"Tentu saja." Jawab Jaehyun bangga.

"Lets try it Guys!" seru salah seorang temannya yang lain.

Jaehyun tertawa bangga dengan kesombongan mudanya waktu itu. Malam itu mereka mabuk-mabukkan, berpesta pora.

Malam itu pula Jaehyun belajar bahwa kesenangan sesaat kadang kala bisa merenggut nyawa orang yang tidak bersalah. Mobil yang dia kendarai dalam keadaan mabuk, menabrak sebuah taksi yang berjalan pelan di jalur berlawanan.

Pengemudi taksi itu, lelaki tua yang tidak tahu apa-apa. Tewas seketika.

Tentu saja semua permasalahan dapat dibereskan dengan cepat. Ayah Jaehyun adalah pengusaha yang sangat berpengaruh di Korea karena harta dan kekuasaannya yang melimpah.

Tidak ada yang mempermasalahkan kenapa Jaehyun mengendarai kendaraannya dalam kondisi mabuk berat, uang jaminan sudah disiapkan.

Jaehyun sendiri waktu itu lebih mencemaskan keadaannya daripada memikirkan supir taksi tua yang tewas itu. Toh supir taksi itu lebih beruntung langsung tewas, tidak merasakan sakit seperti dirinya.

Limpanya terbentur keras, bengkak. Sehingga memerlukan perawatan dan pengobatan khusus. Rasa sakitnya sungguh tidak terkira.

Bahkan Jaehyun sempat menyalahkan supir taksi kurang ajar. Kenapa bisa ada di jalan yang berlawanan dengan dirinya sehingga bisa tertabrak.

Semua permasalahan dibereskan dengan cepat oleh ayahnya. Jaehyun langsung di kirim ke Amerika untuk menjalani pengobatan.

Sampai 6 bulan kemudian setelah kecelakaan itu, dia pulang ke Korea. Ibunya, seorang perempuan Amerika yang sudah tinggal di Seoul sejak menikah dengan Ayahnya, mengingatkannya.

"Kau tidak pernah ingin tahu tentang mereka, Sayang?" tanya Ibunya.

Jaehyun yang merasa bosan karena harus beristirahat di rumah dan tidak bisa keluar rumah menatap ibunya dengan marah.

"Untuk apa eomma? Bukankah appa sudah memberikan tunjangan yang sepadan untuk mereka? Mungkin lebih banyak dari yang bisa dihasilkan supir taksi itu ketika dia hidup." Kesombongan membuat suaranya terdengar keras.

Sang ibu menggelengkan kepalanya, "Supir Taksi itu memiliki istri yang berduka dan seorang anak yang masih membutuhkan biaya sekolah. Apakah kau tidak menyesal atas kehilangan yang dialami anak kecil itu Jae?"

Jaehyun merasa terganggu mendengar ucapan ibunya, "Sebenarnya apa yang eomma inginkan dariku?"

"Eomma hanya ingin merasa sedikit lega. Eomma ingin kau kesana dan meminta maaf langsung. Bahkan selama ini hanya pegawai appamu yang datang kesana dan mengurus semuanya."

Jaehyun mencibir, "Mereka itu keluarga miskin. Kalau aku datang kesana dan menunjukkan penyesalan, mungkin mereka akan meminta tambahan tunjangan lagi."

"Kalau begitu beri saja. Kau sudah mengambil nyawa seorang ayah, Jaehyun. Berapapun harta yang kau berikan, itu tak akan tergantikan."

Keesokkan harinya Jaehyun datang kerumah supir taksi itu, dia diantarkan oleh supir keluarganya. Tak lupa dia membawa buket bunga di tangannya.

Ternyata mobilnya tidak bisa masuk ke komplek itu, Jaehyun masih harus berjalan melewati gang sempit dan rumah-rumah tak terurus dengan bau yang mengganggu indra penciumannya.

Dengan jijik dipandanginya lumpur di sepatu mahalnya,

'aku akan membuang sepatu ini', putusnya jengkel.

UNFORGIVEN HERO (JAEDO)Where stories live. Discover now