Mata-Mata

3.5K 162 7
                                    

23.45 WIB
Kembali kami berusaha memejamkan mata, mas Maven memelukku dengan erat, menciumi rambut pendekku, dan bergumam lirih ketika kesadaranku mulai menghilang bersama kantuk yang tak tertahan, namun samar-samar aku masih mendengar apa yang dia katakan, sekali lagi aku tersakiti

"Aku sayang kamu, aku tak ingin kehilangan kalian, tapi aku tak bisa jika harus memilih... ay, mungkin setelah ini kamu akan membenciku, benar-benar meninggalkanku atau dengan hati malaikatmu kamu mau menunggu lagi, bersabar lagi agar kita bisa bahagia tanpa ada yang menghalangi."

Dan suara itu pelan-pelan menghilang dan berganti dengan dengkuran halus di telingaku saat kesadarankupun menghilang.

05.00 WIB,
Aku mengeliat , dan mencari sosok di sebelahku... KOSONG
Dan,
"Monring Ay,, bangun sayang sudah pagi ini."
"Eh.. iya mas, duh aku telat bangun,.." kataku menyeringai
"Ay, tadi subuh Ayah telpon, dan aku yang mengangkat, Ayah bilang seragam kerja mu sekalian di bawa Ayah, kamu nanti langsung ke kantor saja ya."
"Eh, oh, iya mksih mas."

08.00 WIB, kamipun sampai di Bandara International Juanda.
"30 menit lagi aku harus boarding Ay, kamu baik-baik disini ya, jangan sedih lagi, mas usahakan setiap bulan akan mengunjungimu disini, sabar ya Ay.."

Entah mengapa pikiranku mulai tak enak, tersenyum miris diantara luka yang kembali kau goreskan mas.
"Iya mas, nanti kalau aku bisa cuti, aku akan main ke Jakarta, kangen Arya."
Deg,, seketika kulirik wajahnya menegang.
"Iya Ay, di tunggu ya sayang."

09.00 WIB.
Aku kembali melajukan mobil menuju kantor, sudah telat 1 jam dan bakal telat 1 jam lagi karena jarak dari bandara ke kantor 1 jam jika lancar.

Pikiranku menerawang, aku meragu, tentang sikapnya yang berubah manis, tentang suara telpon malam itu dan tentang gumam lirihnya di antara kantukku. Ya Allah harus seperti inikah jalan hidup yang akan aku jalani, menempatkan cinta yang salah, pada orang dan keadaan yang salah, dan kini cinta itu tersakiti berulang kali.

"Pagi Yah, Assalamu'alaikum.." aku menghampiri ayah yang baru selesai shalat dhuha.
"Sudah mandi mbak? Itu baju kamu di tas Ayah ya, ganti baju dulu mbak, terus shalat sana, Ayah tunggu di dalam ya."
"Iya Ayah, mbak ke kamar mandi dulu."

Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 17.00 saat kami bersiap pulang.
"Ayah aja yang nyetir, mbak pasti capek seharian survey kan."
Akupun pasrah di kursi penumpang, bersandar melepas penat dan ingin segera tidur di kasur kesayangan, kesadaranku kembali ketika Ayah mengajakku berbincang.

"Mbak mas Maven sudah ke Makasar ya? Gimana kelanjutan hubungan kalian? Maaf kalau Ayah menanyakan ini, Ayah tidak mau mbak tersakiti lagi, sudah 3 bulan sejak Maven melamar mbak, tapi belum ada kesepakatan kapan kalian menikah?"
"Emmm.. anu yah, kami masih mau saling memahami sifat masing-masing yah, nanti dulu lah yah, usia mbak juga baru 23 tahun, masa harus nikah?hehehehe."
"Lebih cepat lebih baik, itupun kalau mbak sudah yakin, karena menikah cuma sekali mbak, fikirkan baik-baik."
Aku hanya mampu menganguk dalam kepiluan,

"Bagaimana akan membicarakan pernikahan jika kelanjutan hubungan ini saja aku masih ragu,ah..." bisik hatiku lirih.

*****
Hari berganti Minggu..
Semua nampak baik-baik saja dengan hubungan kami, masih sering bertukar kabar lewat BBM, namun untuk telfon bahkan videocall pun kami jarang. Ya aku mulai merasa hambar, meragu, gantung dan entahlah...

Hingga suatu pagi di hari kamis.
"Mbak, weekend besok gak ada rencana kan?" Tanya Mamah
"Gak mah, mbak mau tidur aja di rumah, kenapa mah?"
"Jumat besok kita pulang ke Madiun ya, putra Pakpuh* Napsul nikah hari sabtu. Itu mas Dion yang penerbang itu, dapet istri dokter gigi, serasi deh."
"Lho kok cepet mah, mas Dion mau nikahnya.. dih padahal Etha mau dikenalin temennya mas Dion dulu tu, tapi kata mas Dion, jangan sama penerbang dek, resiko besar, mas gak mau kamu jadi janda kembang, hahahahaha"

Dan Ayah menimpali kami segelah bersiap dengan seragam kebanggaannya,
"Iya kalau nikah sama penerbang resiko suami kecelakaan dan kamu jadi janda, tapi semua takdir itu Allah yang tentukan mbak. Ayo kalau sudah sarapannya, keburu macet nanti."
"Siap Yah.."

Dan hari sabtu pun tiba, kami tiba di Madiun Jumat Malam, agar bisa beristirahat sejenak di rumah Pakpuh.

Pernikahan Mas Dion dan Mbak Sarah di gelar di gedung serba guna di kawasan Lanud Iswahjudi. Memasuki kawasan militer itu membuatku ingat mas Maven.
Dan ketika acara sudah selesai, tinggal kami keluarga yang berkumpul untuk berfoto-foto, aku dikejutkan dengan suara seseorang.
"Nduk, tambah ayu ae adekku iki, kapan nyusul nduk?"
Akupun menoleh dan memicingkan mata, mengingat siapa gerangan lelaki berbadan tegap dan berperawakan tentara ini.
"maaf siapa ya?"
"Ya Allah lik, Etha wis ora kenal kangmas e dewe iki, 6 tahun ra ketemu kok lali nduk."
"Itu mas Nur mbak, abangnya mas Dion yang dinas di Aceh, lupa apa gimana?" Ayahpun terkekeh bersama saudara lainnya.
Akuoun berusaha mengingat siapa beliau ini, dan akhirnya
"Lho mas kok tambah gendut, hitam juga.. dulu padahal mas itu perfect banget lho badannya, hahahaha"
"Suwe ora ketemu, adek ku tambah ayu, tambah sexy yo, biyen gendut koyok kebo..wkwkwkwkwk"
" huh, jahat adeknya di bilang kebo,.." akupun beringsut merajuk.

Dan malampun acara keluarga di rumah Pakpuh, kami bercengkrama lebih dekat dengan keluarga, tiba-tiba..
Saat aku dan mas Nur bercanda-canda, Ayah menghampiri kami,
"Nur, kamu sekarang dinas dimana?"
"Pindah di Halim lik, habis aku sekolah, dapat penempatan di jawa, yo Alhamdulillah kan lik."
"Alhamdulillah bisa deket keluarga mas,," jawabku
"Itu nur, adikmu pacarnya orang AU juga, tapi dines di Mabes AU ya mbak?"
"Iya yah, baru setahun pindah ke Mabes."
"Lho iyo to? Sopo jeneng e nduk? Wong ngendhi? Letting piro?"
"Satu-satu tanya nya mas,,, sudah kayak intel aja masku ini."
"Yo wajib, mas mu tugas e mastikno nek pacarmu iku wong apik, ojo sampe salah pilih, iyo kan lik?"
"Betul Nur, paklik mau minta tolong sama kamu juga ya Nur, cari tau tentang Maven secara lengkap, Paklik masih ragu kalau dia jujur selama ini."
"Siap lik.."
"Ayah,, apa-apaan sih, malah nyuruh mas Nur mata-matain.."
"Gak apa-apa mbak, lebih baik tau pahitnya sekarang lho, Ayah gak mau mbak salah melangkah."
Aku pun terdiam, mungkin benar, aku harus mencari informasi detail siapa mas Maven sebelum aku memutuskan semua.

"Nduk, wis suwi kenal Maven?"
"Setahun mas, tapi LDR"
"LDR kuwi artine (Lho Ditinggal Rabi), hahahahaha"
"Mas lho jahattt...."
Kamipun larut dalam perbincangan, membaur dengan keluarga besar Ayah.

*********
Pakpuh : bapak ingkang sepuh (panggilan untuk kakak laki-laki dari Ayah)

Ijinkan Aku Mencintai SuamimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang