Kemudian semua terasa mudah bagi Doyoung, beasiswanya terus berlanjut hingga Doyoung bisa lulus kuliah. Tentu saja sebagian biaya hidupnya harus Doyoung tanggung sendiri, dia sekolah sekaligus bekerja sebagai pegawai asrama putri tersebut, mengurus administrasinya, bahkan kadang menjadi pegawai kebersihan kalau sedang tidak ada tenaga kebersihan.
"Mungkin itu rekomendasi dari Universitasmu, kau kan lulusan terbaik." Eomma Park tersenyum lembut, "Ayo, bukalah."
Dengan enggan dan sedikit takut-takut, Doyoung merobek amplop itu. Sebelumnya dia memastikan kalau amplop itu benar-benar ditujukan padanya. Setelah yakin dia mengeluarkan kertas surat yang tak kalah elegan dengan amplopnya itu dan mulai membaca isinya.
Dengan Hormat,
...maka kami memanggil anda untuk menjalani rangkaian interview...
Doyoung mengerutkan keningnya, membacanya berulang-ulang.
"Bagaimana?" Eomma Park tampak begitu optimis dan penasaran. Doyoung tersenyum, "Memang surat panggilan pekerjaan."
"Kau harus datang."
"Tapi eomma... aku masih bingung."
Eomma Park menggelengkan kepalanya, menelan semua bantahan Doyoung, "Tidak semua orang berkesempatan sepertimu Young, kau harus datang memenuhi panggilan kerja itu."
Doyoung terdiam, mengerutkan kening. Tapi pikirannya melayang, hidupnya terasa begitu mudah. Seolah-olah Tuhan mengulurkan tangan-Nya langsung dan membantunya.
Dia mendapatkan semuanya dengan begitu mudah. Rumah asrama yang menampungnya gratis, beasiswa demi beasiswa untuk melanjutkan sekolahnya, eomma Park sebagai pengganti orangtuanya, pekerjaan yang sangat fleksibel yang memungkinkannya bekerja sambil sekolah sekaligus menyediakan uang untuk kebutuhan pribadinya.
Sekarang, begitu lulus pun, tawaran pekerjaan langsung datang kepadanya. Tidak tanggung-tanggung, langsung di sebuah perusahaan bonafit berkelas tingggi.
Doyoung tersenyum dan otomatis memandang ke atas. Ke titik khayalan yang dibayangkannya.
"Hei malaikat pelindungku." bisiknya pelan kepada langit.
"Kau pasti sudah bekerja sangat keras, bernegosiasi dengan Tuhan untuk membuat hidupku begitu mudah. Terima kasih." Ujarnya sambil tersenyum.
Doyoung merapikan rok setelan kerjanya yang sedikit kusut dengan gugup. Bus yang dinaikinya sangat penuh dan sesak sehingga penampilan Doyoung jadi tidak serapi ketika dia berangkat tadi.
Sekarang disinilah dia berdiri di lobby mewah perusahaan ini dengan keragu-raguan dan kecemasan yang tampak jelas.
'Aku telah berbuat kesalahan dengan kesini, ini bukanlah tempatku', desahnya dalam hati.
Doyoung mengusap keringat di dahinya ketika petugas resepsionis yang ramah tersenyum kepadanya, mengundangnya mendekat.
"Ada yang bisa saya bantu?" Resepsionis itu mungkin kasihan melihat Doyoung yang gugup dan kebingungan seperti salah tempat.
"Eh... ini..." Doyoung mengeluarkan surat panggilan interview yang diterimanya kemarin. Dia mengeluarkannya dengan hati-hati seolah itu harta karun berharga dan menunjukkannya kepada sang resepsionis.
"Saya mendapatkan panggilan interview di sini hari ini." Resepsionis itu menerimanya dan mengerutkan kening.
Dia adalah pegawai berpengalaman. Dia tahu bahwa surat panggilan ini tidak main-main. Dikirimkan langsung oleh sekretaris sang owner bahkan ditandatangani langsung olehnya. Ini bukan surat sembarangan. Surat Penting.
YOU ARE READING
UNFORGIVEN HERO (JAEDO)
FanfictionREMAKE Biarpun semuanya hanya kebohongan. Tetapi cintaku padamu itu nyata. Tidak berartikah itu semua kepadamu? Aku membohongimu karena aku mencintaimu, karena aku sangat mencintaimu!" -JUNG JAEHYUN-
PROLOG
Start from the beginning
