Moon 1 : Please, Don't Leave Me Alone

2 0 0
                                    

"Hibari-san."

"Ya?"

"Maukah kau berjanji satu hal padaku?"

"Apa itu?"

"Apa pun yang terjadi, tolong jangan tinggalkan aku."

"Tentu saja, aku akan menemanimu sampai kapan pun."

"Arigatou, Kyoya."

"Hn, Tsuna."

.

.

.

"Hah.. Hah...."

Seorang pemuda dengan api berwarna oranye di dahi yang sedang membara tengah berlari di tengah derasnya hujan malam itu seorang diri. Mata caramelnya menatap sayu. Rona merah di pipinya memudar. Tangannya menggenggam sebelah tangannya yang terluka dengan darah yang masih mengalir. Kulit kakinya sudah sobek, hingga sebagian daging dan sesuatu berwarna putih di dalamnya terlihat. Seakan tidak peduli dengan itu, dirinya terus berlari menghindari hujan timah-timah kecil nan panas di belakangnya.

"Kau mau ke mana, Vongola Decimo?"

Tidak, dirinya tidak boleh menghiraukan suara itu. Yang ada dipikirannya saat ini adalah—

—Keselamatan guardiannya.

"Tidak ada lagi tempat untuk bersembunyi. Kau akan mati sebentar lagi."

Hujam timah panas itu semakin menggila. Acuh saja jika tidak sampai pada tujuannya. Yang penting membuat pemuda itu tidak bisa lari ke mana-mana.

Dewi fortuna mungkin sedang berpihak pada dirinya saat ini. Secercah cahaya sesaat dilihatnya. Di ujung jalan itu, ada persimpangan gelap yang entah kenapa terasa mencurigakan. Penasaran, dan butuh tempat bersembunyi, dia berbelok ke sana.

Kedua irisnya seketika terbuka lebar. Tidak percaya akan apa yang sedang dilihatnya saat ini.

Keenam guardiannya—

—Tumbang.

"Mi—minna."

Suaranya seakan tercekat. Keenam guardian—ah—kelima teman baiknya, terluka parah dengan luka di sekujur tubuh mereka. Di dekat mereka, berdiri seorang guardian lagi, Cloud Guardian lebih tepatnya. Orang itu dengan susah payah mempertahankan keseimbangan tubuhnya yang mulai tidak terkendali. Pegangan pada tonfanya sudah goyah sejak tadi. Kedua maniknya hampir seluruhnya tersembunyi. Napasnya tidak teratur. Luka ada di mana-mana, kepala, tangan, dada, perut, kaki, dan lain-lain.

"Hoo~, akhirnya boss kalian datang juga."

Terdengar suara baritone seorang pria di depan sang Cloud Guardian. Selain dia, terdapat pula beberapa orang dengan pakaian yang sama. Senjata mereka masih terpampang di sana.

"Tapi, percuma saja, kalian semua akan mati saat ini juga."

Sang pemuda tadi, hanya bisa diam dengan mulut bergetar—juga tubuhnya. Akalnya masih tidak bisa menerima kenyataan bahwa teman-temannya yang sangat kuat itu bisa dikalahkan dengan mudah oleh musuh.

"Kyo—Kyoya."

Dirinya berusaha memanggil nama sang Cloud Guardian yang tinggal sedikit lagi memejamkan matanya. Terlihat olehnya, sang Cloud Guardian itu menoleh ke arahnya dengan pandangan yang sulit diartikan.

Tiba-tiba, kedua mata sang Cloud Guardian membulat. Sekejap, dia langsung hendak berlari ke belakang—ke tempat si pemuda berdiri.

Sang pemuda yang terkejut, refleks menengok ke belakang. Irisnya juga ikut membulat. Tatkala, dia melihat jika sebuah peluru sedang terbang tepat ke tengkoraknya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 29, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

See You In The Next MoonWhere stories live. Discover now