Istirahat Sekolah

32 0 0
                                    

Telah tiba waktunya untuk pergi ke sekolah. Hari senin yang sangat cerah, pukul 7 Alisya dan Alifa pergi ke sekolah, Sekolah Dasar Negeri 17. Mereka selalu pergi berdua berjalan kaki sudah tidak di antar mama. Perjalanan menuju sekolah menghabiskan waktu 15 menit. Melewati pasar, menyeberangi jalan dan melewati banyak rumah-rumah penduduk. Terasa sangat jauh tetapi saat-saat pergi sekolah itu yang selalu ditunggu Alisya. Karena dia bisa melepaskan kesedihannya dengan membuat komik kecil disekolah.

"Hai Alisya, selmat pagi!" Seru Dyah penuh semangat.Dyah adalah teman sebangku Alisya.

"Hai Dyah, Selamat pagi! gimana liburanmu? pasti menyenangkan ya?".

"Ya kamu pasti sudah tau kan, masih sama seperti biasa, setiap liburan selalu membantu ibu dan ayahku membawa jualan-jualan kami ke pasar. Setelah siang kami pulang dan makan bersama dan ibu bolehin aku enggak tidur siang kalau hari sabtu dan kalo enggak tidur siang gitu ya aku pasti ngelanjutin komik kecil ku dirumah. Nih coba deh kamu liat sya!" 

"Mana coba aku baca, kamu juga baca punya ku ya?!

"ok." Sahut Dyah

Dan mereka terdiam bersama dibangku sekolah yang berukuran panjang berwarna coklat. Mereka bertukar komik untuk dibaca. Dyah teman sebangku Alisya yang sama-sama suka sekali menggambar kartun-kartu lucu dan membuatnya dibuku tulis. Bahkan hasil gambar-gambarnya lebih bagus jika dibandingkan dengan punya Alisya. Dyah juga selalu membantu Alisya bagaimana menggambar komik dengan bagus.

"teeeeeeeeeeeeeeeeet!!!!" Bel sekolah telah berbunyi. Menendakan waktunya pelajaran disekolah dimulai. Dan menandakan semua siswa-siswi harus berbaris dilapangan karena hari senin adalah waktunya mereka semua untuk melaksanakan upacara bendera.

"Indonesia tanah airku. Tanah tumpah darahku. Disanalah aku berdiri. Jadi pandu ibuku. Indonesia kebangsaanku. Bangsa dan tanah airku. Marilah kita berseru. Indonesia bersatu. Hiduplah tanahku.Hiduplah negeri ku. Bangsa ku. Rakyatku semuanya.Bangunlah jiwanya. Bangunlah badannya. Untuk Indonesia Raya. Indonesia Raya, merdeka, merdeka. Tanahku, negeriku yang ku cinta. Indonesia Raya, merdeka, merdeka. Hiduplah Indonesia Raya." Suara siswa-siswi yang begitu menggelegar, membuat semua petugas upacara ikut bersemangat. 

Setelah upacara selesai, semua murid berbaris menuju kelas masing-masing. Begitu pelajaran dimulai Alisya serius mendengarkan semua penjelasan guru. Dia selalu berusaha untuk mendapatkan nilai 10 dikelas, dengan harapan bisa mendapat juara 1 di kelas, dengan begitu dia berharap sang mama dapat mencintainya seperti mama mencintai Alifa.

"teeeet, teeeeeet!!!" Bel istirahat berbunyi.

"Alisya yuk makan nasduk di bu yati, aku gak mau makan nasi uduk di bu Iyam, mahal dan sepertinya jorok kena debu." Seru Dyah menarik tangan Alisya bergegas menuju warung bu Yati.

Alisya dan Alifa memang terlahir bukan dari keluarga yang kaya, tetapi juga bukan terlalu dari keluarga yang sangat susah seperti keluarga temannya Dyah. Bisa dibilang keluarga yang paling mampu di antara teman-temannya. Karena orang tua mereka memiliki rumah dengan luas 250 meter persegi dan luas bangunan 350 meter persegi. dan memiliki 30 kontrakan yang sudah terisi penuh untuk disewakan.

 Tetapi biarpun keluarga mereka bisa dibilang paling mampu di antara teman-temannya. Mama Alisya dan Alifa sangat disiplin. Mama ingin sekali mengajarkan mereka berdua untuk selalu bersyukur dalam keadaan apapun. Sehingga mama selalu memaksa mereka untuk sarapan dirumah agar begitu istirhat tiba mereka tidak perlu menghamburkan uang untuk jajan makanan yang menurut mama tidak sehat.  Semua teman si kembar diberikan uang sangu sebesar Rp 3.500 - Rp 6.000 kalau hari jum'at, karena hari jum'at ada pelajaran olahraga. Sedangkan mereka berdua hanya mendapat Rp 2.000 dan Rp 3.000 di hari jumat.

"Dyah maaf aku gak beli nasduk (nasi uduk). Aku beli roti sama es teh manis aja ya. Aku sudah sarapan dan masih kenyang. Tapi aku temenin kamu ko sampe selesai makan." 

"Baiklah. Aku lapar banget jadi mau aku habisin aja uang jajan hari ini, nabungnya besok aja, hehehe." Seru Dyah sambil tertawa lepas.

"Bu Yati, aku mau beli roti ini sama es teh manis dong bu 2 gelas. Ini uangnya bu." Sambil menyodorkan uangnya Rp 1.000 untuk bu Yati.

"Rotinya gope (Rp 500) ya harganya, teh manis 2 gelas nih jadi Rp 200. Nih kembaliannya neng Rp 700." Seru Bu Yati.

Tak lama kemudian teman-teman yang lain yaitu Rani Elsa dan Asri bersama adiknya Alifa tiba dikantin. Mereka berlima sebenarnya geng kecil Alisya. Namun Alisya selalu menghabiskan waktu istirahatnya bersama dyah. Alisya hanya berkumpul berlima dengan Rni, Elsa, Asri dan Alifa saat pulang sekolah.

"Hai Alisya, makan apa kamu?" Tanya teman bernama Rani.

"Ini makan roti sama es teh manis aja."

Disela-sela mereka menikmati jajanan sekolah mereka. Tiba-tiba Alifa berkata. "eh temen-temen, tau gak kalian kalo anak yang dibesarkan dengan ASI full sampai 2 tahun otaknya jauh lebih cerdas loh dibandingan dengan anak yang dibesarkan dengan susu sapi (susu formula mereka menyebutnya susu sapi)!"

Sontak semua teman-temannya menjawab. "aku juga ASI fa sampe 2 tahun" Seru Rani. Lain pun menjawab yang sama. Alisya hanya terdiam. Dan Asri pun bertanya pada Alisya "Kalau kamu gimana sya? kamu ASI bukan?" saat Alifa langsung menjawabnya dengan cepat "Alisya mah bukan ASI, dia anak sapi, karena minumnya susu sapi, jadi dia bukan anak ASI." Mendengar jawaban Alifa membuat hati Alisya seperti tersambar petir, membuat kaget dan sakit yang teramat dalam. Alisya tak menjawab sepatah katapun. Dia berangsur kembali kedalam kelas dengan hati yang seperti ingin dia teriakkan tapi tak mampu untuk dia lakukan."

"Udah ya Sya jangan di ambil hati. Kembaranmu kadang-kadang suka jahat gitu, tapi aku yakin dia juga pasti sayang sama kamu." Dyah mencoba menenangkan Alisya.

Seorang anak yang terlahir kembar terkadang tidak berarti semuanya sama, mungkin hanya secara fisik mereka tidak terlihat berbeda, tetapi hati dan perilaku mereka pasti berbeda. Hanya saja Alisya benar-benar merasa kecawa. Dia semakin ingin kembali ketempat dimana ia dulu dibesarkan. Yaitu di Jawa tempat ia dibesarkan oleh kaka papanya.

 Disanalah Alisya merasa dihargai, Alisya pun sempat memanggil anak budehnya dengan sebutan "Mama dan Papa" karena saat itu dia tidak tahu bahwa yang membesarkannya ternyata bukan kedua orang tua kandungnya. Hingga akhirnya ia kembali ke Jakarta tempat kedua orang tua kandungnya berada. Umur 4 tahun dia pun masih memanggil mama kandungnya dengan sebutan "eh" atau bahkan tidak menyebutkan nama sama sekali, karena dia merasa canggung untuk memanggil "Mama" kepada seorang perempuan yang tidak pernah membesarkannya bahkan sang mama pun tidak pernah menunjukkan kasih sayangnya pada Alisya.

आप प्रकाशित भागों के अंत तक पहुँच चुके हैं।

⏰ पिछला अद्यतन: Aug 23, 2018 ⏰

नए भागों की सूचना पाने के लिए इस कहानी को अपनी लाइब्रेरी में जोड़ें!

Aku merindukanmuजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें