Part IV - Dunia Baru untu Kamuflase

Start from the beginning
                                    

"Pelajaran hari ini yaitu mengarang. Ceritakan apa yang kamu alami dalam hidup kalian bersama Orangtua kalian?"

Bu Martha menyuruh murid-muridnya untuk segera mengerjakan tugas mengarang. Sementara, aku sangat tidak tahu. Apa yang akan aku ceritakan? Aku hanya bisa memegang bolpoin dan selembar kertas, aku menatapnya dalam-dalam. Kata-kata apa yang aku awali untuk tulisan ini? Dan apa yang akan aku ceritakan? Apakah peristiwa meninggalnya ayah dan ibuku? Tanpa sadar air mata ini menetes dan aku berlari meninggalkan ruang kelas 3, aku berteriak dengan kencang. Aku berlari menuruni anak tangga yang melingkar dan tak kunjung putus itu, aku berlari menuju taman.

"Ayah...Ibu...apa yang bisa aku lakukan untukmu?" aku berteriak dengan kencang.

Bu Martha datang menghampiriku "apa yang kamu inginkan dalam hidupmu Kamela? kau seharusnya dapat menerima semua ini. Apa kau tak kasihan lihat ayah dan ibumu yang selalu sedih melihat kau menangis seperti ini." Kata-kata seakan menjadi cambukan dan membuatku ingin menampar wajah cantiknya.

"sudah bu....Kamela capek mendengarkan kata itu yang tiap kali ibu ucapkan!" aku semakin terdesak dengan kata-kata itu. Kata-kata itu seakan menjeratku dan mencekikku. Mendekap kakiku yang seakan melangkah tanpa tujuan yang jelas.

"ya sudah!! kalau begitu Ibu akan pergi dulu, selamat menikmati kemuramanmu sendiri."

Kata Bu Martha menjadi suatu tombak amarahku, entah sampai kapan aku terus-terusan seperti ini? Langkahnya pergi meninggalkanku yang hanya mencari sebuah jawaban dari pertanyaan yang sangat membuatku bingung. Ini semua membuat aku semakin bimbang apa yang harus aku lakukan untuk hidupku?

Sudah satu minggu ini Bu Martha tak pernah lagi menemaniku di taman ini,ketika malam tiba kita sering sekali melihat bintang yang bertaburan di hamparan langit. Sangat senang sekali mengenang masa itu, sekarang aku merindukannya. Tapi aku menjaga gengsiku karena aku tidak mau menyapanya dulu. Karena yang sifat yang duturunkan oleh alm.ayahku, ego yang sangat besar dan arogan.

Sampai pada suatu ketika, aku berpapasan dengan dia secara langsung. Dilobi ruang pertama, dengan cahaya matahari yang masuk dengan leluasa. Aku tidak tahu, apa yang aku lakukan? Sungguh keadaan yang sama sekali tidak aku inginkan. Aku hanya bisa menundukkan kepalaku, kami saling berpapasan tanpa ada kata-kata sama sekali. Yang terdengar hanya suara ritme langkah sepatu kulitnya. Ya tuhan aku sudah tahan lagi ingin meminta maaf padanya, tapi apakah itu tidak mempermalukan diriku sendiri? tapi tidak apalah, dari pada aku tidak memiliki teman. Aku bimbang dengan keputusanku, dengan memegang jari jemariku aku berputar berbalik arah dan menghampirinya.

"Bu maafkan Kamela....selama ini aku sama sekali tidak pernah mengerti apa yang terjadi pada diri ini?"

dengan bijaksana "sebelum kamu meminta maaf, ibu sudah memaafkan kamu Kamela...tapi ibu cuman ingin tahu saja bagaimana kamu menyikapi masalah seperti ini?"

perkataan Bu Martha sungguh buatku bingung

"Maksud ibu apa?" aku bertanya dengan mengerutkan alisku, karena penasaran dengan apa yang bu Martha katakan.

"Ibu cuman ingin membuktikan dan ingin mengetahui Kamela yang dulu dan sekarang seperti apa? Kamu tahu Kamela, diluar sana masih banyak anak-anak yang membutuhkan kasih sayang oleh kedua orang tuanya. Tapi apa, sebelum melihat dunia mereka telah dibunuh oleh ibu mereka sendiri. Seharusnya kamu bersyukur karena ibu dan ayah kamu memperjuangkan kamu terlahir di dunia ini, dan kamupun diberi kasih sayang yang sangat lebih."

Kenapa tiap kali aku mendengar kata-katanya aku menangis? Ingin rasanya aku berontak dengan apa yang dia katakana. Tapi hasrat sudah berkecamuk, dan aku sudah terlanjur menyayanginya. Aku seakan menemukan sosok ibuku didalam dirinya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 10, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

KAMELAWhere stories live. Discover now