"Baiklah, baiklah. Kita lanjutkan perbincangan ini nanti," kata Ten sambil tersenyum untuk mencairkan suasana.

Setelah itu Lucas tidak memberikan balasan apapun, ia hanya menatap Ten dalam diam hingga yang lebih tua menoleh kearahnya dan membuatnya berbicara, "Apakah kamu benar-benar tidak apa-apa tidak berada di istana saat ini?"

"Tentu saja, I am not a bird in cage. Jadi, aku bebas melakukan apapun," jawab Ten dan meletakan beberapa toples berisikan camilan pada nampan.

"Tapiㅡ"

"Semuanya baik-baik saja. Kamu sudah tahu bahwa, prioritasku di dunia ini adalah keluarga dan kita ini keluarga, Lucas-ah. Karena itu, aku bahkan rela melawan dunia jika ia mengusik kalian, kamu mengerti?"

"Aku mengerti dengan sangat jelas, hyung," balas Lucas dengan pelan, ia memberikan tatapan sayang dan senyuman lembut pada Ten.

"Kamu mau ikut ke lantai dua?" tanya Ten yang sudah membawa nampan dengan kedua tangannya, siap pergi meninggalkan ruangan itu.

Lucas menggelengkan kepalanya pelan. "Aku harus menemani Mark di ruang tamu."

...

・peculiarity・

...

Rumah keluarga Huang sangatlah klasik, gaya yang digunakan bukanlah gaya klasik khas Cina tapi lebih condong ke gaya klasik khas barat. Haechan menatap semua lukisan yang terpajang di dinding samping tangga, bahkan semua lukisannya sangat klasik dan lembut. Suasana yang terbuat didalam rumah ini juga sangat nyaman dan tidak terlihat dibuat-buat meskipun rumah ini tidak terlihat seperti rumah elite modern yang sekarang tengah menjadi tren. Tanpa sadar, Jaemin dan Haechan sudah mencapai lantai dua. Hal yang pertama menjadi pusat perhatian Haechan adalah sedikit ruang yang diatur sebagai ruang keluarga disana dan ternyata hanya ada beberapa ruangan di lantai dua.

Kedua kaki Haechan bergerak mengikuti Jaemin hingga mereka sampai pada satu ruangan yang berada paling jauh dari tangga. Pada daun pintu ruangan itu terdapat sebuah tanda dari kayu yang dipasangi tali dan mengantung disana, 'Renjun's Room, if you not Ten-hyung please knock the door.' adalah kata yang tertulis pada papan itu. Jaemin yang melihat Haechan hanya terdiam dan mata yang menatap lurus pada papan peringatan yang ada didaun pintu Renjun, berinisiatif untuk mengetuk pintu itu sebanyak tiga kali.

Knock. Knock. Knock.

Seperti baru saja diberikan mantra, pintu itu langsung terbuka perlahan dan memperlihatkan sosok Renjun yang tengah duduk di kursi meja belajarnya sambil membaca buku. Renjun pun secara otomatis menoleh perlahan. Meski kedua matanya terlihat datar, ia tetap merasa kaget dengan keberadaan Haechan diambang pintu kamarnya. Jaemin segera masuk kedalam dan mendudukkan diri pada tepi kasur Renjun lalu ia menatap Haechan dan memberikan kode pada pemuda bermarga Lee itu untuk masuk dan duduk diatas karpet yang ada ditengah ruangan, tepat diantara tempat Jaemin dan Renjun duduk.

"Duduklah." Jaemin mengatakan satu kata itu sebagai perintah kepada Haechan sebelum ia menatap Renjun penuh kasih sayang. "Kamu sudah membuatku khawatir setengah mati hingga ingin membunuh seseorang lalu aku menemukan kamu asik membaca buku dikamar. Jangan bilang selama satu minggu ini kaㅡ"

"Jaemin," tegur Renjun sebelum ia berdiri lalu ia memilih duduk dihadapan Haechan dengan sebuah meja bundar kecil yang menjadi sekat mereka. "aku baik-baik saja. Maaf membuatmu khawatir."

"Ya, kamu benar-benar membuatku khawatir." Jaemin mengulurkan tangannya dan memaikan sebentar beberapa surai rambut Renjun yang bisa ia capai dari posisinya.

"Hmm...," Renjun mengabaikan Jaemin sebelum ia menatap lurus Haechan. "Jadi apa yang membuat Lee Donghyuck-ssi kemari?"

Haechan tersentak, ia menatap kesegala arah karena gugupㅡkamar Renjun sangat rapi dan bagus. "Aku..., aku ingin meminta maaf," katanya pelan dan nenundukkan kepala.

"Atas dasar?" Renjun tidak mengerti, ia menatap Jaemin untuk meminta penjelasan tapi yang ditatap pura-pura fokus memainkan helaian rambutnyaㅡtanda bahwa pemuda Na itu tidak ada urusannya dengan ini.

"Aku sudah mengucapkan kata-kata jahat padamu." Haechan mengucapkannya dengan satu tarikan napas, ia ingin ketegangan yang ditimbulkannya sendiri ini cepat berakhir.

"Kata yang mana?"

"Siang itu, dikelas," kata Haechan dengan nada cepat seperti tadi dan buru-buru menambahkan. "saat pergantian kelas dan kita harusnya pergi ke lab."

Ah. Renjun mengerti sekarang lalu saat Haechan dengan malu-malu mengangkat kepalanya, ia memberikan senyuman tipis sekilas. "Itu bukan apa-apa. Ada banyak kata lebih jahat yang pernah ditujukan padaku."

Suasana menjadi hening, Haechan terdiam, Renjun memberikannya tatapan kosong yang berhasil melukai hatinya, lalu Jaemin kembali mengirimkan tatapan tajam dengan kedua mata yangㅡ

"HUAAA!!" pekik Haechan tiba-tiba hingga posisi duduk mundur kebelakang, tangan kirinya terangkat dan telunjuknya mengarah pada Jaemin. Renjun segera menoleh mengikuti arah jari telunjuk Haechan, tapi ia tidak menemukan ada yang aneh disana. "Dia..., baru saja Jaemin...," Haechan mulai bergumam tidak jelas.

"Apa yang terjadi disini?"

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

[End of Chapter 9]

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

A/N : Akhirnya chapter 13 selesai juga~♡ Aku sengaja update di hari sabtu karena aku punya rencana pergi ke Yogjakarta besok dan takut kalau enggak akan bisa update. Maaf kalau sampai chapter ini belum bisa ditemukan moment Jaemren dan Norennya lagi, karena memang genre utama cerita ini bukan romance ≥3≤ . Untuk chapter depan juga ada kemungkinan masih berupa sambungan dari chapter ini, dan yeah, aku tahu pengembangan cerita ini memang lambat sekali. Mianhaeyo.

Last, thank you for reading. Love and see ya on chapter 14! ❤❤

27/10/2018

xoxo,
ㅡhunshine delight

[ON HOLD] Peculiarity;『JaemRen+NoRen』Where stories live. Discover now