itu. Karena jika satu saja dari mereka terusik, maka seluruh iblis itu terbangun dari tidurnya. Itu mereka,

[KDS #3] Ma Belle CibleUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum