Lee Daehwi, 18 tahun, golongan darah A: Jika kau menemukan mayat seorang dokter muda bernama Bae Jinyoung, maka akulah pelakunya.

.

Jinyoung melangkahkan kakinya keluar. Sedikit canggung. Karena semua murid memperhatikannya—murid perempuan khususnya. Ayolah, siapa yang tidak melihatnya menarik? Dengan postur yang tegap dan wajah tampannya itu berhasil membuat banyak perempuan yang memalingkan wajah hanya untuk melihatnya. Apalagi Jinyoung belum pernah sekalipun menginjakkan kakinya kesana, otomatis, wajah asing itu terlihat menawan, 'kan?

Ia menjilat darah yang ada di sudut bibirnya. Menjijikkan. Tapi mau bagaimana lagi, air liur cepat menyembuhkan luka. Walaupun sebenarnya tidak harus menjilat luka juga. Ia tidak menengok ke belakang lagi dan membiarkan Daehwi kebingungan disana. Jinyoung tidak punya banyak waktu dan harus cepat-cepat ke rumah sakit karena shift nya dimulai sebentar lagi.

“Hyung!”

Jinyoung menolehkan kepalanya, Daehwi.

“Ini,” Daehwi menyerahkan sebuah sapu tangan kecil untuknya, “Maaf untuk itu, tapi Hyung berhutang sebuah penjelasan padaku―”

Jinyoung tertawa melihat wajah marah Daehwi, “Ah―” ia meraih sapu tangan tersebut, “Aku harus pergi, Daehwi-ya. Thanks by the way.

Jinyoung mengendarai mobilnya menuju rumah sakit. Tidak terlalu jauh dari sekolah Daehwi untungnya. Jadi ia bisa cepat-cepat mengobati bibirnya yang berdarah di kedua sudutnya itu. Ia mengakui jika tenaga Daehwi lebih kuat untuk seukuran lelaki mungil sepertinya. Daehwi itu memang unik. Tapi jika dipikir lagi, semua yang ada pada Daehwi entah kenapa terlihat menarik bagi Jinyoung. Bukan hanya secara fisik. Sifat dan sikap Daehwi pun selalu membuat Jinyoung penasaran. Membuat laki-laki itu ingin tahu lebih dalam lagi seperti apa sosok Daehwi.

.

Ia mengenakan jas putihnya dan mulai melangkahkan kakinya masuk. Sudah banyak perawat yang menyapanya. Jinyoung termasuk dokter tenar disana. Dokter muda, tampan, ramah, berbakat, terlebih orang tuanya yang memiliki rumah sakit―point yang ini sepertinya mereka belum ada yang tahu. Tidak heran jika banyak pegawai rumah sakit—termasuk dokter lain—yang menginginkannya.

Seperti pagi ini, ia yang baru saja masuk ke dalam ruangannya langsung disambut dengan beberapa kotak makanan. Ia menerima semua ini setiap paginya. Terkadang ia memilih dulu, menu apa yang sekiranya ingin ia makan dan akan memberikan sisanya pada teman-temannya.

“Minhyun Hyung, ini untukmu,” ujar Jinyoung pada Minhyun yang sedang membaca buku-buku kedokterannya.

Minhyun segera membuka kotak tersebut, “Ada menu lain tidak?”

“Hyung—YA! Sudah diberi masih saja memilih.”

Minhyun tertawa kecil, “Terima kasih, Jinyoung-ah,” ia mengerutkan alisnya, “Eoh? Ada apa dengan bibirmu?”

“AH—ini?” Jinyoung terkekeh, “Hyung masih ingat lelaki manis yang aku ceritakan tempo hari?” Jinyoung tersenyum disela makan dengan mulut yang penuh, “Dia baru saja menamparku pagi ini. Well, sepertinya aku akan sering mendapatkan pukulan darinya.”

“Aku jadi penasaran dengannya. Apa dia cantik?”

Jinyoung mengangguk, “Sebenarnya cantik. Bahkan jika aku pikir-pikir lagi, dia punya wajah hampir seperti wanita. Tapi kelakuannya―” ia menghela nafas, “Mungkin dia lebih liar dari yang kau perkirakan.”

My Annoying Bae || Bae Jinyoung X Lee DaehwiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang