Eric Royce Delcour

Mulai dari awal
                                    

“ Uh, maaf.” Aku hanya menggeleng lalu tersenyum kecil. “ Jadi, bagaimana kau bisa berakhir disini?”

“ Sesungguhnya aku tidak tahu, Evie.” Lalu aku menceritakan secara garis besar tentang kecelakaan pesawatku. Ya. Akhirnya aku ingat darimana aku bisa mendapatkan luka parah di perutku. Aku tidak bisa menahan air mataku ketika aku menceritakan saat terakhir Dad melemparku dari pesawat itu.

Sekarang memang aku tidak dekat dengannya. Namun, dulu aku selalu menjadi Daddy’s little girl. Dan akan selalu tetap seperti itu. Aku menyesal menghidarinya selama 4 bulan terakhir ini. Menyalahkannya atas kematian Connor.

“ shusss.”

Evie dengan hati – hati memelukku agar tidak memegang lukaku dan mengelus punggungku sambil membisikkan kata – kata menenangkan. Aku bahkan belum pulih dari kehilangan Connor. Sekarang aku kembali kehilangan dua orang yang punya andil besar dalam kehidupanku. Aku ingin berteriak dan menangis sekencang – kencangnya. Namun kenyataan bahwa sekarang aku sedang berada di rumah orang asing menahanku untuk melakukannya.

Setelah cukup tenang dan bisa mengendalikan perasaanku, aku melanjutkan ceritaku. Pada saat ceritaku mencapai bagian Toby mengigit leherku, aku bisa merasakan tubuhnya membeku. Begitu juga paman Sam dan bibi Karen.

“ Jadi bagaimana kalian akan menjelaskan padaku semua ini?”

“ Itu akan menjadi tugasku untuk menjelaskannya Sky.” Dane akhirnya yang menjawab alih – alih keluargaku.

Untuk pertama kalinya setelah Eric mengenalkannya padaku, aku menoleh kepadanya. Aku tidak bilang dia tidak menarik. Dengan rambut hitam bergelombang yang cukup panjang hingga mencapai matanya yang biru pucat dengan kilatan perak. Wajahnya terkesan imut dibanding tampan. Hanya saja saat ini Eric menjadi satu – satunya yang sangat menarik perhatianku. Belum, apa – apa aku sudah merindukannya.

Er. Seriously, Sky! Ada apa denganmu?

Oke, buang jauh – jauh hal – hal menarik tentang Eric. Aku bahkan baru mengenalnya kurang dari 1 jam yang lalu, bagaimana aku bisa langsung jatuh ke dalam pesonanya. Fokus Sky! Sekarang aku harus mendengarkan hal yang sepertinya akan memegang peranan besar di masa mendatang.

Aku memicingkan mataku menatap Dane. “ Apa kau akan menjelaskannya padaku saat ini?”

Dane menggeleng geli. “ Sepertinya ada seseorang yang tidak sabar.”

Aku tidak menemukan alasan dia geli, jadi aku hanya mencibir sebal. “ Diamlah Dane.” Gerutuku.

“ Kalau aku diam, bagaimana aku bisa menjelaskannya padamu?” Dia berusaha untuk terlihat serius dengan menaikkan satu alisnya dengan sangat dramatis. Sayangnya, matanya gagal total dengan kegelian yang terpancar jelas dan bibirnya bergetar menahan tawa yang siap meledak.

“ Urg. Fine! Terserah.”

Tak lama kemudian tawanya meledak. Aku memberengut menatapnya sementara keluargaku menatapnya seakan dia punya kepala 3.

“ Apa yang lucu Dane?” Tanyaku sedikit kesal.

“ Uh, kau harus melihat wajahmu tadi. Kau seperti anak kecil yang sedang merindukan mainannya lalu membuang perasaanmu jauh – jauh dan mencoba fokus mencoba mainan baru.” Dia menyeringai.

Aku mengerti makna ganda ‘merindukan’ yang dia maksud. Pipiku seketika memanas. Dane lagi – lagi tertawa melihat reaksiku. Untuk menutupi rasa maluku, aku segera melempar bantal di dekatku ke arahnya yang ditangkap dengan mudah.

Urg, apa – apaan orang ini? Bagaimana dia bisa membaca perasaanku dengan begitu cepat? Aku bahkan belum mengenalnya lebih dari 30 menit yang lalu! Padahal aku yakin aku bukan tipe yang mudah terbaca.

Aku mengalihkan perhatianku dari Dane yang kelihatannya siap menggodaku lagi, ke keluargaku. Satu kalimat terakhir Eric langsung terngiang dikepalaku.

“ Paman, kenapa aku tinggal disini dan tidak bersama kalian?”

Aku tidak mengerti kenapa aku harus tinggal bersama orang asing super duper ganteng bernama Eric dan temannya yang menyebalkan bernama Dane sementara aku masih memiliki Paman Sam, Bibi Karen, Evie – urg aku benci harus mengatakannya – dan Katty sebagai keluargaku.

Paman Sam yang sejak tadi berdiri di tepi tempat tidur, pindah duduk di samping Evie sasmbil mengelus lembut kepalaku. “ Well, kau tahu kenapa kita sering sekali pindah rumah?”

“ Karena mom tidak suka daerah dan rumahnya?” Tebakku asal.

Kali ini Bibi Karen tertawa kecil. “ Itu termasuk salah satu alasannya. Ibumu itu kadang – kadang cukup merepotkan soal rumah kita. Namun, itu hanya alasan kecil.”

“ Alasan sebenarnya,“ Sambung Paman Sam. “ Karena kita sedang di kejar – kejar oleh seseorang. Atau lebih tepatnya kukatakan sekelompok orang.”

“ Maksud paman, Zehel? Kenapa dia mengejar kita?”

Paman Sam mengangguk. “ Aku tidak bisa mengatakan alasannya mengejarmu.”

“ Mengejarku? Jadi selama ini dia mengejarku?” Dahiku berkerut bingung. Kesalahan apa yang sudah kuperbuat hingga di kejar hingga ke negara bagian yang berbeda? “ Tapi...kenapa?”

“ Maaf sayang. Aku tidak bisa menjelaskannya padamu. Waktunya belum tepat. Saat waktunya tiba, Eric akan menjelaskan semuanya padamu.” Ucap paman sambil tersenyum misterius.

“ Kenapa kembali lagi ke Eric? Kalian belum menjelaskan padaku kenapa aku harus tinggal dengan Eric dan sekarang kalian mengatakan bahwa Eric tahu semua hal tentangku yang sesungguhnya baru kutemui 1 jam yang lalu.” Aku memberengut.

Jelas aku belum pernah bertemu dengannya. Meskipun aku pernah melihat pemuda bermata sama dengannya, itu tidak mungkin dia. Gambarnya yang kabur di otakku menandakan itu sudah berlalu terlampau lama. Mungkin sekitar balita.

Itu sekitar 10 tahun yang lalu. Atau bahkan lebih. Dan, aku yakin Eric masih di awal dua puluhan. Dia tidak mungkin masih terlihat sama setelah 10 tahun berlalu seperti pemuda di dalam ingatanku, bukan?

“ Karena kami harus tetap pindah – pindah untuk mengecoh Zehel. Kau akan lebih aman dibawah perlindungan Eric.”

“ Kalian semua akan pindah lagi?” Tanyaku sedih.

“ Hanya kami berdua.” Jawab Bibi Karen. “ Katty dan Evie akan tetap di kota yang lama, lalu dia bulan berikutnya mereka akan pindah ke kota ini.”

Aku ingin bilang ‘bawa saja Katty bersama kalian’. Tapi tidak jadi. Takut melukai perasaan paman Sam.

Pembicaraan berikutnya terasa kabur. Aku menanggapi celotehan Evie sekolah barunya dengan gumaman tidak jelas sementara Paman dan Bibi sudah pergi dengan Dane entah kemana. Pikiranku melayang dengan pertanyaan kenapa Eric mau menerima orang asing sepertiku.

Aku yakin paman sudah menjelaskan keadaan kami pada Eric. Tapi, itu tetap tidak memberikan jawabannya padaku.

Aku terlalu hanyut ke dalam pikiranku sendiri sampai akhirnya sudah tiba saatnya bagi Paman, Bibi dan Evie untuk kembali ke kota mereka yang berjarak 4 jam dari sini. Setelah mengucapkan perpisahan, aku langsung merebahkan tubuhku kembali ke kasur yang empuk.

Rasa kantuk langsung menghantamku dan tanpa ku sadari aku sudah masuk ke dunia mimpi.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Okay ~ sesuai janji! Ini chapter berikutnya :3

You guys are so damn cool! I'm waiting for reach 70 votes for the next chapter ;)

Well, gambar di samping itu Dane ~ Gimana menurut kalian?

Uh, tadinya mau masang fotonya Eric, tapi author masih galau --" ehehe Oh ya, ada saran buat pemeran Sky?

My Silver Winged DemonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang