thirteen

11.7K 2.3K 254
                                    

Sehun mengajak Paris pulang setelah semua tamu sudah meninggalkan gedung dan hari mulai gelap. Bagaimanapun, ini adalah acara perusahaannya, dia harus sopan dengan mengikuti acara sampai akhir.

"Apa di sini memang sepi?" tanya Paris saat mereka menjajakan kaki keluar gedung. Matanya tak berhenti menatap sekitar. Ia baru menyadari setelah semua orang beranjak, lokasi gedung ini jauh dari kata ramai.

"Ya. Makanya aku sengaja membangun gedung cabang perusahaan di sini. Suasananya belum terlalu ramai."

Sehun mengernyitkan kening saat mendapati ban mobilnya kempes. Bukan hanya satu, melainkan keempat-empatnya. Sial sekali hal ini terjadi saat dia tidak membawa supir pribadi.

"Siapa yang melakukan ini?" Sehun menatap kesal ban mobilnya.

Paris berdecak sebal lalu melepas heelsnya. Gaun yang ia kenakan merupakan maxi dress. Bagian bawah gaun itu dibuat lebar dengan lapisan kain sutera di luarnya.

Sehun semakin heran saat Paris merobek paksa gaun bagian bawahnya hingga kini gaun itu hanya sampai di lututnya saja. Apa gadis itu tidak tahu betapa mahalnya gaun yang Sehun belikan?

"Hei, apa-apaan kau?" tanya Sehun tek terima. Ia berkacak pinggang menatap bagian bawah gaun Paris.

"Tetap di belakangku," ujar Paris tanpa memedulikan pertanyaan Sehun. Gadis itu kini berdiri membelakangi Sehun, membuat pria itu kesal setengah mati.

Mata Paris menyipit, ia memfokuskan pandangannya pada mobil hitam yang mendekat ke arah mereka. Dengan sigap, gadis itu merogoh sesuatu di bagian pahanya. Sebuah pistol.

Dor!

Mobil itu oleng karena bannya baru saja diletuskan Paris.

"Sial, jika kutembak tanki bahan bakarnya, ledakannya bisa sampai kesini," gerutu Paris kesal.

"Ada apa? Kenapa kau menembak--"

Ucapan Sehun terputus bersamaan dengan beberapa pria berbadan tegap keluar dari mobil hitam itu. Dua orang di antara mereka memegang pistol.

"Suruhan si buncit," kata Paris.

Sehun paham. Si buncit yang dimaksud Paris pastilah tuan Hwang. Ternyata pria tua itu berniat membunuhnya karena masalah perebutan cabang kemarin.

"Kau tidak seharusnya ikut campur. Berikan Oh Sehun pada kami," seru seseorang dari tujuh pria itu.

Paris mendengus geli. "Jangan bercanda, dia milikku."

Sehun tergelitik mendengar kata 'milikku' yang barusan diucapkan Paris. Tapi sepersekian detik berikutnya dia menggeleng pelan. Milik di sini dalam artian Kelinci.

"Kau Kang Sinwoo, bukan? Mantan murid Celcius."

Pemuda yang memimpin itu tertawa sombong. "Kau mengenalku? Wah, seharusnya kau takut."

Paris balas tertawa sinis. "Takut pada lulusan Celcius? Tempat pelatihan payah itu? Kau sedang bercanda."

"Sialan perempuan ini!" maki salah satu dari mereka.

"Kalian yang sial karena lulus dari tempat sampah seperti itu dan harus berhadapan dengan murid lulusan tempat elit macam Erebos."

Mata Sinwoo membola. "Kau... Han Paris?"

Tidak ada yang pernah melihat wujud Han Paris kecuali para siswa Erebos. Tapi semua orang tahu, satu-satunya makhluk berjenis kelamin perempuan yang dilatih di Erebos hanyalah Han Paris.

"Dia hanya sendiri. Tidak peduli sehebat apa dia, tidak mungkin kita kalah."

Seorang dari mereka maju. Namun Paris tidak ambil pusing. Gadis itu langsung melepaskan satu tembakan ke dada pria itu.

NUMBМесто, где живут истории. Откройте их для себя