Ia menggendonngnya, ia susui bayi itu layaknya manusia waras pada umumnya. Rambut dikepala kecil itu sangat lebat dan hitam sangat mirip dengan rambutnya. Ia tersenyum dengan airmata yang masih menggenang dipelupuk matanya yang sudah bengkak itu. Bayi kecil itu tetidur begitu saja, ia letakkan diranjangnya. Ibunya berjalan mondar mandir kesana kemari, entah apa yang ia cemaskan. Hatinya sangat berkecamuk. Ia berharap orang yang ia tunggu datang, namun tak datang.

Langkahnya terhenti, banyak yang ia fikirkan dalam kepalanya. Ia melihat kearah ranjang, ia mendekati dan mengelusnya dengan lembutnya. "Maafkan ibu nak. Ibu akan membesarkan mu tanpa seorang ayah. Ibu akan jadi ayah buatmu."

Seiring berjalannya waktu, perempuan itu membesarkan anaknya seorang diri. Keluarganya tak lagi menjamahnya. Ia menikah tanpa restu dari kedua belah pihak keluarga. ia tak memiliki keluarga. Kerap kali ia menunjukkan sikap tak wajarnya, kerap kali ia berhalusinasi tentang lelaki yang dulu ia cintai. Ia berdandan dengan cantik dan berpakaian seksi. Ia duduk di ruang tamu, seolah ia sedang menunggu lelaki yang pernah ia cintai dan masih ia cintai dan ia benci. Ia duduk dengan pandangannya yang kosong. Sudah satu jam ia menunggu, ia mulai merabah rabah seluruh tubuhnya sendiri. Ia perlahan melepas satu persatu pakaiannya. Ia berjalan memasuki kamarnya. Ia melihat bayi kecilnya tertidur pulas. Ia melihat dirinya dicermin, dimeja rias kamarnya. Ia menangis sejadi-jadinya tanpa suara. Ia duduk dipojok kamarnya dengan melipat kakinya, pipinya hitam karena eyelinernya, lipsick merah maroonnya ia usap merata keseleruh wajahnya. Ia tarik rambut yang sudah tersisir rapi. Ia sangat membenci tubuhnya dan dirinya sendiri. Kejadian ini kerap sekali terjadi di malam hari.

Beberapa bulan berjalan cukup sulit baginya. Ia mengisi waktunya kali ini dengan kerja keras, untuk biaya susu anaknya. Kali ini ia berfikir matang, dengan mencari seorang perawat yang menjaga anaknya. Ia bekerja di sebuah rumah border. Ia menjadi wanita penggila sex. Menurutnya mencari uang dengan menjual kemaluannya adalah hal yang sangat mudah. Disamping ia tidak memiliki kelebihan apa-apa, dan bodoh. Namun, memiliki pantat dan dada yang menurutnya bisa menjual. Ia menjadi salah satu maradona dirumah border itu, tarifnya sangat mahal untuk per-jamnya.

Dari hasil jerih payahnya ia membeli rumah baru yang lebih besar dari sebelumnya. Ia memindah segala perkakas dirumahnya, ia kemas bajunya dan segala perabot rumahtangga. Ia buang semua baju suaminya. Kali ini ia jauh lebih tegar dari beberapa bulan yang lalu, melepas lelaki yang ia cintai.

#

Tiba disuatu malam, dimana ia melayani para tamunya. Ia melihat sekilas wajah yang mirip dengan suaminya. Ia mengamati dari kejauhan. Ternyata benar, disana tepat dihadapannya adalah lelaki yang dulu ia cintai. Matanya basah memerah, ia pergi meninggalkan pemandangan yang membuatnya sakit. Sudah tiga tahun berlalu, tetapi sakit hatinya masih melekat. Seolah memang tidak bisa dihapus.

Kabar terdengar begitu saja ditelinga Dimas suami yang ia cintai. Bahwa mantan istrinya Lastri menjadi primadona para lelaki lelaki penggila sex. Dimas mendaftarkan diri untuk menjadi pelanggan di kelas 1. Ia menunggu diruangan untuk dilayani oleh perempuan bernama Lastri, Dimas mengganti namanya dengan nama palsu, agar ia tak ketara oleh Lastri.

Lastri datang dengan senyum sumringahnya, dan terdiam dengan wajahnya yang campur aduk melihat wajah suaminya ada dihadapannya sekarang. "Ada apa kamu kemari" wajah Lastri seketika memerah menahan marah. Dimas menghampirinya, ia mencoba merayunya. Namun Lastri seketika itu pula meninggalkannya seorang diri dan pulang kerumahnya.

#

7 tahun Lastri menekuni pekerjaannya menjadi PSK. Ia merasakan daya tahan tubuhnya menurun pesat. Akhir-akhir ini ia banyak mengambil waktu untuk libur, istirahat dirumah dan bermain dengan anaknya Larasati. Wajahnya kali ini pucat, pandangannya saat itu memudar dan gelap. Ia tak sadarkan diri. Tetiba ia menemui dirinya berbaring dikamarnya, pengasuh Laras lah yang menolongnya. Dokter datang saat itu juga, memeriksanya dengan cermat. Dokter hanya mengatakan ini terlalu capek saja. "Syukurlah" ucapnya.

JALANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang