Jam 4 sore

95 0 0
                                    

Juni 2016, jam sudah menunjukkan pukul 4.25 sore dan aku bersiap untuk mengemasi perlengkapan pekerjaanku karena sudah waktunya untuk melangkah pulang. Setiap waktuku di tempat kerja adalah untuk mengupayakan dia yang selalu menungguku demi menatap dan menata masa depan. Pandanganku begitu kabur sore ini, karena kami sudah tidak berkomunikasi lebih dari 24 jam dan merupakan hal terlama kami tidak komunikasi selama kurang lebih dua tahun kami bersama. Aku sangat percaya diri akan hubungan kami karena kami tidak sedang bertengkar atau apa, karena sudah banyak pertengkaran hebat karena kecemburuan dia, kebodohan saya, miskomunikasi, keegoisan kami, namun tidak sampai membuat hubungan kami sangat renggang apalagi kepikiran bagi kami untuk memutuskan hubungan. Namun kesibukan kami setelah lulus sarjana kuliah terkadang membuat kami berpikir dua kali, apalagi dulu diawal pacaran dia sempat berkata "aku tidak bisa hubungan jarak jauh..".
*ting tong*
Tidak terasa bel kantorku berbunyi, aku tutup semua file kerjaanku dan mulai aku matikan komputer bersahutan dengan layar komputer membiru yang mendadak gelap dan ter-reflek wajahku yang di layar komputer yang sudah mati. Dan mulai aku merapihkan pulpen dan notes yang berisi agenda meeting dan catatan penting ke dalam kabinet kecilku. Kakiku melangkah ke mesin fingerprint dan diikuti ke loker untuk mengganti pakaian.
"hari ini jadi main ga?" Tanya temanku.
"hari ini ga bisa bro, badan lagi ga enak" tandasku. Seraya menuju jemputan yang akan mengantarkanku ke kamar kosku.
Tak lama aku menuju bis dan duduk untuk melepas lelah karena seharian ini aku dihajar banyak sekali pekerjaan dan meeting.
*ting*
Bunyi hp ku menerima pesan singkat.
Lalu aku lihat bahwa ada pesan dari Dia.
"kita sudah tau kemana arah hubungan ini, aku ingin mengucapkan terima kasih selama ini. Aku ingin bertemu dan membicarakan hal ini baik-baik.." sepenggal isi pesannya. Namun tidak aku baca sampai habis. Sakit.
Tidak lama bus berjalan, menyusuri jalan pulang yang dipenuhi oleh ambisi manusia untuk pulang ke peraduan yang akan memasuki jalan tol. Cahaya jingga menembus jendela bus dan mengenai wajahku disertai dengan tiba-tiba dunia serasa ramai karena suara-suara banyak berdengung di kepalaku, tidak bisa aku berpikir.
Romantisme senja adalah semu. Merayakan sebuah kepergian dan beradaptasi dengan perubahan tidak selalu menyenagkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 07, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Romantisme SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang