Rumah itu sederhana. Terletak di ujung gang, tapi tampak paling bersih di antara semua rumah yang berdesak-desakan di sana. Kelihatannya seseorang berusaha meletakkan pot-pot mungil berisi bunga mawar untuk menutupi pagar jelek yang menyedihkan di depan rumah itu.

Ketika Jaehyun mengucapkan permisi di pintu. Seorang gadis remaja, mungkin usianya beberapa tahun di bawahnya muncul dari ruang tamu dan menatapnya curiga.

Gadis itu cantik. itu yang Jaehyun pikirkan pertama kali melihatnya. Cantik, dengan tatapan mata yang cerdas. Meskipun hanya berpakaian sederhana, tetap saja tidak bisa menahan keterpesonaan Jaehyun.

"Siapa?" tanya gadis itu hati-hati.

Jaehyun memasang senyumnya yang paling mempesona menampilkan kedua dimple miliknya. Selama ini banyak perempuan yang mengejarnya dan dia tidak pernah meragukan pesonanya.

"Saya Jung Jaehyun. Maaf saya baru bisa kemari. Saya baru pulang dari Amerika setelah menjalani perawatan medis karena luka setelah kecelakaan itu."

Setelah kalimat itu. Jaehyun bahkan tidak bisa mengingat dengan jelas apa yang terjadi, yang bisa diingatnya adalah jeritan histeris penuh kemarahan sang gadis, tetangga-tetangga yang berdatangan untuk memisahkan mereka karena sang gadis tiba-tiba menyerangnya dengan tamparan bertubi-tubi, bunga-bunga yang berserakan dihancurkan gadis itu, dan ancaman penuh kebencian dari si gadis kecil.

"Jangan pernah kau menampakkan wajahmu di muka kami! Kau manusia hina yang bersembunyi di balik kekuasaan ayahmu. Manusia pengecut, tidak bertanggung jawab! Kau pikir nyawa manusia bisa diganti semudah itu dengan uang? Kami memang miskin, tapi kami punya harga diri! Jadi sebelum kau bisa menunjukkan kalau kau punya harga diri, jangan berani-berani menunjukkan mukamu di depan kami!"

Hari itu, Jaehyun diberitahu oleh seorang tetangga, sang ibu yang jatuh sakit karena tak kuat menahan kepedihan. Meninggal semalam dalam kondisi sakit parah, menyusul ayahnya.

Hari itu juga, Jaehyun menyadari bahwa perbuatannya telah menghancurkan hidup sebuah keluarga.

"Mereka sama sekali tidak mau menerima uang tunjangan dari keluarga kita, itulah yang mengganjal di hati eomma." sang Ibu menatap Jaehyun sedih.

"Gadis itu membenciku eomma, baru kali ini aku menerima tatapan kebencian seperti itu."

Jaehyun masih terpekur shock dengan kejadian yang baru di alaminya. Sang Ibu hanya menatapnya sedih.

"Gadis itu kehilangan ayahnya dengan tragis, dan ibunya pula. Apalagi yang bisa dilakukannya selain menumpahkan kebencian padamu, penyebab semua ini?"

"Dia sebatang kara. Dia tidak mau menerima bantuan dari kita, lalu aku harus berbuat apa eomma?"

Ibunya menatap Jaehyun dengan kebijaksanaan yang diperolehnya dari pengalaman hidupnya bertahun-tahun, "Mungkin kau harus memulainya dari dirimu sendiri dulu Nak."

Flashback Off

"Mau sampai kapan kita parkir disini? Gadis itu sudah pergi sejak tadi." suara Krystal memecahkan keheningan, hampir membuat Jaehyun berjingkat karena kaget.

"Melamun lagi ya? Akhir-akhir ini kebiasaanmu melamun makin parah."

Jaehyun menarik napas lalu memundurkan mobilnya keluar dari parkiran, "Terima kasih sudah menemaniku menunggunya."

Krystal menatap kakaknya seksama, lalu tatapannya berubah penuh sayang.

Kejadian kecelakaan itu sudah lama, tapi kakaknya menanggung beban rasa berdosa itu di pundaknya tanpa henti. Sampai seolah-olah Jaehyun sudah lupa bagaimana caranya tersenyum.

UNFORGIVEN HERO (JAEDO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang