Reaksi tenang ini tentulah bukan yang diharapkan oleh Rowoon. Lelaki ini mengira Doyoung akan menangis kemudian dia bisa memeluknya dan menghiburnya, membuat Doyoung jatuh ke dalam jeratnya lagi. Tetapi Doyoung begitu tenang meski wajahnya pucat pasi dan matanya berkaca-kaca.
"Kau tidak apa-apa Doyoung sayang?" Rowoon berusaha meraih jemari Doyoung, tetapi Doyoung menghindarinya.
"Aku tidak apa-apa Rowoon, terimakasih atas informasi yang kau berikan kepadaku. Aku juga berterimakasih karena kau begitu perhatian dan mencemaskanku." Doyoung menghela napas panjang. "Setelah ini aku harap kita tidak akan bertemu lagi."
"Apa?" Rowoon terperanjat, setengah berdiri karena kaget.
"Kenapa kau berkata begitu Doyoung? Tidak tahukah kau kalau aku sangat mencintai dan mencemaskanmu? Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang? Apakah kau akan kembali kepada suamimu yang jelas-jelas sudah menipumu?"
Doyoung memasang wajah datar, "Urusanku dengan suamiku akan kami selesaikan nanti. Maafkan aku Rowoon."
"Kau bisa pergi bersamaku." Rowoon mengubah strateginya menjadi memohon, "Kumohon Doyoung, lelaki itu sudah menipumu. Kau bisa meninggalkannya dan pergi bersamaku. Aku akan menjagamu. Aku bersumpah."
Doyoung menggelengkan kepalany dan tersenyum meminta maaf kepada Rowoon, "Perasaanku kepadamu sudah mati Rowoon... mungkin juga perasaan itu sebenarnya tidak pernah ada."
Doyoung menatap Rowoon dengan pandangan sedih, "Maafkan aku Rowoon-ah."
Rowoon terdiam lama dan menatap Doyoung dalam-dalam, mencoba mencari sesuatu yang bisa menunjukkan kalau Doyoung berubah pikiran. Tetapi wajah Doyoung tetap datar dan dia tidak menemukan apa-apa.
Akhirnya dia menghela napas panjang, "Kurasa aku harus menyerah."
Doyoung mengangguk, mengulangi permintaan maafnya, "Maafkan aku Rowoon, kau lelaki yang sungguh baik, dan aku yakin, kau akan menemukan orang yang tepat untukmu nanti."
Rowoon menghela napas lagi, sepertinya membawa beban yang sangat berat, "Aku hanya ingin kau bahagia Doyoung."
Lelaki itu beranjak dari tempat duduknya, "Sebaiknya kutinggalkan berkas-berkas ini di sini, kalau-kalau kau ingin membacanya lebih lanjut. Selamat tinggal Doyoung."
Dengan langkah gontai, Rowoon melangkah meninggalkan Cafe itu. Meninggalkan Doyoung yang mulai merasakan pertahanannya runtuh, air mata mulai mengalir di pipinya, Tetapi dengan cepat dia mengusapnya, menyadari kalau dia berada di tempat umum.
Dengan cepat dia menelpon supir pribadinya, minta dijemput. Dia akan pulang, dan menghadapi Jaehyun.
Dalam perjalanan pulang Doyoung menangis, tertahan. Supir pribadinya berkali-kali melirik dari kaca spionnya, tetapi tidak berani mengganggu majikannya yang sedang menangis.
Doyoung menangis mengenang semuanya, mengenang segala kebaikan dan kelembutan Jaehyun, malam pertama mereka, percintaan-percintaan panasnya dengan Jaehyun sesudahnya. Semuanya ternyata berdasarkan atas kebohongan yang dibangun oleh Jaehyun.
Lelaki itu ternyata menyimpan rahasia mengerikan. Rahasia yang tak termaafkan. Doyoung mengingat malam itu. Ayahnya sebenarnya sedang sakit batuk, tetapi dia tetap berangkat membawa taxi karena butuh uang untuk membayar uang sekolah Doyoung, sementara sang ibu juga sedang demam di rumah.
Ingatannya melayang ke masa sepuluh tahun yang lalu,
=================FLASHBACK ON================================
"Appa akan tetap berangkat?" Doyoung menyerahkan segelas teh panas kepada ayahnya, menatap cemas ayahnya yang terbatuk-batuk tanpa henti.
Ayahnya sudah tua tetapi tidak bisa berhenti merokok. Sekarang paru-parunya yang ikut menua tidak bisa menanggung kalau harus berkubang asap setiap hari, sehingga membuat ayahnya batuk-batuk setiap saat.
YOU ARE READING
UNFORGIVEN HERO (JAEDO)
FanfictionREMAKE Biarpun semuanya hanya kebohongan. Tetapi cintaku padamu itu nyata. Tidak berartikah itu semua kepadamu? Aku membohongimu karena aku mencintaimu, karena aku sangat mencintaimu!" -JUNG JAEHYUN-
