"Ah bagaimana bisa dia keluar sedangkan dia tau aku akan pulang sekarang," gerutu Rachel.

"Sebaiknya kau pergi ke kamarmu, dan beristirahat," ucap Ethan.

"Baiklah."

***

Arin terbangun dari tidurnya, ia menatap sekelilingnya. Ia tak mengenali tempat itu.

"Kau sudah siuman? Syukurlah," seruan itu membuatnya menoleh ke sumber suara.

"Jason?" Ucapnya.

"Bagaimana keadaanmu? Sejak semalam kau tak sadarkan diri," seru Jason.

"Aku merasa lebih baik," ucap Arin. "Ini jam berapa? Aku harus segera pulang." Arin berusaha bangun dan melepaskan jarum infusnya.

"Tidak Arin, keadaanmu masih belum fit." Jason menahan Arin yang hendak menuruni blangkar.

"Aku sudah merasa lebih baik, biarkan aku pergi."

"Tapi Arin-"

"Aku mohon Jason, sejak semalam aku pergi. Aku takut Ethan mencariku," ucap Arin.

"Baiklah, tetapi aku akan mengantarmu."

***

"Selamat siang semuanya," seru Marvel di dalam ruang CIA.

"Siang," semuanya menjawab dengan kompak.

"Kita sudah berhasil menangkap kaki tangan dari Baron, tak akan lama lagi kita akan menemukan keberadaan Luis dan Jeff." Ethan semakin mengepal kuat mendengar nama Jeff.

Dia ingin segera mengakhiri segalanya dan juga dendamnya.

"Dan satu lagi, kita akan mendapatkan tambahan personil dalam team kita," ucap Marvel.

"Untuk Apalagi, bukankah ini sudah cukup," seru Tom.

"Jangan terlalu banyak orang, bikin pusing yang ada," seru James.

"Kita membutuhkan seorang wanita dalam team kita," ucap Marvel.

"Wew ladys? Ah bilang dong daritadi, kita memang membutuhkan asupan buat cuci mata," seru James diiringi senyuman khasnya.

"Silahkan masuk," panggil Marvel.

Tak lama masuklah seorang wanita cantik dengan pakaian serba hitam logo CIA, ia tersenyum kepada semua orang yang ada di sana.

"Yuri Ha?" Seru James.

"Hai apa kabar semuanya," ucap Yuri diiringi senyumannya yang indah.

"Kau semakin cantik saja," seru Raymond.

Yuri hanya menanggapinya dengan senyuman simpul. Tatapannya tertuju pada Ethan yang tampak acuh tak acuh.

***
"Arin?" Seru Rachel saat ia melihat Arin datang.

"Rachel? Kau pulang?" Seru Arin tampak senang dan langsung memeluj Rachel yang juga senang bertemu Arin.

"Aku rindu kamu, tau!" Ucap Arin.

"Kau sudah menikah juga," ejek Rachel. "Ayo ke kamarku, banyak hal yang harus kau ceritakan." Rachel menarik pergelangan tangan Arin dan membawanya duduk di atas ranjangnya.

"Jadi bagaimana malam pertama kalian?" Tanya Rachel tampak begitu penasaran.

"Setelah lama tak bertemu, itu hal pertama yang kau tanyakan? Tidak adakah pertanyaan mengenai kabarku," ucap Arin.

"Itu tidak perlu, karena aku tau di saat kamu dan Ethan bersama, keadaan kalian akan sangat baik," kekeh Rachel yang di jawab senyuman kecil Arin.

"Jadi bagaimana malam pertama kalian?" Tanya Rachel.

Arin termangu di tempatnya saat mengingat malam pertama mereka yang jauh dari kata romantis dan mesra. Yang ada hanya luka membekas dan entah akan terobati atau tidak.

"Bagaimana? Ayo ceritakan," Rachel tampak tak sabar mendengar cerita dari Arin.

"Itu sangat terkesan dan tak akan pernah terlupakan," ucap Arin diiringi senyuman kecilnya.

"Sudah aku bayangkan, kau dan Ethan akan bahagia. Aku ikut bahagia melihat kalian bersama. Satu Kakakku dan satu lagi sahabatku yang kini menjadi Kakak iparku," kekeh Rachel.

'Akankah kau tetap menganggapku sahabat saat mengetahui kenyataan siapa aku? Bahkan pria yang berkata cinta padaku kini membenciku, akankah kau juga, Rachel? Apakah aku akan kehilanganmu juga seperti aku kehilangan Ethan.' Batin Arin.

"Kau melamun?" Seru Rachell menyadarkan Arin dari lamunannya.

"Ah, kenapa Hel?" Tanya Arin.

"Ayo kita buat acara makan malam.bersama untuk menyambutmu di keluarga kami," kekeh Rachel.

"Emm, apakah harus?" tanya Arin.

"Itu harus dong, kita buat acara makan malam saja di sini dan kita undang team Marvel, bagaimana?" Usul Rachel.

"Apa Ethan-"

"Masalah dia sih gampang, kamu rayu dikit aja pasti mau dia," kekeh Rachel tanpa menyadari rasa canggung dari Arinka.

"Rachel," panggilan itu membuat Rachel berteriak dan menyuruh Ethan masuk.

"Rachel, aku akan pergi-" ucapan Ethan terhenti saat melihat keberadaan Arin. Cukup lama mereka berdua beradu tatapan.

"Kau sudah pulang," seru Ethan kembali datar.

"Iya," jawab Arin.

"Ethan, aku ingin mengadakan acara makan malam untuk keberadaan Arin di keluarga kita. Ayo kita memasak bersama dan undang semua teman kamu dari team Marvel," seru Rachel tampak begitu antusias.

"Haruskah itu?" Tanya Ethan tampak enggan.

"Iya harus, bukankah kita selalu merayakannya," ucap Rachel.

"Eh tunggu, kenapa kamu diam saja Arin? Biasanya kamu lebih gencar merayu Ethan daripada aku," seru Rachel sedikit curiga dengan mereka berdua.

"Rachel, aku sedang tak enak badan," ucap Arin mencari alasan.

"Baiklah Rachel, kau atur saja acaranya," ucap Ethan menatap tajam ke arah Arin yang diam saja menatapnya.

"Asyik!"

"Kalau begitu aku pergi dulu, ada yang harus aku selesaikan," ucap Ethan beranjak pergi.

"Eh tunggu Ethan!" Tahan Rachel.

"Ada apa?" tanya Ethan.

"Biasanya kau mencium Arin sebelum pergi, kenap sekarang kalian tampak malu-malu? Saat pacaran saja seakan tak tau malu mengumbar kemesraan dimanapun," ucap Rachel.

Ethan menatap Arin yang kini memalingkan wajahnya. Ethan melangkah kakinya mendekati Arin yang masih duduk di sisi ranjang.

"Aku pergi," ucap Ethan dengan nada datar dan mengecup pipi Arin tepat di sisi bibirnya supaya Rachel menyangka Ethan mengecup bibir Arin.

"Hati-hati," jawab Arin.

Ethan berlalu pergi seraya mengusap kepala Rachel sebelum benar-benar berlalu pergi.

"Apa kalian ada masalah?" tanya Rachel.

"Eh?"

"Tidak biasanya kau menjadi sangat pendiam dan Ethan juga terlihat dingin."

"Tidak ada apa-apa, Ethan hanya sedang di pusingkan oleh pekerjaannya. Sudahlah tidak usah kau pikirkan," ucap Rachel.

"Oke! Baiklah sekarang ayo kita putuskan menu apa yang akan kita masak untuk makan malam." Rachel kembali duduk di samping Arin.

"Oke," jawab Arin tersenyum kecil dan kembali menoleh ke ambang pintu dimana Ethan pergi.

***
Tbc
09-09-18

Un Perfect Wedding #CIA-1Where stories live. Discover now