PART XVII: PRA WEDDING

2.1K 71 0
                                    

Baru bangun tidur dengan masih mengenakan gaun putih yang dipakainya Lira berlari masuk kedalam kamar mandi. Leo yang terkejut langsung terbangun.

"Lira, kamu kenapa?"

"tidak papa, Cuma kebelet aja." Leo menggelengkan kepalanya. Ajaib sekali kelakuan istrinya itu, Leo duduk ditepi ranjang sambil memeluk bantal guling menunggu Lira keluar kamar mandi. Dengan tersenyum malu Lira keluar dari kamar mandi dengan sudah mengenakan handuk.

"kamu mau mandi Leo?" Leo hanya melihatnya tanpa ekspresi. Leo bangkit dari duduknya dan berjalan kearah Lira, Lira melotot.

"kamu mau ngapain?" Leo diam dan terus mendekati Lira. Lira mundur beberapa langkah dan siap-siap teriak, belum sempat Lira melancarkan teriakannya. Leo langsung mengambil handuk yang ada dibelakang Lira dan langsung masuk kekamar mandi. Lira menghembuskan nafasnya lega.

Mereka segera bersiap-siap untuk melakukan foto prawedding hari ini, Lira sudah siap dengan pakaiannya dia menunggu Leo didepan kamar sambil melamun. Leo datang tanpa basa basi Leo langsung menarik tangannya,

"masyaAllah," Lira tidak protes, karena akan lama jika mereka berdebat.

Leo dan Lira sudah sampai dilokasi pemotretan, fotografer sedang menjelaskan anggle-anggle mana aja yang akan dia abadikan. Leo dan Lira sudah siap dengan pakaian olahraga kostum pertama, Leo memang sengaja mengambil konsep foto olahraga khususnya basket yang menjadi salah satu diantara beberapa konsep pilihannya. Leo terlihat atletis mengenakan baju olahraga tanpa lengan dan celana panjang yang di naikan satu, Lira juga tidak kalah sporti dan cantik.

"kalian main bola aja sambil berlari disekitar sini, saya akan mengambil foto tanpa kalian harus bergaya. Ini akan sangat natural, enjoy saja Leo" Leo mengangguk.

Mereka pun mulai memainkan bola basketnya, Lira tengah mendribble bola sambil berlari Leo berlari kecil di belakang Lira. Tengah asyik mendribble tiba-tiba Leo merebut bola dan gantian mendribblenya, Lira tidak mau kalah dia mengejar sambil tertawa, beberapa kali terdengan teriakan nice dari fotografer. Mereka terus memperebutkan bola tersebut, Leo memutar bola di telunjuknya Lira berusaha mengambil, tapi karena Leo sangat tinggi Lira gagal.

"ayo ambil," Lira sedikit cemberut.

"kamu terlalu tinggi Leo, aku nggak sampai." Leo tertawa. Lira melompat-lompat, Leo menangkap bolanya dan mengurung Lira dengan lengannya, Lira terkejut beberapa detik mereka saling menatap. Fotografer yang melihatnya terlihat senang dengan angle foto tersebut, dia tersenyum puas. Beberapa saat terdiam, Lira tersadar dibalikkan badannya membelakangi Leo dan memegang bolanya. Leo yang sadar tertawa dan langsung memeluk Lira dari belakang.

Beberapa konsep foto sudah terselesaikan dalam 2 jam ini, satu konsep lagi yang belum mereka lakukan. Mereka sudah berada disebuah gedung dansa yang mewah dan elegan, setelah berganti kostum mereka masuk kedalam,

"seperti yang sebelumnya, kalian natural aja ya. Kalau memang tidak bisa berdansa, tidak apa-apa. Pokoknya lakukan sesuai dengan hati kalian. Oke"

"oke" mereka bergabung dengan pasangan-pasangan yang sedang berdansa.

"kamu apa-apaan sih, akukan nggak bisa dansa Leo."

"kamu ikutin aja langkah kaki aku sayang. Ini nggak sesulit yang kamu bayangkan. Kita coba aja dulu," mereka mencoba beberapa gerakan dansa dan berkali-kali Lira gagal. Lama-lama Leo bosan mengajari Lira, dia pun menjadi sangat cerewet akhirnya mereka benar-benar saling bête. Lira diam aja dan cemberut, Lira duduk di tampat duduk yang ada tidak jauh dari situ. Leo menghampiri,

"jangan ngambek dong sayang." Lira hanya menatap Leo kesal. Leo menarik tangan Lira dan kembali mengajaknya berdansa,

"kamu itu kalau nggak marah-marah nggak bisa ya, selalu saja begitu marah dan marah. Dari pada aku dengerin kamu yang ngomel terus mending nggak jadi aja pemotretannya." Leo tersenyum melihat wajah cemberut Lira.

"maaf sayang." Lira tetap diam. Beberapa saat Lira tidak bergeming dari betenya, Leo langsung memeluk Lira.

"ough... kamu apa-apaan sih? Lepasin."

"maafin aku dulu."

"lepaskan Leo." Leo semakin mempererat pelukannya.

"auwh.... Lepaskan Leo." Leo tidak menggubris permintaan Lira. Dia semakin mempererat pelukannya, dan mendekatkan wajahnya.

"kamu mau maafin aku atau......." Leo semakin mendekatkan wajahnya. Lira melongo, jelas terlihat Leo mengancam akan menciumnya. Kalau benar-benar terjadi, mereka akan menjadi pusat perhatian di tempat dansa tersebut, dan itu sama sekali tidak diinginkan Lira, Leo semakin mendekatkan wajahnya.

"oke oke oke... aku maafin kamu. Tapi lepaskan," seru Lira cepat, refleks Leo melepaskan pelukannya dan membuat Lira terjatuh kebelakang.

"auw...." Leo menarik Lira berdiri, dia tersenyum sambil merapikan rambut Lira yang sedikit berantakan. Lira pun tersenyum,

"nah giu dong, jangan ngambek terus. Jadi nggak enak suasananya." Lira hanya diam. Setelah satu jam akhirnya mereka selesai juga pemotretannya, Lira terduduk di kursi sambil bernafas lega.

'ya ampun, gini banget ya jadi istri polisi. Apa-apa serba cepat dan mendadak, sabar Lira mungkin yang terakhir. Ya Allah tolong hamba, capek banget.' batin Lira sambil menghapus make up diwajahnya. Leo menghampiri Lira,

"capek?" Lira mengangguk.

"aku janji ini yang terakhir sayang, kita nggak akan begini lagi."

"Alhamdulillah" seru Lira gembira, Leo tersenyum melihatnya. Dipeluk Lira erat.

***

Mereka sampai rumah dan langsung masuk, dengan masih tertawa mereka menuju kamar yang ada dilantai 2. Seseorang yang duduk di kursi yang tidak jauh dari tangga mendehem, mereka berhenti dan menoleh kearahnya.

"sudah bersenang-senangnya, pemotretan aja sampai jam segini. Kamu nggak ada pekerjaan yang lain Leo dari pada foto prawed prawed itu. Nggak ada gunanya." nenek berseru ketus. Lira terdiam, Leo hanya melihat sejenak dan menggandeng tangan Lira menuju kamar mereka. Lira masih merasa tidak enak mengingat perkataan nenek dibawah tadi, dia duduk di tepi tempat tidur.

Leo keluar kamar mandi dan melihat Lira tengah terdiam, dihampiri Lira dan memegang pelan leher Lira dan membuat Lira terkejut.

"mak....." teriak Lira tertahan.

"melamun lagi, kamu kenapa?" Lira menggeleng pelan. Leo duduk disamping Lira, "kamu jangan pikirkan perkataan nenek sayang, tahu sendirikan nenek gimana." Lira mengangguk pelan.

"tapi, aku merasa nenek semakin membenci aku Leo."

"kamu tenang aja, biar nenek membenci kamu yang penting ayah, bunda, dan Amira serta abang-abang akukan sayang sama kamu. Kamu jangan pikirin ya, selagi ada aku semua akan baik-baik saja" Lira mengangguk dan menghelakan nafas beratnya.

***

TBC

My Husband Police (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang