[2]

25 3 0
                                    

Chapter 2 update

Hope you enjoy read my absurd story

Happy reading! ^^ 

***

Semenjak kejadian di kantin, Arjuna bungkam hingga pulang sekolah tiba.

"Jun, kau marah ya?" tanya Alexa sambil mencubit pipi Arjuna selama perjalanan pulang.

"Dia sedang PMS, Al, haha," jawab Rachel sambil membuka segel roti isi yang baru saja ia beli.

"Oh sayang, jangan marah ya, maaf," Alexa mencoba menghibur Arjuna sambil meminta maaf dan benar saja, tak lama setelah itu Arjuna mengangguk. "Nah begitu, baru tampan, hehe."

"Aku memang sudah tampan dari dulu," ucap Juna dengan sombongnya.

"Gayamu, haha," gelak tawa Rachel membuat Arjuna kembali badmood. "Paling kalau ada kecoa terbang juga lari-lari ke ujung antartika," sambungnya kemudian memakan roti isi itu.

Arjuna yang geram mendengarnya langsung menepuk punggung Rachel. Alhasil Rachel tersedak begitu menelan roti isi tersebut.

Alexa yang melihat Rachel tersedak langsung memberikan botol air minum miliknya pada Rachel, "bagaimana? Sudah lebih baik?" tanya Alexa sambil memegang bahu Rachel.

"Sakit tau," ucapnya pada Arjuna kemudian memukul lengan laki-laki itu dan Juna acuh tak acuh dengan kejadian yang baru saja terjadi.

.

.

.

Carissa menuliskan beberapa not balok sambil sesekali memainkan gitarnya. Merasa tidak bagus dengan hasil yang telah ditulisnya, iapun membuang kertas itu dan menulis kembali not-not balok yang Alexa tidak mengerti sama sekali.

"Ca, kamu serius, berniat gabung sama mereka?" tanya Alexa pada adiknya yang sangat mencintai musik itu.

Carissa menghela nafas panjang, menatap kakaknya datar, "sudah aku putuskan, Kak. Bagaimanapun caranya mimpiku sebagai penyanyi harus tercapai."

Alexa mengangguk paham, "lakukanlah yang terbaik. Kakak akan selalu di belakangmu."

Alexa tak melanjutkan perbincangannya dan memilih untuk menggambar beberapa bunga mawar.

"Kak," suara Carissa yang memanggil Alexa membuat Alexa kembali menoleh pada adiknya. "Apa Kakak pernah jatuh cinta?"

Debaran jantung Alexa berdegup cepat ketika mendengar Carissa melontarkan pertanyaan tersebut, "tidak."

Carissa mengangguk kemudian melanjutkan pekerjaannya, begitupun dengan Alexa yang beralih ke taman belakang untuk menanam beberapa bunga ketika debaran jantungnya berdegup cepat.

.

.

.

Suara dentuman dari lapangan basket terdengar begitu keras. Di sana, seorang pangeran muda sedang melepaskan amarahnya. Dirinya yang belum bisa menerima kenyataan bahwa ia adalah seorang pangeran di Pulau Pelangi ini. Kenyataan bahwa ia akan dinobatkan menjadi raja, menikah dengan seseorang yang ia kenal saja tidak.

Sejak lahir, dirinya selalu sendiri. Tiada teman, tiada cinta. Kehidupannya di masa kecil benar-benar suram. Ia tak tahu harus bermain dengan siapa, sementara ia tak bisa mengakrabkan diri bersama lingkungannya. Hingga akhirnya, Raul datang dan mengubah segalanya.

Di ujung pintu masuk, berdiri Raul dengan seragamnya, memerhatikan Elang yang terduduk di lantai dengan nafas tersengal. Beberapa saat Elang tak menyadari kehadiran Raul hingga akhirnya, Elang memandang Raul yang tengah berdiri di ujung sana.

ELANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang