Proyek Menghadap Depan (Rama's Part)

5 0 0
                                    

Keesokan harinya, untuk pertama kalinya, aku menghampiri Baron yang sedang mengedit foto.

"Bar..."

"Yes."

"Nanti malem, lo makan nggak?"

Baron langsung menoleh dengan mata yang menyipit kepadaku. "Pertanyaan lo aneh."

"Masih mau gue temenin buat makan malem, nggak?"

"Mau." Ucap Baron tanpa basa-basi.

"Oke."

"First step for better choices?" Tanya Ray ragu.

"None of your business." Ucapku datar sambil melewatinya.

***


"Lo mau jalan sama Baron?" Tanya Tyas, teman kantorku saat jam makan siang.

"Nggak."

"Lah, tadi gue denger lo mau makan malem sama dia."

"Cuma nemenin dia makan, tapi guenya nggak makan."

"Berarti pergi bareng kan?"

"Iya."

"Lo suka sama Baron?"

"Nggak."

"Aaah, ngomong sama lo kayak lagi main yes-no question deh. Jawabannya cuma iya-nggak doang."

"Ya terus gue harus kayak gimana?"

"Lo udah bisa lupain Januar?"

Tyas adalah salah satu teman yang kuceritakan soal Januar. Well, terkadang aku membutuhkan omongan silet darinya untuk sesekali menempeleng kepala batuku.

"Sekarang gini deh Ram, enough ya patah hati lo sama Januar. Lo coba deh, buka sedikit hati lo untuk bisa menerima kekurangan orang-orang yang mau kenalan sama lo."

"Maksudnya apa tuh, menerima kekurangan orang lain?"

"Ya lo kan selama ini selalu mencari celah kesalahan orang-orang yang mau deket sama lo. Mereka nggak suka stand up comedy-lah, namanya kampungan lah, kayak banci lah atau alasan-alasan sepele yang sebenernya bisa diubah kalau lo ngasih kesempatan sama mereka. Lo masa nggak sadar juga sih masalahnya apa?"

Aku menggeleng.

"Lo nggak akan bisa nemuin orang yang sama persis kayak Januar, yang pernah tinggal lama di hati lo. Coba sesekali lo cek contact list HP lo. Sapa temen-temen cowok lo dari mulai SD sampe kuliah. Mulai deh tuh 'Proyek Menghadap Depan'. Siapa tahu ada yang bisa lo ajak jalan dan berlanjut. Atau coba lo hubungin Gema lagi. Dia sayang banget bukannya sama lo."

"Gema mantan pacar gue dulu waktu kuliah?"

"He'eh."

"Seinget gue dia udah punya pacar."

"Nggak bisa disuruh putus?"

"Tyaasss, lo ini nyuruh gue buat ngasih kesempatan sama orang lain apa nyuruh gue buat gangguin hubungan orang sih?"

"Ya kan siapa tahu. Dibikin positip aja kenapa sih."

"Lo lama-lama kayak Sashi nih."

"Kapan-kapan lo harus kenalin gue sama dia. Dari cerita lo sih, dia orangnya menyenangkan dan berpikiran terbuka. Nggak kayak lo, kaku."

"Gue udah selesai nih. Lo masih mau di sini makanin piring sama mangkok-mangkoknya?"

"Sama mejanya juga bakalan gue makan kalau emang bisa dimakan."

KANIAWhere stories live. Discover now