Part 4: Ketika Jalan Mulai Bercabang (2)

46 1 0
                                    

Gue mendekati Shela yang lagi mengambil sweater dari sport-bag-nya. Wajahnya terlihat bersungut-sungut. Meskipun dia ngambek, gue yakin itu nggak akan mempengaruhi hubungan kami yang udah baikan. Namanya juga cewek lagi ngambek, paling cuma bentar.

"Shel.. " panggil gue dari belakang.

"Bodo !! " jawab Shela ketus sambil memakai sweaternya.

"Shela.. " panggil gue lagi.

"Bodoooo !! " jawab Shela agak keras.

"Ciee ngambek nih. " goda gue.

"Biarin !! " jawab Shela makin keras.

"Kalo kamu ngambek gini persis kayak Dina pas minta dibeliin boneka Barbie. " goda gue lagi.

"Kamu ini bener-bener nyebelin ya..!! " bentak Shela sambil mengangkat sport-bagnya tinggi-tinggi yang siap dilemparkan ke gue.

"Waaaa... aku bercanda kok ... bercanda.. " kata gue ketawa sambil menyilangkan tangan di muka.

"Bercandamu bikin sebel tahu !! " kata Shela ketus sambil menurunkan sport-bagnya.

"Iya sorry.. sorry.. " kata gue sambil nyengir.

"Bisa nggak sih kamu nggak ngatain aku terus ?! " Shela malah makin sewot.

"Iya Shela yang cantik.. kan aku udah minta maaf. " kata gue berusaha membujuk. Tapi dia nggak menjawab, dan cuma menatap gue dengan cemberut.

"Kamu lapar nggak ? Makan yuk.. " ajak gue kemudian.

Lagi-lagi Shela nggak menjawab dan malah sibuk merapikan sweaternya yang berwarna pink. Tampaknya dia masih marah. Gue perhatikan dia pakai sweater berwarna pink itu. Ternyata bisa feminin juga nih cewek, kata gue dalam hati.

"Di depan ada fried chicken, kamu mau kan ? " ajak gue lagi.

"Kamu ke sana aja sendiri. " jawab Shela ketus. Beneran dia masih marah.

"Ayolah aku traktir deh. " gue nggak menyerah membujuk Shela.

"Nggak !! " jawab Shela makin ketus.

"Kamu makin cantik kalau marah lho Shel. " goda gue.

"Nggak usah ngerayu !! Basi !! "

"Sekali iniii aja, sebagai permintaan maafku. " gue masih belum menyerah mengajak Shela.

"Ya udah kalo kamu maksa. Tapi beneran traktir ? " tanya Shela sambil melirik ke gue.

"Iya beress !! " jawab gue.

"Asyiiikkk !! " kata Shela bersemangat. Lhaa cepet banget nih cewek ceria lagi ? batin gue.

"Ya udah, yuk ntar keburu tutup. " kata gue sambil melirik jam dinding. Ternyata udah hampir setengah sembilan malam.

"Nih..!! " kata Shela sambil memberikan sport-bagnya ke gue.

"Apaan ini ? " tanya gue nggak ngerti.

"Bawain !! " cetus Shela.

"Iya tuan putri. " gue nggak berani protes, takutnya Shela ngambek lagi.

Shela dengan semangat menuju gerai fried chicken yang terletak persis di seberang jalan depan sasana. Sedang gue berjalan di belakangnya sambil membawa sport-bag miliknya. Ah elah nih cewek nggak ada dewasa-dewasanya sama sekali, gue sampai nggak percaya kalau dia adalah instruktur karate adik gue. Beda banget sama Wulan, yang lebih dewasa, lebih sabar, yang sering gue bercandain tapi nggak pernah marah malah ikut tertawa. Halaaaaah... Wulan lagi...

Udah gue duga ternyata gerai itu udah sepi, cuma ada satu dua pengunjung. Shela langsung memesan menu paket paha, kentang goreng dan coca cola. Tampaknya itu merupakan menu favoritnya. Sedangkan gue karena sebenarnya nggak demen makanan model ginian, jadinya cuma pesan nasi, dada dan teh botol.

"Tambah es krim ya, Vin ? Boleh ya.. " pinta Shela sambil menunjuk menu es krim cone.

"Boleh boleh.. " jawab gue.

"Asyik .. makasih. " sahut Shela dengan senyum ceria.

Kami lalu duduk di meja paling pojok dan duduk berhadap-hadapan. Di tempat itu cuma tinggal kami berdua, selain para pegawai gerai tersebut yang berjumlah tiga orang. Gue melihat jam dinding, ternyata udah jam 9 kurang 10 menit. Sebenarnya alasan gue mengajak Shela makan karena ada yang mau gue sampaikan.

"Shel... " panggil gue.

"Hmmm ... " jawab Shela sambil minum coca cola pakai sedotan.

"Maafkan kata-kataku tadi yang udah keterlaluan. " kata gue.

"Yang mana ? " tanya Shela sambil mengunyah kentang goreng.

"Aku tadi sempat ngatain kamu belagu, sombong, dan soal aku bilang kalo akhlak kamu... " gue nggak sanggup meneruskan kata-kata gue.

"Ya intinya aku nyesel aja bilang semua itu ke kamu. " gue bilang rada hati-hati takutnya Shela ngambek lagi.

Shela nggak menjawab, cuma ngeliatin gue sambil tetep makan kentang goreng. Aduh alamat ngambek lagi nih cewek, batin gue. Eh tiba-tiba dia mengambil sedotan dari gelasnya dan meniupnya ke wajah gue.

"Apaan sih Shel ? Basah tahu. " seru gue sambil mengelap wajah pake tangan.

"Habisnya wajahmu kalau ngomong serius lucu banget sih. " kata Shela sambil ketawa.

Ya ampun nih cewek maunya apa sih ? Diajak bercanda marah, diajak serius malah cengengesan. Dina.. Dina... kok bisa-bisanya kamu punya guru karate kayak gini, gerutu gue dalam hati. Tapi setidaknya gue lega banget karena ternyata Shela udah melupakan semua kata-kata gue tadi. Kami berdua lalu menyantap menu kami masing-masing. Tapi karena menu gue lebih sedikit sehingga gue udah selesai duluan. Setelah selesai cuci tangan gue kembali ke meja. Sedangkan Shela masih asyik menikmati es krim cone pesanannya.

Gue kemudian iseng mengecek HP gue di saku jaket, siapa tahu ada pesan masuk. Bener ada misscall dan pesan BBM masuk. Gue kaget sekali ternyata semuanya dari Wulan !! Mau apa dia telepon gue malam-malam begini ? Gue cek waktu miscallnya ternyata udah jam 8 tadi. Dia juga mengirimi pesan BBM singkat yang bunyinya "Vin, bisa aku telpon sebentar ? " disusul ping berkali-kali karena ga ada balesan dari gue. Jelas gue nggak denger semua panggilan tadi soalnya HP memang gue silent. Gue melirik ke arah Shela, dia masih menghabiskan es krimnya sambil ngeliat keluar.

"Aku ke toilet bentar ya. " kata gue.

"Yoi. " jawab Shela tanpa menoleh.

Gue langsung buru-buru menuju toilet. Di depan toilet gue langsung telpon balik si Wulan. "Nomor yang anda tuju..." Yah HPnya nggak aktif lagi. Gue penasaran banget soalnya nggak biasanya Wulan menelepon malam-malam, apalagi sampai nge-ping berkali-kali. Apa dia mau pinjem buku catatan. Tapi perasaan selama ini malah gue yang sering pinjam buku catatan ke Wulan. Apa jangan-jangan dia ada masalah sama Yovie ? Tapi selama ini juga dia nggak pernah menceritakan hubungannya dengan Yovie. Gue coba telpon lagi, masih nggak aktif. Akhirnya gue putuskan membalas BBM-nya. "Sorry Lan, tadi HP aku lupa masih aku silent. Ada apa malam-malam..."

"Kamu ngapain Vin ? " tanya Shela tiba-tiba.

Gue kaget banget Shela udah ada di dekat gue. Ternyata dia habis cuci tangan. Gue lupa kalo gerai ini toiletnya cuma satu dan agak dekat dengan wastafel.

"Kamu BBM siapa ? Pacar kamu ya ? " tanya Shela penuh selidik.

"Bukan.. bukan.. itu tadi temen kuliahku " kata gue sambil buru-buru memasukkan HP ke saku jaket.

"Temen apa temen ? " ledek Shela.

"Yeee kalau aku dah punya pacar ngapain juga aku ngajak kamu kesini. " jawab gue.

"Iya iya percaya deh. " kata Shela sambil ketawa.

"Pulang yuk, udah malam lho. Aku capek. " ajak gue.

"Enak aja !! Kamu masih ada tanggung jawab nganter aku pulang lho. " kata Shela.

"Baik tuan putri. Mana mungkin hamba meninggalkan tuan putri. " canda gue.

Shela cuma tersenyum simpul sambil menyikut pelan pinggang gue.

Kami berdua lalu berjalan ke tempat parkir sasana. Parkiran juga udah sepi, cuma ada seorang bapak penjaga parkir dan tersisa 3 buah motor termasuk motor gue. Nggak lupa Shela meminjam helm sama penjaga parkir tersebut.

"Lho ini motor kamu ? " tanya Shela.
"Iya, kenapa ? " gue bertanya balik.
"Aku kira yang itu. " kata Shela sambil menunjuk Yamaha Vixion yang parkir di sebelah motor gue.
"Heh jelek-jelek ini juga keluaran tahun kemaren lho. " kata gue sambil menepuk jok motor gue. Meski keluaran baru tapi cuma motor bebek Supra X 125. Itu aja kredit 4 tahun.
"Ntar kalo aku udah lulus terus dapet kerja aku bakal ganti ini motor jadi Ninja. Khusus untuk mengantar sang tuan putri ke seluruh penjuru negeri. " janji gue setengah bercanda.

Shela nggak menjawab cuma tersenyum mendengar candaan gue. Tapi wajar sih Shela agak komplain. Soalnya kan kebanyakan cewek lebih suka sama cowok yang pakai motor model sport. Mungkin itu yang jadi salah satu pertimbangan Wulan mau sama pacaran Yovie. Yovie terlihat gagah dan ganteng naik CB150R.... yaaahh elah Wulan lagi.. Gue malah jadi inget tadi pas di toilet belum sempat membalas BBM Wulan gara-gara Shela keburu muncul.

Tiba-tiba... brrrrrr...brrrrr HP gue bergetar kayaknya ada panggilan masuk. Siapa nih ? Wulan kah ? Gue diem diem melihat HP dan beneran panggilan dari Wulan !! Gue melirik ke Shela yang lagi sibuk melepas kuncir rambutnya dan memakai helm, jadi dia nggak tahu ada yg menelepon gue. Nggak mungkin gue menerima telepon Wulan di depan Shela, ntar Shela malah ngamuk lagi. Buru-buru gue masukkan HP gue yang masih bergetar menyala ke saku celana gue. "Maaf Lan, ntar sehabis mengantar Shela aku bakal telepon balik. " kata gue dalam hati.

"Ayo, Shel. " ajak gue sambil menyalakan motor.

Shela terlihat menguap panjang lalu naik ke motor gue. Pasti dia juga kecapekan nih, kata gue dalam hati. Gue lalu memacu motor dengan cepat setelah sebelumnya Shela ngasih ancer-ancer alamat kos-kosannya. Yup ! Shela ternyata ngekos yang lokasinya agak jauh dari sasana sehingga gue mempercepat laju motor agar nggak kemalaman. Malam udah larut dan hawanya sangat dingin menusuk.

"Vin.." panggil Shela.
"Apa ? " jawab gue.
"Boleh aku masukkan tanganku ke saku jaketmu ? Dingin banget soalnya. " pinta Shela.
"Boleh boleh. " jawab gue.

Shela lalu memasukkan kedua tangannya ke saku jaket gue. Untung HP gue udah gue amankan ke saku celana. Tiba-tiba dia menyadarkan kepalanya ke punggung gue. Waduh jangan-jangan tidur nih cewek, kan bahaya bisa jatuh. Biar Shela nggak ketiduran gue ajak dia ngobrol sekenanya, tentang kuliahnya dimana, keluarganya dan lainnya. Tapi dasarnya Shela udah ngantuk berat sehingga jawabannya pun cuma sepatah - sepatah. Akhinya setelah sekitar setengah jam kami sampai kampung dimana tempat kos Shela berada yang ternyata letaknya nggak jauh dari kampus tempat kuliahnya.

"Shel jangan tidur woi... itu belok kanan atau kiri. " panggil gue.
"Belok kiri Vin. " jawab Shela.

Gue mengikuti arah yang ditunjukkan Shela dan sampailah kami di kos-kosan yang dimaksud. Ternyata kos-kosan tempat Shela merupakan kos putri yang lumayan besar. Sepertinya kampung ini cukup banyak kos-kosan karena letaknya yang dekat universitas.

"Makasih ya Vin. " kata Shela setelah turun dari motor.
"Besok kamu kuliah ? " tanya gue.
"Kenapa ? Kamu mau jemput ? " Shela bertanya balik.
"Kalau kamu nggak keberatan sih... " jawab gue.
"Ya udah ntar aku kabari yah.. " jawab Shela. Sepertinya dia udah ngantuk berat kelihatan dari matanya yang udah 5 watt.
"Oke. Aku pamit dulu. Habis ini kamu langsung istirahat yah, tapi jangan lupa mandi dulu. " kata gue sambil menyalakan motor.
"Iya, bawel. " jawab Shela lalu kemudian membuka gerbang utama kos-kosannya.

Gue kemudian menjalankan motor setelah sebelumnya melambaikan tangan ke arah Shela. Untungnya kami berdua sempet tukeran no HP dan PIN BB sewaktu di gerai fried chicken tadi. Setelah keluar dari area kampung dan sampai di jalan raya, gue langsung memacu motor sambil mencari tempat yang tepat buat berhenti. Tujuan gue cuma satu, menelpon balik Wulan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 20, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Rembulan Di Ujung SenjaWhere stories live. Discover now