Dua Belas

45 24 28
                                    

Semua masih salah Ong dan Bona. Seandainya saja semalam tidak mengajak Seola pulang bersama dengan menumpang mobilnya, ia pasti bisa tidur dan tidak terjaga hingga dini hari. Gara-gara itu, ia jadi bangun kesiangan dan otomatis rencananya pergi ke perpustakaan kota untuk mengerjakan tugas jadi mundur. Padahal tiga jam lagi harus perform bersama Kiwon dan yang lain. Sudah begitu, buku yang ingin dijadikan referensi untuk mengerjakan tugas tidak ketemu-temu lagi.

"Argh!" Kalau tidak sedang berada di perpustakan, Seongri pasti sudah mengumpat. Sebagai gantinya, ia hanya mengerang kesal sembari memukul pelan rak buku di hadapannya. "Gimana ini?"

Pandangannya kembali diarahkan ke deretan buku di rak di hadapannya sebelum mendesah panjang. "Ya udahlah kerjain sebisanya aja."

Seongri pun mulai melangkah. Namun tak berselang lama, langkahnya kembali terhenti.

Di sini ada nggak ya?

Bukannya melanjutkan langkah ke depan, ia justru berbalik dan berjalan hingga ke ujung sebelum berbelok ke kanan. Mulutnya terus menggumamkan sesuatu hingga akhirnya terhenti di depan sebuah rak. Senyumnya pun mengembang bersamaan dengan langkahnya yang kembali melaju.

Begitu tiba di hadapan rak bagian komik, Seongri tak langsung menemukan judul yang dicari. Seperti tadi, manik hitamnya kembali menelusuri dereran buku di hadapannya.
Itu dia.

Seongri sudah mau menjulurkan tangan kalau saja tidak ada yang terlebih dulu mengambilnya.

"Ah!"

Si pemilik tangan yang ternyata seorang gadis pun menoleh. Pupil matanya melebar sempurna saat melihat sosok Seongri.

"Kau?"

🍙🍙🍙

Itu bukan pertama kalinya Sohee tak sengaja bertemu Seongri di luar kampus. Namun, ia masih canggung dan tidak tahu harus membicarakan apa. Jadi, yang dilakukannya sedari tadi hanya memandang ke sekitar sembari menunggu pesanan jadi. Seongri pun juga demikian.

Baik Seongri maupun Sohee sama-sama belum jadi mengerjakan tugas. Saat sudah mau duduk tadi, perut Sohee tiba-tiba berbunyi. Kebetulan Seongri juga belum makan siang sebelum berangkat ke perpustakaan tadi. Alhasil, mereka memutuskan untuk mengisi perut terlebih dulu di kedai makanan dekat perpustakaan dan nanti kembali lagi.

"Satu nasi goreng seafood dan nasi sup ayam pedas. Dua jus melon."

Suara pelayan yang tiba-tiba terdengar memecah keheningan di antara mereka. Sebelum sang pelayan pergi setelah menaruh pesanan di atas meja, keduanya mengangguk bersamaan.

"Kamu suka seafood, ya?"

Sohee yang baru saja mengambil sendok serta garpu jelas langsung mendongak dengan terkejut. Ia buru-buru mengangguk dengan tergagap setelah mendapati Seongri tengah memandangnya.

"Aku juga, tapi nggak begitu."

Sohee hanya membulatkan mulut sebagai respons. Dalam hati sangat bersyukur karena kebisuan tidak menyelimuti lagi dan juga bukan ia yang harus membuka obrolan. Sohee memang tipe orang yang ceria dan supel, namun tidak pandai mencari topik obrolan dengan orang baru dikenal. Ditambah lagi Seongri seniornya di kampus.

"Sejak kapan mulai suka serial Detective Conan?" Seongri bertanya setelah menelan nasi yang tadi disuapkannya ke mulut.

"Udah sejak lama, tapi lupa kapan tepatnya," ujar Sohee yang lalu meraih gelas minumannya. Komik yang dipinjamnya tadi memang serial Detective Conan. "Sunbae sendiri?"

"Sejak SMP. Awalnya cuma nonton animenya di tivi terus iseng pinjem komiknya di perpustakaan sekolah. Lama-lama jadi ketagihan dan akhirnya ngoleksi."

Sohee tersenyum. "Sunbae kenapa suka Detective Conan?"

"Pada dasarnya aku emang suka genre detektif. Seru dan ternyata bisa nambah ilmu juga."

"Bener-bener. Kalo nggak baca itu komik, aku nggak bakalan tau kalo kasus pembunuhan, pencurian, kebakaran, kecelakaan ditangani detektif beda divisi. Aku kira satu detektif itu, ya, ngurusi semua kasus."

"Kasus di Detektif Conan yang paling kamu sukai yang mana?"

"Em," Sohee tampak berpikir sejenak sebelum menjawab, "yang Organisasi Hitam berusaha ngerebut Rena Mizunashi dari tangan FBI."

"Yang itu emang seru. Aku bener-bener nggak nyangka kalo dia itu ternyata agen CIA yang nyusup ke Organisasi Hitam."

"Sama. Kalo Sunbae yang mana?"

"Yang Shuichi Akai muncul lagi," ujar Seongri antusias. "Aku ngiranya udah mati pas ditembak si Rena di gunung itu. Eeee, nggak taunya nyamar jadi Subaru Okiya terus tinggal di rumahnya Shinichi. Pantes aja Conan nggak curiga sama sekali."

Sohee mengangguk-angguk menyetujui. "Siasat yang dibikin Conan sama Shuichi bener-bener ... aaah, susah dideskripsiin pake kata-kata pokoknya."

"Menurutmu, Shuichi tau Conan itu Shinichi nggak, sih?"

"Kalo aku sih iya. Kenapa? Shuichi, kan, orangnya waspadaan. Jadi, nggak mungkin dia mau diajak bikin siasat sama Conan yang dianggep anak kecil."

"Iya juga ya."

Kebisuan lalu menyelimuti keduanya. Detik itu juga, mereka baru menyadari kalau terlalu antusias membicarakan makan mereka bahkan sampai melupakan makanan.

"Maaf ya, aku emang suka jadi antusias sendiri kalo udah bicarain Detektif Conan."

"Nggak apa-apa. Aku malah seneng, kok, Sunbae."

Seongri hanya menanggapinya dengan seulas senyum.

Setelah itu, keduanya melahap menu makan siang dalam diam.

To be continued

Part berikutnya khusus Seola - Seungwoo.

Pokoknya ngasih bonus pict

Jangan lupa kunjungi project WJSN lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jangan lupa kunjungi project WJSN lain.

Move On ; Seola x SeongriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang