Last Hope

23 0 0
                                    

Chapter 1



"Hate is... It's too easy. Love. Love takes courage."
Last Hope
Main Cast : Xi Luhan & Oh Sehun
Genre : Romance, Family, Hurt
Rate : T-M
Length : Chapter
YAOI. Typo (s). M-preg.
HUNHAN STORY!
.
.
.
.
.
.
.
flashback beberapa tahun yang lalu...
.
.
.
Kebencian itu dimulai tujuh tahun yang lalu saat keduanya berusia 10 tahun. Orang tua Luhan terbukti menjadi tersangka pembunuhan tuan dan nyonya Oh, majikan yang telah bersedia menampung satu keluarga mereka dengan bekerja sebagai asisten rumah tangga keluarga Oh.
Luhan kecil tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya, dia selalu disuruh bekerja untuk mencari uang dari pagi hingga sore terkadang sampai malam, lalu uang itu digunakan ayahnya untuk bermain judi yang selalu berakhir dengan hutang yang semakin menumpuk pada rentenir, hal ini tak ubahnya membuat Luhan kecil menjadi sasaran kemarahan ayahnya yang selalu memukulinya tanpa ampun.
Kemudian ibunya yang doyan berbelanja kerap kali menyuruh Luhan untuk mencuri ditoko yang ia inginkan, dan toko-toko tersebut adalah toko-toko dengan brand ternama yang mempunyai keamanan tingkat tinggi. Hal itu kerap kali membuat Luhan harus menginap di yayasan sosial untuk menjalani hukuman karena dirinya masih dibawah umur untuk masuk kedalam penjara, bahkan terkadang dia harus merelakan tubuh mungilnya ditendang dan dipukuli oleh security yang geram padanya.
Semua kehidupan menyedihkannya ia jalani dengan lapang dada, karena Luhan yang saat itu masih berusia 8 tahun sudah mengalami krisis mental yang membuatnya tak bisa lagi mengeluarkan air mata atau hanya sekedar untuk menangis... Luhan sudah mati rasa, tidak bisa merasakan sakit maupun bahagia. Hidup yang menemaninya adalah kesakitan, entah tubuh ataupun hatinya, dia hancur.
Sampai akhirnya takdir memutuskan lain untuk hidupnya. Luhan kecil yang saat itu berusia sepuluh tahun menolong seorang tuan muda seusianya yang suka mencemoh dan menghinanya. Tuan muda itu mengenal Luhan saat dia berada di toko sepatu dengan brand terkenal didunia. Luhan kecil sangat menginginkan sepatu bola limited edition itu. Dan saat sedang mengagumi sepatu idamannya itu dari luar kaca. Si tuan muda sombong itu langsung mengmbil sepatu mahal itu sambil berkata
"Mimpi saja memiliki sepatu ini, dasar miskin" desisnya menghina Luhan yang hanya bisa terdiam melihat tuan muda itu yang sedang membungkus sepatunya menyeringai ke arahnya.
Luhan hanya bisa tersenyum pahit mendengarnya, dia kembali mencari pelanggan yang membutuhkan bantuannya untuk membawa barang yang berat sehingga dia bisa menghasilkan uang untuk ayahnya yang sangat suka berjudi.
Sampai akhirnya, seorang wanita cantik seusia ibunya yang baik hati menghampirinya dan bertanya pada Luhan
"Hay nak, apa pekerjaanmu? Kenapa aku melihatmu terus-terusan membawakan belanjaan orang-orang yang sepertinya sangat berat?" Tanya wanita cantik itu pada Luhan.
Luhan yang sedang menghitung uangnya mendongak ke arah wanita tersebut dan tersenyum membersihkan tangannya kemudian sedikit membungkuk membalas sapaan wanita tersebut...
"Saya bekerja sebagai pengangkat barang nyonya' balas Luhan tersenyum ramah.
"Apa kau tak sekolah? Siapa namamu dan Berapa usiamu?"
"Saya belajar sendiri di rumah belajar nyonya, nama saya Luhan dan saya berusia sepuluh tahun" balasnya lagi trsenyum.
"Kau seumuran putraku. Lalu dimana orang tua mu?" Tanya nyonya itu lagi
"Dirumah" balas Luhan mmberitahu "dirumah? Apa mereka tak bekerja dan membiarkanmu bekerja seperti ini?" Tanya nyonya itu tampak kesal
"Tidak bukan begitu, ayahku baru saja kehilangan pekerjaanya, aku hanya mencoba membantu. Mereka tak menyuruhku bekerja" balas Luhan berbohong
Nyonya cantik itu hanya bia tersenyum karena kentara sekali kalau pria kecil yang seusia putranya sedang menutupi kesalahan orang tuanya
"Ambillah ini" katanya memberikan Luhan uang dalam jumlah yang cukup banyak
"Ini apa?" tanya Luhan polos, dia sedikit berbinar sebenarnya melihat tumpukan uang yang begitu banyak membuatnya berfikir tidak perlu kerja seharian ini, karena memang sedang tak enak badan
"Ini hadiah untuk anak yang sangat baik sepertimu" puji nyonya tersebut pada Luhan "Ambillah nak, simpan untukmu sendiri. Jangan berikan pada orang tuamu" nyonya tersebut sedikit memaksa Luhan membuat Luhan kebingungan harus menerimanya atau tidak
"Apa tidak masalah jika aku mengambil uang mu nyonya?" tanya Luhan ragu-ragu
"Tentu tidak nak, ambillah. Aku akan marah kalau kau tak mengambilnya" ancam nyonya itu berpura-pura kesal
"Ah baiklah. Terimakasih banyak nyonya" Luhan berseru senang karena telah diberi uang sampai
Sret!
Uang yang digenggamnya sudah berpindah tangan ke pria yang seumuran dengannya "Kembalikan uang ibuku, kau pikir kau siapa hah?" tanya pria itu berteriak tak sopan pada Luhan
"Sehun!" sang nyonya berteriak tak percaya kalau anaknya bisa berkelakukan seperti itu
"Wae eomma? Kenapa berteriak?" tanya Sehun menantang ibunya
"Kembalikan uang itu pada Luhan" ibunya memperingati Sehun yang sama sekali tak suka pada Luhan
"Tidak mau. Kenapa eomma memberikan uang pada pengemis? Eomma tidak ingat aku pernah diculik pengemis? Semenjak itu aku membenci orang miskin sepertinya" hardiknya semakin kasar pada Luhan
Ya, Sehun kecil memang pernah mengalami trauma karena sempat diculik oleh pengemis yang meminta tebusan uang pada kedua orang tua Sehun, tapi tentu saja orang tua Sehun dengan cepat menemukan putra mereka dan membuat si pengemis yang menculik putra mereka di penjara dengan hukuman berat
"Astaga sayang, mereka tak sama. Luhan anak baik. Cepat kembalikan" perintah nyonya Oh tak terbantahkan
"Kembalikan atau eomma tak akan memberikan mainan baru untukmu selama sebulan" ancam nyonya Oh membuat Sehun geram melihat ke arah Luhan
"Ini! ambillah. Dasar miskin" katanya melempar uang ke wajah Luhan yang sudah menahan air matanya agar tak keluar dari matanya. Luhan sudah sering dipukuli dan dituduh, tapi baru Sehunlah yang menghinanya sampai dia merasa sangat rendah sekali
"Eomma jahat" teriak si pria kecil yang bertampang dingin itu berlari meninggalkan Luhan dan ibunya yang sudah memunguti uang yang dilempar putranya karena merasa tak enak hati pada Luhan
"Luhan, maafkan anakku ya. Namanya Sehun, tapi dia memang sangat manja dan sangat tak suka jika aku membagi perhatianku pada orang lain bahkan pada ayahnya sendiri. Tapi sebenarnya dia anak yang baik" gumam Nyonya Oh memunguti uang yang dilempar Sehun ke wajah Luhan
"tidak" gumam Luhan berlari meninggalkan nyonya Oh yang masih memunguti uangnya, dia membelalak melihat putra dari nyonya itu tak menyadari kalau ada mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi dari tikungan sementara dirinya terus berjalan dan bahkan ingin menyebrang sembarangan
Mobil itu semakin kencang dan anak seumurannya itu terus berjalan sambil menggerutu, Luhan berlari dengan kecepatan tinggi
"Awas!" teriak Luhan yang melihat Sehun yang sudah berada di tengah jalan dengan mobil yang keluar dari arah tikungan melaju dengan cepat.
Sehun tampaknya sudah menyadari kalau dirinya akan tertabrak, tapi dia tidak bisa menghindar karena kakinya melemas sampai dia merasa dirinya terdorong dan
BRAK!
"arghhh"
Sehun kecil yang terjatuh mendengar teriakan memilukan, dirinya masih sangat syok dan tak berani melihat sampai dia mendengar kerumunan orang berteriak histeris
"Astaga, ada anak kecil tertabrak" teriak salah satu seorang penjaga toko dan tak lama banyak orang berkerumunan dengan teriakan yang membuatnya ketakutan.
"Sayang! Sehunna. Kau baik-baik saja kan nak?" sang ibu, Nyonya Oh berlari dengan panik mendekati putranya dan mendekap Sehun yang tampak gemetar ketakutan
"Eomma-hikss,, Sehunnie takut" isaknya membalas erat pelukan ibunya
"Eomma disini nak, sudah tak apa sayang, maaf eomma berteriak padamu" nyonya Oh juga menangis menyadari karena kesalahannya dia hampir kehilangan putranya.
"Dia sepertinya anak yang bekerja mengangkat barang disini, astaga bagaimana ini? Apa dia sudah mati?" para penduduk masih histeris melihat siapa yang tertabrak
"Oh Tidak" nyonya Oh bergumam menyadari tubuh siapa yang tergeletak dengan darah membanjiri tubuh kecil itu, dia melepas pelukannya pada Sehun dan berlari menghampiri tubuh mungil yang tergeletak tak sadarkan diri itu.
Sehun masih bingung dengan keadaaan ini, dia tidak mengerti kenapa ibunya tampak syok dan terkejut sampai dia mendengar
"SESEORANG TOLONG ANAK INI"
Ibunya berteriak ketakutan, membuat Sehun mau tak mau memberanikan diri menoleh dan terkejut mendapati anak yang kurang dari satu jam yang lalu ia hina tergeletak dengan darah keluar dari tubuhnya, anak yang dia hina itu menolongnya dan sekarang anak itu tergeletak tak berdaya karena terpental cukup jauh dan tak tahu apa dia masih hidup atau sudah mati. Tanpa disadari, Sehun kembali menangis, namun kali ini bukan menangis ketakutan, ini adalah tangisan menyesal karena telah menghina anak yang tubuhnya lebih kecil darinya dengan kejam sementara anak itu telah menolongnya beberapa menit yang lalu.
..
..
..
"Dia mengalami gegar otak ringan nyonya, tapi itu tidak akan bermasalah kalau dirinya tidak mengalami gangguan fisik seperti pukulan atau stress berlebihan"
Luhan telah dibawa kerumah sakit, kondisinya cukup mengenaskan, dia mengalami pendarahan hebat di kepalanya membuatnya didiagnosa gegar otak ringan oleh dokter
"Apa dia akan sembuh dan baik-baik saja?" tanya Nyonya Oh yang berada di pelukan suaminya masih menangis histeris
"Kondisinya stabil, dia akan dipindahkan keruang perawatan dan akan bangun beberapa jam kemudian nyonya. Saya permisi" Setelah memberitahu keadaan Luhan, dokter tersebut pergi untuk memberikan waktu pada keluarga pasien
"yeobo, aku takut dia tak bertahan. Dia anak yang sangat malang" nyonya Oh terisak dipelukan suaminya yang hanya bisa mengelus sayang punggung istrinya agar tenang, sementara Sehun hanya duduk tertunduk mendengar semua percakapan orang dewasa tersebut.
"Anakkuuuu! Hiksss… siapapun harus bertanggung jawab padanya"
Terdengar teriakan seorang wanita yang tampangnya sangat berantakan berteriak di seluruh ruangan rumah sakit
"Dimana anakku? Namanya Luhan.. Lu-Han.. dan yang menabraknya adalah orang kaya" si wanita yang didampingi suaminya itu tidak lagi berteriak namun bertanya menyeringai pada si suster yang mengernyit bingung dengan perubahan sikapnya
Tuan Oh yang mendengarnya pun menghampiri orang tua Luhan dan menyapa keduanya
"Apa anda orang tua Luhan?" sapa tuan Oh membuat kedua orang tua Luhan menoleh ke arah yang menyapanya
"Apa kau yang menabrak anakku? Kau harus bertanggung jawab. Bayar kami sebanyak satu juta won" hardik ibu Luhan tak tahu malu langsung meminta uang pada tuan Oh yang hanya diam karena reaksi orang tua Luhan
"Bukan saya yang menabraknya, tapi anak anda menolong anak kami, tapi tenang saja kami akan membayar semua perawatannya" tuan Oh tersenyum memberitahu
"Kalian juga harus memberi kami uang" ayah Luhan mengingatkan Tuan Oh
"Tentu saja" balas Tuan Oh tersenyum ramah
"Sayang, kau temani Luhan ya? Eomma ingin bicara dengan kedua orang tua Luhan" pinta nyonya Oh mengecup kening putranya
"Dia pasti membenciku" balas Sehun takut-takut
"Tidak sayang, Luhan anak baik" nyonya Oh meyakinkan putranya dan Sehun tersenyum percaya pada ibunya. "Baiklah" katanya membawa bungkusan masuk kedalam ruangan Luhan
"Anak pintar" puji nyonya Oh meninggalkan Sehun dan ikut menemani suaminya berbicara dengan kedua orang tua Luhan untuk mendiskusikan sesuatu.
Sementara didalam ruangan, Sehun perlahan mendekati tempat tidur Luhan, dirinya menatap Luhan dengan kepala yang diperban dan infus di tangannya dengan sangat menyesal, sampai akhirnya dia memandangi wajah Luhan dan tersenyum mengagumi wajah malaikat penolongnya ini begitu indah "Kau cantik" gumam Sehun tersenyum simpul
Sehun masih mengagumi Luhan sampai tak menyadari kalau pria kecil itu telah membuka matanya "Aku dimana?" tanya Luhan yang memegangi kepalanya karena ia merasa kepalanya sangat sakit
"Eh? Kau sudah bangun?" Sehun salah tingkah melihat Luhan yang tampak kebingungan
"K-kau kenapa disini?" tanya Luhan menyadari kehadiran Sehun
"Ummhh.. itu karena..umhh.. Karena ini" Sehun menyerahkan bungkusan yang membuat Luhan bingung
"Itu apa?" tanya Luhan semakin bingung
"Sepatu sport keluaran terbaru yang kau inginkan tadi pagi" Sehun malu mengucapkannya sehingga ia tak berani menatap Luhan
"Benarkah? Untukku?" tanya Luhan yang terlalu senang sampai mengabaikan rasa sakitnya dan mengambil bungkusan yang ada di tangan Sehun
"Aghh" erangnya saat mencoba bersandar di kepala ranjang tempat tidurnya
"Ish, sini aku bantu" Sehun membantu Luhan bersandar dan menyerahkan bungkusannya
Luhan dengan semangat membuka bungkusan dari Sehun dan matanya menatap berbinar melihat sepatu yang sangat ia inginkan
"Ini benar-benar untukku?" tanya Luhan berbinar penuh harap
"Tentu saja. Aku kan baik" balas Sehun membanggakan dirinya namun tak mendapat respon dari Luhan yang hanya terdiam
"Hey, kenapa diam saja? Kau tak suka? Sini aku ambil lagi" Sehun berusaha mengambil sepatunya lagi namun Luhan menahannya dengan kepala tertunduk
"H-hey, kau kenapa?" tanya Sehun yang menyadari kalau Luhan menangis "Apa sakit?" tanya Sehun khawatir dan Luhan menggeleng cepat
"Lalu kenapa?" tanya Sehun bingung
Luhan menatap Sehun dengan mata yang penuh air "I-ini pertama kalinya dalam hidupku aku mendapatkan hadiah. Gomawo" ujarnya kembali terisak memeluk erat sepatu yang sangat ia inginkan ini.
Sepatu itu berubah makna untuk Luhan, awalnya sepatu itu ingin ia gunakan untuk bermain bola, namun karena itu hadiah pertama untuknya, dia tidak berniat sama sekali memakainya, dia hanya ingin menjaga hadiah pertama itu untuknya selamanya.
Sementara Sehun, entah kenapa hatinya berdenyut sakit mendengar penuturan Luhan, berbeda sekali dengan dirinya yang selalu mendapatkan apapun yang ia inginkan, dia sempat tidak percaya saat Luhan mengatakan itu hadiah pertamanya selama sepuluh tahun hidupnya, tapi saat Luhan kembali menangis lagi dia baru menyadari kalau Luhan berkata jujur dan tak berbohong
"Aku akan membelikanmu banyak hadiah kalau begitu, apa kau suka?" tanya Sehun bersemangat
"Eh? Kenapa kau jadi baik padaku" tanya Luhan menghapus air matanya dan bertanya pada Sehun
"Ya karena kau miskin" jawab Sehun yang berniat bercanda, namun sepertinya Luhan sudah cukup sakit hati dengan kata miskin yang dilontarkan Sehun membuatnya sedikit kesal
"Ini ambillah lagi, kalau kau memberiku sepatu hanya karena aku miskin, kau tak perlu melakukan itu lagi" kesal Luhan membuat Sehun keringat dingin
"A-aku kan hanya bercanda, jangan marah" Sehun panik saat Luhan kembali tiduran dan tak menatap ke arahnya
"Hey Luhan… namamu Luhan kan? Aku hanya bercanda, ayolah maafkan aku" pinta Sehun yang memutar posisi berdirinya ke arah Luhan menghadap
"Tidak perlu, pergilah" Luhan kembali terisak karena sakit hati Sehun terus mengatainya miskin
"Luhan jangan menangis" Sehun berjongkok menyamakan posisinya dengan Luhan yang berbaring dan menghapus air matanya
"Aku minta maaf" gumamnya menyesal, sangat menyesal mengetahui karena ucapannya bisa membuat seseorang begitu sakit hati
"Aku memang miskin, tapi kau tak perlu mengataiku terus" lirih Luhan menatap Sehun yang masih terus menghapus air matanya
"Iya, aku minta maaf Lu, aku janji tidak akan berkata kasar lagi padamu" Sehun mengeluarkan jari kelingkingnya sebagai janji pada Luhan
"Apa kau tak akan mengataiku miskin lagi?" tanya Luhan memastikan
"Tidak akan pernah lagi" balas Sehun mantap
Luhan yang entah kenapa juga merasa nyaman pada Sehun, hanya tersenyum dan juga mengeluarkan jari kelingkingnya "Kau harus janji" gumam Luhan
"Aku janji" Sehun menautkan kelingking mereka berdua dengan erat
"Lalu hadiah-hadiah yang kau bilang tadi bagaimana?" tanya Luhan menagih Sehun
"Umm tentu saja jadi" balas Sehun yang kembali membantu Luhan bersandar di kepala ranjang
"Bagaimana kau memberikanku hadiahnya? Kita saja jarang bertemu" Luhan bertanya bingung pada Sehun
"Aku akan mencaritahu dimana kau tinggal" balas Sehun memberitahu Luhan
"Tapi aku tinggal di…."
"Kau akan tinggal bersama kami nak"
Suara seorang wanita yang selalu berhasil membuat Luhan tersenyum menginterupsi percakapan Sehun dan Luhan, Luhan sedikit membungkukan badannya menyapa kedua orang tua Sehun. "Jangan banyak bergerak Lu" nyonya Oh mengingatkan Luhan
"Eh? Apa maksud eomma?" Sehun bertanya bingung dengan pernyataan ibunya
"Iya, kalian akan tinggal bersama" nyonya Oh tersenyum penuh arti pada Sehun dan Luhan
"Appa, eomma bicara apa sih?" tanya Sehun bertanya pada ayahnya karena kesal pada ibunya
"Kami mengadopsi Luhan nak, kau punya teman sekarang dirumah" Tuan Oh memberitahu Sehun dengan ragu, karena dia tahu benar, putranya tidak suka berbagi dan sangat tak menyukai kalau ada orang asing dirumahnya, namun perkiraannya salah karena
Grep!
Sehun memeluk erat ayahnya dan sedikit melonjak senang "Apa kau senang nak?" tanya tuan Oh mengernyit bingung "Iya senang…. Sangat senang… gomawo appa" katanya memeluk erat ayahnya
"Tidak berterimakasih pada eomma?" sindir nyonya Oh membuat Sehun berlari ke pelukan ibunya "Gomawo eomma, Luhan akan tidur denganku. Kau mau kan Lu?" tanya Sehun bersemangat menatap Luhan yang tampak kebingungan
"T-tapi bagaimana bisa?' tanya Luhan masih tak mengerti "Orang tuaku bisa memarahiku lagi" gumam Luhan ketakutan
"Kau tak perlu khawatir nak, kami telah memberikan uang masing-masing 20 juta won untuk orang tuamu. Aku tahu mereka tak merawatmu dengan benar, mereka bahkan bersedia meninggalkanmu untuk 20 juta won. Maafkan kami nak, tapi kau anak baik dan kau harus bersekolah, lagipula Sehun akan bersemangat jika ada teman. Kau mau kan?" tanya nyonya Oh mengelus sayang pipi Luhan yang hanya menatapnya dengan tatapan kosong
"Jadi mereka menjualku untuk 20 juta won?" Tanya Luhan merasa sangat tak berharga di mata kedua orang tuanya
"Kau pantas mendapatkan hidup yang lebih baik nak. Mulai sekarang kamilah orang tuamu" nyonya Oh mengecup kening Luhan, membuat Luhan merasakan kehangatan luar biasa dihatinya
"Kau mau kan?" tanya tuan Oh yang juga menghampiri Luhan dan langsung menyukai Luhan pada pandangan pertama, karena Luhan memang tipikal anak yang baik dan terlihat sangat jenius.
Luhan menatap Sehun memastikan kalau dirinya diterima, Sehun tersenyum senang ke arahnya dan meminta Luhan untuk mengangguk. Luhan juga tersenyum kemudian menatap orang tua Sehun bergantian.
"Aku mau" balasnya tersenyum sangat bahagia "Gomawo tuan dan nyonya" tambahnya menatap kedua orang tua Sehun bergantian
Nyonya Oh menghapus air mata harunya, dia memeluk Luhan erat dan bersyukur tersenyum menatap putra tunggalnya yang juga menerima kehadiran Luhan "Kalau begitu panggil kami eomma dan appa. Mengerti kan?" tanya tuan dan nyonya Oh
"N-ne nyo… eomma" balas Luhan yang kembali menangis di pelukan nyonya Oh, dia seperti mendapat jakpot hari ini, jika dirinya tahu dengan menolong orang akan membuatnya mendapatkan keluarga baru, dia akan melakukan itu sedari dulu, sehingga tak perlu merasakan pukulan dan makian dari kedua orang tuanya "Gomawo" lirihnya memeluk erat ibu Sehun yang terus mengelus sayang punggungnya.
"Yey, Luhan akan tidur denganku kan eomma?" tanya Sehun mendekati Luhan yang tampak tersipu karena Sehun sekarang Sehun sedang memeluknya
"Ish, anak ini! kenapa tiba-tiba memeluk Luhan" gerutu nyonya Oh yang kesal pada putranya
"Karena Luhan milikku, eomma tahu kan aku tidak suka kalau milikku dipegang orang lain" katanya mengingatkan ibunya yang hanya bisa terkekeh menatap Sehun
"ya..ya..ya.. eomma tahu anak manja" gemas nyonya Oh mencubit gemas pipi Sehun
"Eomma ada Luhan, jangan cubit pipiku seperti itu" protes Sehun membuat semua termasuk Luhan hanya bisa tertawa mendengarnya.
Dan hari itu, hari dimana tuan dan nyonya Oh mengangkatnya sebagai anak adalah hari yang paling membahagiakan untuk Luhan, karena dari hari itu hingga sekarang hanya kebahagiaan yang ia rasakan, kebahagiaan yang baru pertama kali ia rasakan saat berada di keluarga kecil Oh, dan itu adalah kenangan yang tak akan pernah Luhan lupakan.
..
..
..
Waktu terus berganti, bergulir dengan cepatnya. Sehun dan Luhan kini sudah menginjak usia 17 tahun, hubungan keduanya pun menjadi sangat dekat, keduanya diam-diam saling menyukai dan sudah saling mengungkapkan dan tepat pada ulang tahun Sehun yang ke 17. Sehun mengatakan kepada seluruh teman-temannya kalau Luhan adalah kekasihnya.
"Lu, ayolah. Ini ulang tahunku, mana kadoku" Sehun yang baru saja menyelenggarakan pesta ulang tahunnya yang ke tujuh belas menagih sesuatu yang konyol sekaligus ekstrim menurut Luhan
"Jangan macam-macam sayang, aku sudah memberikan kadomu" protes Luhan mengabaikan Sehun yang masih merajuk di ranjang mereka, tepatnya di ranjang milik Sehun. Karena dari awal masuk kerumah Sehun, Luhan memang tidur sekamar dengan Sehun dan semenjak itu keduanya tak pernah terpisahkan
"Bukan kado yang itu… tapi yang ini" tangan Sehun menyelinap masuk kedalam celana Luhan dan mengelus sesuatu yang selama ini membuat Sehun menahan dirinya
"Se-sehunnie keluarkan tanganmu" pekik Luhan karena Sehun bukan hanya mengelus miliknya namun jari telunjuknya mencari sesuatu yang bisa membuat Luhan kenikmatan
"Ini dia…!" Sehun menemukan lubang yang sudah sangat ia masuki dua tahun yang lalu, karena tujuh tahun tinggal bersama Luhan tanpa melakukan apapun adalah sesuatu yang sangat menyiksa, tepatnya dua tahun yang lalu saat usianya lima belas tahun dan tanpa sengaja melihat Luhan yang sedang mandi sambil bersenandung terlihat sangat seksi dan membangunkan sesuatu dalam dirinya yang sangat ingin menyatukan tubuh keduanya
Dan sejak saat itu, Sehun yang manja berubah menjadi Sehun yang mesum. Karena setiap kali ada kesempatan Sehun selalu menggoda Luhan dengan jari atau lidahnya, dia tidak bisa memaksakan Luhan melayaninya karena Luhan bersikeras melakukan "itu" saat usianya menginjak 17 tahun.
Dan hari ini merupakan hari kemerdekaan untuk Sehun, karena mereka berdua sudah berusia 17 tahun, yah walaupun ulang tahun Luhan terpaut 8 hari dari ulang tahunnya tapi Sehun bersikeras kalau keduanya sudah berusia 17 tahun
"Sehunnie, aku masih 16 tahun…ahhh" Luhan tak kuasa menahan kenikmatan yang diberikan Sehun dengat jarinya yang selalu berhasil membuatnya menjemput kenikmatan dua tahun belakangan ini
"Kau sudah 17 tahun tanggal 20 ini, dan kau sudah siap digagahi" Sehun berbisik dengan menggoda membuat Luhan semakin terbuai dengan ucapan kekasihnya ini
"Kau mau kan aku gagahi?" tanya Sehun yang terus menumbuk dalam jari-jarinya ke lubang Luhan
Luhan tak bisa menjawab, dia sedang menikmati cumbuan Sehun dengan jarinya "Lu" panggil Sehun menjilati kuping Luhan.
"Anak nakal kenapa tak menjawab hmm" Sehun dengan sengaja menghantamkan jari tengahnya kuat ke lubang Luhan membuat tubuh Luhan sedikit terangkat, memekik terkejut
"Sehunnn" Katanya mencengkram erat lengan Sehun yang melingkar di pinggangnya sementara jari-jarinya bermain di lubang Luhan,
"Mau kan?" tanya Sehun yang sudah bersiap menumbuk keras jarinya di lubang Luhan
"Aku mau… Lakukan apapun yang kau inginkan, aku milikmu" bisik Luhan terbuai dengan sensasi luar biasa yang diberikan Sehun.
"Gomawo Lu, aku akan menjadi orang pertama dan terakhir yang bisa membuatmu merasakan kenikmatan dan kebahagiaan. Aku janji" gumam Sehun yang sudah meninidih Luhan dan bermain di poni Luhan.
perlahan Sehun mendekatkan wajahnya beberapa senti dari wajah Luhan sedikit memiringkan kepalanya dan mengecup lembut bibir plum milik Luhan membuat Luhan melingkarkan lengannya dileher Sehun dengan erat mendorong kepala Sehun agar memperdalam ciumannya. Sehun sedikit melumat bibir Luhan membuat Luhan sedikit mengerang menjambak rambut Sehun dengan nafas memburu. Lidah Sehun bermain dirongga mulut Luhan bergerak seduktif menyusuri bibir Luhan dengan cermat.
Dan malam itu adalah malam yang menjadi saksi bahwa Luhan telah sepenuhnya menjadi milik Sehun dengan gairah cinta yang membuncah di keduanya, melontarkan kata-kata cinta dan berjanji akan selalu bersama selamanya.
..
..
..
Hari terus berganti, dan selama tujuh tahun ini kehidupan Luhan terasa menyenangkan, hubungannya dengan Sehun pun mendapat restu dari tuan dan Nyonya Oh. Sehun bahkan bersikeras ingin menikahi Luhan seusai mereka lulus sekolah nanti. Tapi tentu saja tuan Oh tak mengijinkan, Sehun boleh menikahi Luhan tapi nanti, saat dirinya sudah mendapat gelar sarjana nanti.
Namun kehidupan menyenangkan itu tak berlangsung lama untuk Luhan, karena tepat sebulan setelah ulang tahunnya yang ke 17. Orang tuanya datang dan mengemis pekerjaan pada tuan dan nyonya Oh dengan tak tahu malu. Luhan merasa sangat malu saat itu, tapi Sehun yang mengetahui orang tua Luhan selalu memukuli Luhan mengatakan kalau kedua orang tuanya tak akan bisa menyentuh atau menyakiti Luhan lagi, membuat Luhan tersenyum dan percaya pada kekasihnya.
Tuan dan Nyonya Oh awalnya tak berniat memberikan pekerjaan pada orang tua Luhan, namun karena mereka mengancam akan membawa Luhan pergi, membuat mereka mau tak mau memberikan pekerjaan pada kedua orang tua Luhan. Dan anehnya kedua orang tua Luhan hanya meminta pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga. Karena merasa tak keberatan tuan dan nyonya Oh pun mengijinkan kedua orang tua Luhan bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah mereka.
Seminggu sejak kedua orang tua Luhan bekerja pun, tuan dan nyonya Oh banyak mengalami kehilangan, seperti belum lama lukisan yang dipesan langsung di Inggris dan diletakkan di ruang pribadi tuan Oh raib entah kemana, keduanya pun bertanya pada orang tua Luhan dan mereka sedikit tersingnggung karena orang tua Sehun sepertinya mencurigai mereka.
"Jika kalian terus mencurigai kami, lebih baik kami pergi dan membawa Luhan" ancam ibu Luhan yang menantang Nyonya Oh yang tampak memucat karena ancaman orang tua Luhan
"Tidak, tentu saja tidak.. Kami permisi dulu, jangan bawa Luhan pergi" Tuan Oh meramgkul istrinya yang tampak syok pergi meninggalkan kamar orang tua Luhan
"Cih, aku tidak tahu kalau anak sialan itu sangat dicintai disini, tahu begitu kita harusnya datang lebih awal. Mereka begitu bodoh karena mencintai anak sialan itu, perlahan kita akan menguras habis harta keluarga ini" seringai ayah Luhan menghina tuan dan Nyonya Oh
"Harusnya bayi mereka yang kita culik, bukan si sialan Luhan. Kita begitu bodoh salah mengambil bayi saat itu" kekeh ibu Luhan yang membongkar rahasianya sendiri
"A-apa maksud ucapan kalian?"
Luhan yang awalnya ingin mengambil air minum didapur mendengar semuanya, dari pertengkaran kedua orang tuanya dan orang tua Sehun sampai pengakuan tak terduga yang keluar dari mulut ibunya. Dia terlihat pucat dan sangat syok mendengar ucapan sang ibu yang entah apa maksudnya.
"Sialan, sejak kapan kau disana" hardik ayah Luhan mencengkram erat tangan Luhan dan membawanya ke gudang
"APA MAKSUD KALIAN SALAH CULIK? SIAPA YANG KALIAN CULIK SAAT BAYI?"
Luhan menghempaskan cengkraman ayahnya dan bertanya menyalak pada kedua orang tuanya
"Diam kau sialan, kau mau membangunkan seluruh orang dirumah ini?" ibu Luhan tampak merutuki dirinya sendiri karena asal bicara dan kini sedang membekap mulut Luhan agar tak terus berteriak
"Haah…, Apa maksudnya?" Luhan kembali menghempaskan tangan ibunya dan kembali menatap tajam orang tuanya
"Cih, anak ini memang bukan anak kita, dia sudah sangat berani pada kita" sindir ayah Luhan padanya.
"Kau akan mengetahui semuanya, tapi jika kau memberitahu mereka kau mati" ancam ibunya yang terdengar seperti seorang pembunuh
"Ceritakan" tantang Luhan tak sabar dengan mata berkaca takut dengan kenyataan yang akan ia dengarkan.
"Malam itu di Seoul Hospital, ada dua bayi yang lahir pada bulan April. Bayi pertama tanggal 12 dan bayi kedua lahir tanggal 20. Kami sudah mengincar Bayi Oh, bayi dengan orang tua yang sangat terkenal kaya raya, kami bermaksud menculiknya, tapi sialnya ada dua bayi saat itu, dan lebih sialnya lagi ternyata kami salah ambil" ibu Luhan tertawa membodohi dirinya sendiri.
"Aku tidak mengerti" gumam Luhan yang masih mencerna ucapan ibunya
"Kami malah mengambilmu sialan" katanya menyalak pada Luhan yang membelalakan matanya
"ID kalian terjatuh saat itu, dan kami melihat nama bayi Oh ada di box bayimu, karena terburu-buru kami membawamu pergi, tapi ternyata saat dirumah dan berniat meminta tebusan kami ditertawakan oleh keluarga Oh. Dia mengatakan jelas-jelas bayi kami ada disini, saat itu aku sangat marah dan baru menyadari gelang rumah sakit yang ada ditanganmu bertuliskan bayi Xi" geram ibu Luhan mencengkram pergelangan Luhan, seakan mencotohkan betapa marahnya dia saat itu.
Luhan melemas dan harus bersender pada meja yang ada didekatnya sambil terus mendengarkan ocehan ibunya
"Kami berniat mengembalikanmu karena kau tak berguna, tapi saat ingin mengembalikanmu polisi menjaga ketat rumah sakit tersebut, sepertinya orang tua mu yang mencarimu, tapi setelah kami selidiki, orang tuamu tidak terlalu kaya. Alih-alih mengembalikanmu, kami lebih senang menjadikanmu mesin pencari uang untuk kami" seringai ibu Luhan menatap Luhan yang sangat memucat.
"Dan lebih bodohnya lagi adalah kami baru menyadari kalau keluarga yang mengadopsi mu adalah keluarga Oh, keluarga yang 17 tahun lalu menertawakan kami karena salah mengambil anak kini berada di genggaman kami berkat dirimu. Kami akan menguasai harta mereka, Gomawo sialan" katanya mengakhiri ceritanya
"Kalian,, Kalian iblis" gumam Luhan menatap jijik pada kedua orang didepannya
"Ingat, kalau kau memberitahukan cerita ini, kau mati" ancam ibu Luhan membuat Luhan tersenyum mengejek ke arahnya
"Cih, benar. Bunuh saja aku, karena aku memastikan kalian akan dipenjara" geram Luhan menyeruak keluar gudang dan berlari ke kamarnya dan Sehun
"Sayang kau darimana?" tanya Sehun yang tampaknya sedang mencari keberadaan kekasihnya
"Sehun!" Luhan berlari ke arah Sehun dan mendekapnya erat sambil menangis terisak di pelukan Sehun
"Kau kenapa Lu, hey siapa yang membuatmu menangis" Sehun membelalak saat mengetahui pria mungilnya menangis memilukan, dia berusaha memaksa Luhan menatapnya namun Luhan menolak dan hanya ingin memeluk kekasihnya
"sayang kau kenapa?" Sehun membawa Luhan kedalam gendongannya sementara Luhan hanya terus memeluk erat leher Sehun yang kini basah oleh airmata Luhan
"Aku takut" gumamnya terisak masih menolak menatap Sehun
"Takut kenapa sayang" tanya Sehun yang merasa bingung dengan kekasihnya "Siapa yang menyakitimu" tanyanya lagi memastikan tidak ada yang membuat kekasihnya gusar
"Aku takut kau pergi meninggalkanku" gumamnya mencari alasan lain agar Sehun tak terus bertanya padanya
"Rusa jelek, aku sudah bilang akan menikahimu secepatnya, lalu kenapa aku meninggalkanmu? Aku bisa mati tanpamu sayang" balasnya mendekap erat kekasihnya yang cantik ini.
"Jadi kau tak akan meninggalkanku?" tanya Luhan memastikan dan menatap Sehun yang membawanya berbaring ke ranjang mereka
"Tidak akan pernah" balas Sehun mantap dan kemudian perlahan mengecup lembut bibir kekasihnya yang terasa asin karena bercampur dengan air matanya "Ceritakan padaku besok kenapa kau menangis hmm" Sehun yang mengerti meminta Luhan untuk menceritakannya saat ia tenang
"Iya sayang" balas Luhan mengelus wajah Sehun yang terlihat sangat tampan, dia memang akan menceritakan semuanya nanti, saat dia sudah mencari tahu kebenaran cerita dari kedua orang tuanya besok pagi
"Aku mencintaimu" gumam Luhan meminta Sehun untuk menciumnya lagi
"Aku sangat mencintaimu" Sehun membalasnya dan kembali melumat bibir kekasihnya, namun kali ini penuh cinta dan berakhir dengan menyatukan diri mereka dalam gelombang cinta yang sangat dahsyat dan tak tergantikan
..
..
..
Keesokan paginya…
Luhan tampak berlari terburu-buru menuju rumah Sehun. Dia sudah mencaritahu kebenaran tentang dirinya, dia menangis sepanjan perjalanan ke rumah Sehun, pihak rumah sakit memang mengatakan kalau tujuh belas tahun yang lalu ada seorang anak laki-laki yang diculik dan tak pernah dikembalikan, saat Luhan bertanya dimana keberadaan orang tuanya, pihak rumah sakit meminta maaf pada Luhan karena Luhan memang bukan anak yang diinginkan.
Ibunya, selepas melahirkan Luhan kabur dari rumah sakit meninggalkan Luhan, hal itu membuat harapan Luhan yang bermimpi bisa bertemu orang tua kandungnya menjadi pupus. Karena sepertinya dimanapun dia berada dia bukanlah anak yang diinginkan.
Luhan merasa sangat sesak hari ini, namun dia menguatkan dirinya untuk memberitahu orang tua angkatnya yang sudah seperti orang tuanya sendiri, dia juga berniat memberitahu semua kepada Sehun agar tidak terjadi kesalahpahaman di kemudian hari. Meskipun ibu dan ayahnya akan mengancam membunuhnya, Luhan tidak mempedulikan hal itu, yang ingin ia lakukan hanya mengatakan hal yang seharusnya dikatakan sebelum terlambat.
Luhan masih terus berlari sampai saat mendekati rumah Sehun dia mengernyit bingung mendapati rumah Sehun tampak ramai dan terdapat tiga mobil polisi didepan. Luhan semakin mempercepat langkahnya dan memasuki pagar rumah dan berniat cepat untuk menemui Sehun dan orang tuanya.
Saat ingin memasuki rumahnya, Luhan berpapasan dengan Kim ahjumma yang wajahnya terlihat kacau dan tampak syok membuat Luhan semakin bingung dengan apa yang terjadi dirumah yang sudah tujuh tahun ini ia tempati.
"Ahjumma ada apa? Kenapa kau terlihat sedih dan kenapa banyak polisi?" tanya Luhan yang entah kenapa menjadi sangat takut
"Luhannn" Kim ahjumma langsung memeluk erat Luhan seakan Luhanlah yang mengalami sesuatu yang buruk membuatnya semakin takut dan tak mengerti
"Ahjumma kenapa kau menangis?" tanya Luhan yang juga memeluk pengurus rumah tangga keluarga Oh ini
"Tuan dan Nyonya Lu" Kim ahjumma masih terisak memberitahu Luhan
"Eomma dan Appa kenapa?" tanya Luhan yang jantungnya berdegup tak beraturan karena Kim ahjumma memberitahunya sepotong-sepotong
"Tuan dan Nyonya Oh meninggal dalam kecelakaan menuju bandara nak. Sabarlah" Kim ahjumma menangis sejadinya memeluk Luhan yang masih mencerna ucapan wanita tua didepannya ini
"Tidak.. Tidak mungkin" gumam Luhan melepaskan pelukan Kim ahjumma dan berjalan gontai memasuki rumah Sehun yang entah kenapa terasa sangat sesak dan menyedihkan
"Lepaskan aku! Apa buktinya kalau kami yang menyebabkan kecelakaan itu"
Luhan berpapasan dengan kedua orang tuanya yang sedang dibawa paksa oleh polisi yang tampaknya menemukan bukti bahwa kedua orang tuanya adalah penyebab kecelakaan Tuan dan Nyonya Oh
"Hey sialan, katakan pada mereka kalau aku tak bersalah. KATAKAN !" ibu Luhan melepaskan cengkramannya dari polisi dan berlari menghampiri Luhan yang sedang menatap kosong padanya
"Apa mereka pelakunya?" Luhan bertanya lirih pada polisi yang membawa kedua orang tuanya, tidak-.. kepada kedua orang tua yang menculiknya dulu
"Sidik jari mereka ditemukan di lokasi kecelakaan, dan kedua orang ini berusaha melarikan diri dengan membawa sejumlah uang dan perhiasan yang berada di kantong ini"
Luhan merasa seperti ditampar mendengarkan penuturan sang polisi, hatinya hancur berkeping-keping, dia tidak menyangka kalau kedua orang tua ini bisa berbuat sejauh ini pada keluarga yang begitu baik merawatnya selama tujuh tahun terakhir.
"Apa tuan dan Nyonya Oh selamat?" Luhan bertanya lagi berharap kali ini mendapat jawaban yang menyenangkan
"Kedua jenasah korban ditemukan di TKP dan dipastikan itu adalah Tuan dan Nyonya Oh" polisi tersebut memberitahu Luhan yang tiba-tiba terjatuh karena kakinya sudah tak bisa menopang berat tubuhnya lagi
"Tidak mungkin" gumam Luhan tak mempercayai pendengarannya "Eomma.. appa.. kenapa jadi begini" lirih Luhan yang memukul dadanya berkali-kali karena entah kenapa rasa sakit terus keluar setiap kali ia menghembuskan nafasnya
"Ikut Kami!" polisi tersebut kembali membawa orang tua Luhan secara paksa
"Lepaskan aku! Luhan katakan pada mereka lepaskan kami. Kau akan menyesal jika membuat kami masuk penjara" teriak ibu Luhan mengancamnya penuh amarah
"Bawa mereka dan hukum mereka seberat-beratnya" desis Luhan menatap tajam kedua orang tua yang telah menghancurkan hidupnya sejak lahir hingga sekarang
"KAU! BERANINYA KAU! AKU BERSUMPAH AKAN MEMBALAS PERBUATANMU" kini ayahnya yang berteriak bersumpah menyumpahi Luhan
Luhan tak menghiraukan mereka yang kini sudah dibawa oleh polisi tersebut untuk diproses.
"EOMMA ANDWAE! APPAA…ARGHHHHHHHH"
Luhan membelalak mendengar teriakan Sehun yang begitu memilukan, dengan sisa tenaga yang ia miliki dia berdiri dan berjalan gontai ke arah kekasihnya yang tampaknya berada di ruang keluarga.
"Sehun" gumamnya sedikit berlari menghampiri Sehun
"LEPASKAN AKU KAI! AKU INGIN BERTEMU ORANG TUAKU" geram Sehun yang masih mengamuk di pegangan Kai, sepupunya sekaligus teman dekat Sehun
"Sehunna, kedua orang tuamu sudah meninggal. Ikhlaskan mereka aku mohon" pinta Kai yang terlihat frustasi memberitahu sepupunya ini
"ANDWAE! EOMMA KU MASIH HIDUP.. AKU TIDAK MUNGKIN KEHILANGAN MEREKA.. EOMMA.. APPA..ARGHHHH" Sehun kembali mengamuk dan meronta di pegangan Kai
"Sehunnie" Luhan memanggil kekasihnya dan berniat menghampiri kekasihnya untuk menenangkannya.
Sehun berhenti meronta saat melihat Luhan berada disana, ada perasaan aneh menyeruak dan menguasai otaknya, semua ini terlalu mendadak ia terima dalam satu waktu, dia tidak menyangka kalau nasib kedua orang tuanya berakhir di tangan orang tua pria yang sangat ia cintai itu
"Sehunnie.. tenanglah" Luhan berusaha mendekati Sehun, Sehun melepaskan pegangan Kai dan berjalan gontai menghampiri Luhan
Saat keduanya bertatapan, Sehun memandang Luhan dengan tatapan yang tak biasa, Luhan sendiri seperti tak mengenal pria yang sangat ia cintai ini
"Pem-bu-nuh" ujar Sehun menyalang penuh amarah menatap Luhan yang tampak kehilangan fokusnya karena ucapan Sehun barusan
"Kau dan orang tuamu sama saja. KALIAN PEMBUNUH!" Sehun berteriak membuat Luhan bergetar takut karena Sehun sepertinya sangat membencinya.
Dan hari itu, semuanya kembali semula untuk Luhan. Dia seakan dilahirkan hanya untuk merasakan sakit. Sakit yang sangat nyata dan berbekas baik di hati maupun tubuhnya. Karena sejak kematian kedua orang tuanya, Sehun menatapnya seperti seonggok sampah yang sama sekali tak berharga. Dia tidak membiarkan Luhan pergi dari hidupnya,
Bukan-… Bukan karena dia ingin bersama Luhan karena cinta. Rasa cintanya sudah dibutakan oleh rasa bencinya yang teramat pada orang tua Luhan, karena semenjak hari itu Sehun menjanjikan neraka untuk Luhan dan bersumpah untuk tidak membiarkan Luhan merasakan bahagia sedikitpun.
tobecontinued...
New Project!
.
cerita ini akan sangat dan amat menguras emosi dan mengundang kebencian yang teramat sama abang Sehun sebagai pemeran antagonis yang karakternya dibuat "sangat" jahat sama Luhannya..
.
Saya hanya ingin berbagi cerita yang memang menguras emosi kalian dan mungkin bisa membuat kalian menangis saat membacanya :D
Iya saya mengcopasnya dari google hehe :D
Karena saya belum berani membuat karya seperti ini takutnya menjadi ancur jadinya wk :v

Last HopeWhere stories live. Discover now